Berbicara mengenai perempuan tentu sangat banyak yang tak bisa kita sebut satu-persatu kehidupan perempuan itu seperti apa, bagaimana perilakunya, dan apa yang harus dilakukan kesehariannya sebagai perempuan. Persepsi ini muncul atas nuansa lingkungan yang terbentuk antara secara umumnya atau secara agamisnya.
Untuk umumnya mereka condong menilai perempuan ya sopan santun, lemah lembut, tidak neko-neko, cantik wajahnya. Dari segi agama perempuan harus memenuhi standarisasinya seperti harus berkerudung, menundukkan kepalanya serta kegiatannya tidak boleh sampai larut malam.
Walaupun diatas merupakan bentuk kewajaran di kehidupan masyarakat lantas apakah perempuan punya hak seperti layaknya laki-laki? Atau perempuan hanya menuruti permintaan masyarakat saja? Kita tidak tahu apa yang dilakukan perempuan seperti apa. Karena kita tidak bisa menilai kehidupan perempuan secara detail. Tidak semua perempuan mau diatur laki-laki sesuai keinginannya. Lantas bagaimana sih lerempuan ideal menurut pandangan Islam.
Sebelum membahas detail mengenai perempuan Islami. Alangkah baiknya kita perhatikan penjelasan Quraish Shihab mengenai perempuan. Dalam YouTubenya Najwa Shihab beberapa tahun lalu Quraish Shihab menjelaskan perempuan itu adalah tulang rusunya laki-laki. Shihab juga menekankan bahwa perempuan memiliki kesataraan gender sama dengan laki-laki. Sehingga perempuan juga punya hak untuk bekerja seperti laki-laki.
Perempuan dalam kacamata Quraish Shihab bisa diartikan sebagai mahkota atau ratu dalam Kerajaan kekeluargaan. Maka potensi perempuan membangun rumah tangga juga perlu didukung laki-laki bersama-sama memberikan keluarga saling membantu satu sama lain, melengkapi kekurangan masing-masing dan berpotensi saling menguatkan satu sama lain. Pandangan inilah yang kemudian digambarkan sebagai fitroh manusia Ketika ia lahir hingga beranjak dewasa.
Walaupun dalam pandangan fikih yang berhak mencari nafkah adalah laki-laki tapi pada intinya semua akan bisa bekerjasama dengan baik demi kelangsungan kekelurgaan sakinah mawaddah warohman. Amina Wadud seorang tokoh tafsir femisine dalam bukunya berjudul Qur’an and Woman mengemukakan perempuan juga ingin di mengerti laki-laki yang dimana laki-laki juga ingin di mengertinya. Korelasi ini dijelaskan Wadud harus didasarkan tidak memberikan diskriminisasi antar perempuan dan laki-laki karena dianggap setara atas kehidupan maupun kebersamaan.
Sayangnya perempuan dalam masyarakat masih dianggap sebagai malaikat malu-malu yang tidak memiliki independent woman atau karakteristik perempuan lingkup perbedaan. Pada umumnya perempuan sebagai makhluk yang seharusnya jam 9 ke atas tidak boleh keluar malam.
Karena dikhawatirkan ada hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi mengapa hanya berlaku Masyarakat sesuai aturan hukum digaris bawahi. Apa ini hal yang biasa dilakukan Masyarakat setempat? Namun perlu kita bahas potret Perempuan Islami kurang diperhatikan Masyarakat awam. Bisa dibaca baik-baik dibawah ini :
Perempuan Sebagai Mahkota
Saya sangat sepakat perempuan adalah manusia patut dimuliakan dijunjung martabatnya seperti halnya laki-laki. Bahkan hampir semua Ulama sepakat perempuan adalah mahkota atau ratu dari laki-laki sebagai raja. Ratu memberikan pengertian kepada raja bahwa hidup bukan tentang dirinya melainkan kebersamaan. Lebih tepatnya perempuan sebagai malaikat bagi semua manusia. Kita bisa baca kisah Khadijah betapa luar biasa beliau memuliakan perempuan bahkan semua kalangan setiap hari berdatangan.
Khadijah pada waktu ia mempersilahkan kepada para tamu tentang bagaimana hidup berdampingan adalah sebuah makanan setiap harinya. Jadi makna mahkota bukan berarti ia Perempuan melainkan mempunyai nilai kebaikan yang bisa kita petik kisah Khadijah diatas.
Khadijah istri Rasulullah SAW sebagai representasi bahwa perempuan juga ingin baik seperti laki-laki. Khadijah menganggap kecantikan bukan terletak pada wajahnya justru akhlak tertuang ajaran Islam (Alur cerita diambil film Nabi Muhammad SAW Muhammad The Messenger).
Maka dari sinilah perempuan dipandang sebagai manusia yang layak diakui keberadaanya dari segala aspek kehidupannya. Bukan hanya menikah terus melahirkan dapat anak. Malahan sebagai pedoman kehidupan yang pantas ditulis dalam sejarah Islam. Kita mestinya berheti mengatakan perempuan adalah manusia lemah melihat fisik yang kita lihat secara langsung. Yang dilihat belum tentu merasakan. Yang merasakan pasti melihat dengan hati dan pikiran.
Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin
Tidak semuanya Perempuan bisa menjadi pemimpin sama halnya laki-laki bisa menjadi pemimpin. Karena menjadi pemimpin resikonya sangat besar sekali melihat banyak kriteria harus dipenuhi. Apalagi pemimpin diri sendiri mengubah cara pandangnya sebagai pemimpin negara. Hal ini sudah digambarkan dalam Alqur’an surat An-Nisa ayat 135 berbunyi,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ ۚ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى بِهِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى اَنْ تَعْدِلُوْا ۚ وَاِنْ تَلْوٗٓا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.”
Jelas kan bahwa laki-laki sangat berat bukan? Tentu ini tantangan bagi kaum perempuan untuk kembali menata hatinya sebelum melangkah menjadi pemimpin. Islam tak mengenal siapapun mengenai pemimpin laki-laki atau perempuan. Karena pada dasarnya pemimpin yang baik adalah pemimpin adil dan bijaksana setiap perbuatannya.
Karena kita dihadapkan Allah SWT untuk kemudian digambarkan bahwa perempuan tidak perlu gagahan menjadi pemimpin negara. Tapi bagaimana ia amanah terhadap masyarakatnya sejauh ini.
Nggak harus perempuan juga sih laki-laki punya tantangan yang sama. Bagaimana kalian menyikapinya? Jawabannya ada dikalian masing-masing dan saya pribadi. Setidaknya eksistensi perempuan mempunyai tatanan yang perlu dipelajari. Banyak yang harus dipelajari mengenai perempuan.