Artikel

Perkembangan Ilmu Tarikh (Sejarah) di Dunia Islam

7 Mins read

Kuliahalislam Ilmu Tarikh merupakan ilmu yang
berusaha menggali peristiwa-peristiwa masa lalu agar tidak dilupakan. Ilmu
Tarikh sepadan dengan pengertian sejarah yang menunjukan ilmu yang membahas
peristiwa-peristiwa masa lalu. Tarikh pada mulanya berarti penetapan bulan,
kemudian meluas menjadi kalender dalam pengertian umum. Dalam perkembangan
selanjutnya, Tarikh berarti pencatatan peristiwa.

Gambar Ilustrasi, sumber : Tajdid.id

Pengertian Tarikh menjadi beragam
dan berkembang sesuai dengan perkembangan pencatatan sejarah itu. Di antara
pengertian itu adalah Tarikh Umum seperti Tarikh at-Tabari, Tarikh Ibnu
al-Asir, biografi seperti Mu’jam Ibn Khallikan; pembukuaan peristiwa-peristiwa
tahun demi tahun (Hauliyyat);pembukuan berita-berita secara kronologis (khabar);silsilah
dan lain sebagainya.

Faktor-faktor yang mendorong
perkembangan Ilmu Tarikh adalah sebagai berikut (1). Adanya perintah Al-Qur’an
kepada umatnya untuk memperhatikan Tarikh (Q.S 30:9 dan Q.S 59:18). Al-Qur’an
juga juga banyak menyajikan kisah yang bertujuan agar dapat dijadikan contoh
bagi umat manusia (Q.S 11:120). (2). Adanya kebutuhan untuk menghimpun hadis
karena ajaran Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an yang berkenaan dengan
ibadah dan muamalat bersifat umum dan hanya dalam garis besarnya saja.
Penulisan hadis merupakan perintis jalan menuju perkembangan ilmu tarikh.

Bahkan setelah adanya ilmu hadis,
muncul pula ilmu kritik hadis dalam rangka menyeleksi hadis yang benar dan
salah. Ilmu ini juga juga dijadikan metode kritik penulisan Tarikh yang paling
awal. (3). Diterbitkan buku berjudul As-Sirah (Biografi Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam) oleh para Ulama hadis agar keteladanan Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam diikuti oleh umat Islam. Sejak penulisan
hadis dan as-Sirah itu, penulisan Tarikh dalam Islam berkembang pesat.

Kedudukan Ilmu Tarikh

Walaupun umat Islam sangat
memperhatikan ilmu Tarikh namun para cendikiwan Muslim ketika itu tidak
menempatkan Tarikh sebagai ilmu dalam jajaran ilmu-ilmu lainnya. Selama periode
pengambilalihan pengetahuan Yunani (170H/786 M-194 H/9809 M), sarjana-sarjana
Islam untuk pertama kalinya mengenal klasifikasi bermacam-cabang ilmu
pengetahuan. Klasifikasi ini tidak menentukan tempat khusus bagi Tarikh seperti
kelasifikasi ilmu pengetahuan yang disusun Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Imam
Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun. Akan tetapi ada juga beberapa cendikiwan muslim
yang menempatkan ilmu-ilmu Tarikh di dalam kerangka ilmu pengetahuan walaupun
mereka tidak sepakat dengan posisinya. Ibnu Nadim dalam kitabnya Al-Fihrist
(Indeks) menempatkan ilmu Tarikh di antara bab-bab mengenai bahasa Arab dan
puisi.

Muhammad bin Ahmad bin Yusuf
al-Khawarizmi (wafat 997 M) dalam kitabnya Mafatih al-‘Ulum (Kunci-Kunci
Ilmu) menempatkan ilmu Tarikh sebagai bagian dari enam ilmu pengetahuan agama
yaitu fikih, teologi, gramatika bahasa Arab, menulis (Al-Kitabah),
sastra dan Khabar. Dalam buku Rasa’il Ikhwani as-Safa (Dokumen-Dokumen
Ikhwan as-Safa), ilmu biografi dan Tarikh dipandang sebagai bagian dari
ilmu-ilmu dasar, sederajat dengan membaca, menulis, tata bahasa Arab dan puisi.
Ilmu yang lebih tinggi dari ilmu-ilmu dasar itu adalah ilmu pengetahuan agama
kemudian filsafat.

Pada pertengahan abad ke-10, Ibnu
Farigan (Sejarawan) juga memasukan Ilmu Tarikh ke dalam ilmu filsafat. Kemudian
pada abad ke 11, Ibnu Hazm dalam bukunya Maratib al-Ulum wa Kaifiyyah
Talabuha
(Tingkatan ilmu dan cara menuntutnya) meletakan Ilmu Tarikh di
dalam kurikulum persiapan dari ilmu fisika, matematika dan lingustik. Ia juga
menempatkan ilmu Tarikh sejajar dengan Filologi Arab sebagai ilmu bantu untuk
kepentingan teologi, sedangkan Ibnu Abi ar-Rabi (sejarawan dan pemikir politik
abad ke 9 M) menempatkan ilmu Tarikh sejajar dengan ilmu teologi dan hukum
Islam.

Baca...  Dr. Thaha Hussein Cendekiawan Besar Muslim, Antara Keimanan dan Kekafiran

Pada tahun 1340 M, Muhammad bin
Mahmudi al-Amuli, sejarawan di dalam kitabnya Nafa’is al-Funun ‘Ara’is al-‘Uyun
(Buku Tentang Tokoh), menempatkan ilmu Tarikh dalam ilmu kesusateraan dan ilmu
pengetahuan agama Islam. Pada masa klasik (650-1250 M) dan pertengahan
(1250-1800 M), ilmu Tarikh tidak terdapat diperguruan tinggi melainkan masuk
pada pendidikan dasar dan menengah Islam. Namun demikian, hal itu tidak berarti
ilmu Tarikh menjadi ilmu yang tidak penting karena ternyata karya-karya Tarikh
terus bermunculan dan tetap dibaca oleh para sarjana yang mempunyai minat besar
terhadap ilmu Tarikh.

Pada masa tersebut ilmu Tarikh
memiliki beberapa keistimewaan diantaranya; pertama, para sejarawan yang juga
menjadi ulama fikih dan hadis bukan pegawai pemerintahan. Mereka menulis Tarikh
karena kehendak mereka sendiri oleh karenannya mereka bebas mengeluarkan
pendapat mereka sendiri. Kedua, informasi Tarikh dapat dipercaya kebenarannya
karena sumber informasi diambil dari orang yang dipercaya (Al-‘Udul,
as-siqah
) dan menggunakan penanggalan yang sempurna berupa hari, bulan dan
tahun. Ketiga, sejarah Islam dengan segala bentuknya menggambarkan peristiwa
dengan jelas dengan menggunakan bahasa Arab yang sederhana dan mudah dipahami.

Sejarah Perkembangan Ilmu Tarikh

Perkembangan ilmu Tarikh dalam Islam
tidak dapat dipisahkan dari perkembangan budaya Islam secara umum yang
berlangsung secara cepat. Puncak dari perkembangan budaya dan peradaban Islam
terjadi pada abad ke-9 dan 10 M pada masa Dinasti Abasiyyah di Irak. Pada masa
sebelum Islam dan pada awal kebangkitan Islam, orang Arab belum menulis Tarikh.
Semua peristiwa sejarah dan hadis Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
disimpan dalam ingatan. Pada masa itu terkenal bentuk Tarikh lisan (Al-Ayyam)
dan silsilah (Al-Ansab).

Hadis Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wasallam, biografi dan keadaan tertentu untuk tujuan agama, baru mulai
ditulis pada akhir abad 1 Hijriah dan awal abad 2 H setelah wilayah kekuasaan
islam meluas. Masa itu awal penulisan Tarikh Islam. Menurut Prof. Sayid Husein
Nasr terdapat tiga aliran dalam perkembangan ilmu Tarikh sampai pada abad ke 3
H. Pertama, aliran Yaman yang berkembang abad ke-1 H. Aliaran ini diwakili oleh
Ibnu Syariah dan Wahab bin Munabbih. Mereka berusaha mengangkat sejarah Arab
sebelum Islam.

Kedua, Aliran Madinah yaitu aliran
Tarikh ilmiah yang banyak memperhatikan perang-perang Nabi Muhammad
shallallahua alaihi wasallam (Al-Magazi) dan biografi Nabi. Aliran ini diwakili
oleh para ahli hadis karena penulisan hadis sangat memperhatikan Sanad (urutan
periwayatan). Para ahli hadis yang juga merupakan sejarawan pertama dalam
Islam, meluaskan materi periwayatannya dari hadis Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wasallam yang berhubungan dengan kepentingan agama sehingga mencakup
perang-perang Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat yang
berpartisipasi didalamnya.

Penulisan Al-Magazi ini
membuka jalan bagi penulisan As-Sirah (Biografi Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam). Penulis Tarikh pertama adalah putra-putra sahabat
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam antara lain Aban bin Usman bin Affan
(Wafat 105 H/723 M) yang disebut sebagai simbol peralihan dari penulis hadis
kepada pengkajian Al-Magazi. Dialah orang pertama yang menyusun kumpulan
khusus tentang Al-Magazi. Sezaman dengannya adalah Al-Asadi al-Madani Urwah bin
Zubair (Wafat 92 H/710 M), ahli hadis dan fiqih yang lebih dikenal dengan nama
Urwah bin Zubair. Sementara penulis Kitab Al-Magazi yang terkenal adalah
Muhammad bin Syihab az-Zuhri (wafat 124 H/741 M) dari Kabilah Quarisy Bani
Zuhrah).

Baca...  Apakah Ada Krisis di Dunia Islam

Ketiga, aliran Irak yaitu aliran
yang memperhatikan arus sejarah sebelum Islam dan massa Islam serta sejarah
para Khalifah. Ekspansi kekuasaan Islam dan tersebar luasnya orang Arab di
berbagai daerah melahirkan satu corak penulisan Tarikh yang membangga-banggakan
kabilah dan kota-kota yang mereka tempati. Bentuk penulisan yang pertama muncul
di Irak umumnya lebih terperinci dan panjang, sedangkan yang berkenaan  dengan kota-kota lain hanya sepintas.
Sejarawan aliran ini antara lain adalah Abu Muhnif (wafat 157 H/774 M) dan
Awanah bin Hakam (Wafat 147 H/764 M).

Ketiga aliran di atas dipertemukan
oleh Muhammad bin Ishaq bin Yassar atau Ibnu Ishaq (wafat 151 H/768 M), ahli
hadis dan sejarawan terkenal dalam karyanya yang berjudul Al-Mab’as
berisi sejarah Nabi Muhamammad shallallahu alaihi wasallam di Mekah, sebelum
dan setelah Islam dan Kitab al-Magazi, berisi sejarah Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam di Madinah.Selain itu, Ibnu Nadim dalam kitabnya Al-Fihrist
menyebutkan bahwa Ibnu Ishaq juga menulis kitab al-Khulafa’ yang ditemukan
lagi, tetapi disebut-sebut oleh At-Tabari dalam kitabnya Tarikh at-Tabari.

Sejarawan lain yang terkenal dalam
penulisan Al-Magazi adalah Abu Abdullah Muhammad bin Umar al-Waqidi (wafat 207
H/832 M). Ia juga menulis At-Tarikh al-Kabir (Sejarah Besar), At-Tabaqat
(Biografi Para Tokoh), As-Sirah, As-Saqifah wa Ba’iah Abi Bakr
(Pembaiatan Abu Bakar di Madinah), Kitab al-Magazi dan beberapa makalah
tentang Mekah, Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq, Perang Riddah, Perang Jamal,
Perang Shiffin, Penahlukan Suriah dan Irak serta artikel tentang pencetakan
uang Dinar dan Dirham. Murid al-Waqidi yeng terkenal dalam penulisan Al-Magazi
adalah Abu Abdullah Muhammad bin Sa’ad bin Mani’ al Basri al-Hasyimia atau
Muhammad Ibnu Sa’ad (wafat 230 H/845 M) yang juga menulis Kitab at-Tabaqat
al-Kabir (Buku Besar tentang Peringkat Para Tokoh), berisi riwayat hidup Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, para sahabat dan tabiin.

Di awal abad ke-3 H,penulisan Tarikh
di dunia Islam berkembang pesat didorong oleh penggunaan kertas yang diproduksi
di Baghadad pada tahun 795 M.Pada masa itu sejarawan muslim menulis Tarikh
dalam pengertian luas yaitu Tarikh umum. Hal ini dipengaruhi kitab Tarikh
Persia seperti yang diterjemahkan oleh Ibnu al-Muqaffa yaitu Syiar Muluk
al-‘Ajam
(Kehidupan Raja-Raja Non Arab).

Kitab Tarikh umum tertua adalah
karya Ibnu Qatadah ad-Dainuri (wafat 276 H/889M), ahli sejarah yang berjudul Kitab
al-Ma’rif
(Buku Pengetahuan), Al-Imamah wa as-Syiyasah (Kepimpinan
dan Politik) dan ‘Uyun al-Akhbar (Sumber Sejarah). Penulis yang sezaman
dengannya adalah al-Ya’qubi Ahmad bin Abi Ya’qub bin Ja’far bin Wahab bin Wazih
al-Katib al-Abbasi, lebih dikenal dengan nama Ibnu Wazih al-Ya’qubi (wafat 897
M). Ia mengarang Kitab al-Buldan dan Tarikh Al-Ya’qubi yang
berisi Tarikh umum dan Tarikh Islam sampai tahun 239 H.

Baca...  Implikasi Hukum Poligami dalam Perspektif Hukum Islam

Penulis Tarikh umum setelah itu
adalah Abu Hanifah ad-Dainuri (wafat 282 H/896 M) dengan karyanya Kitab
Al-Akhbar at-Tiwal
(Sejarah Panjang). Kitab ini berisi sejarah mulai dari
Nabi Adam Alaihisallam sampai wafatnya Sultan Yazdajird III (Wafat 651 M),
Sejarah raja-raja Qahtan (Yaman), Romawi dan Turki serta sejarah zaman Khalifah
al-Mu’tasim dari Dinasti Abbasiyah di Irak. Ciri penulisan Tarikh umum yang
paling terkenal adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Tabari dengan karyanya
Tarikh ar-Rasul Wa al-Muluk
dan Tarikh ar-Rijal serta Al-Mas’udi
dengan karyanya Muruj az-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir dan at-Tanbih wa
al-Israf
.

Sejarah lokal berkembang dengan
pesat sejak awal abad ke-3 H seperti sejarah Mesir, Andalusia, Baghdad, Yaman,
Bukhara, Magrib (wilayah Islam di Afrika Utara), Damaskus. Perkembangan sejarah
lokal ini semakin pesat pada masa disintegrasi Dunia Islam dengan munculnya
dinasti-dinasti kecil. Memasuki abad ke-4 Hijriah, perhatian sejarawan lebih
diarahkan kepada Tarikh Politik daripada Tarikh Agama. Tarikh Politik mulai
menjadi alat propaganda dan objektivitasnya berkurang karena penulis Tarikh
kebanyakan berasal dari kalangan Istana. Karya biografi itu seperti Tarikh
al ‘Ulama wa ar-Ruwah li al-‘Ilm fi Andalus
(Sejarah Para Ulama dan
penyebar Ilmu di Andalusia) oleh Ibnu al-Fardi, Tabaqat al-Attiba’ wa
al-Hukama
(Biografi Para Dokter dan Orang-Orang Bijak) oleh Ibnu Jaljal.

Menurut Franz Rosenthel dalam
bukunya A History of Moslem Historiography, menyebutkan bahwa penulisan Tarikh Islam sudah berkembang dari bentuk Khabar ke dalam bentuk Tarikh ‘ala as-Sinin (Sejarah Sepanjang Tahun). Khabar sering disamakan dengan Hadits, zikir dan Amr yang artinya adalah informasi, keterangan atau berita. Khabar tidak hanya memberikan informasi tentang peristiwa dan fakta saja tetapi juga melukiskan peristiwa-peristiwa itu dengan suasana yang menarik perhatian pembaca.

Sementara Tarikh ‘ala as-sinin memuat beberapa peristiwa yang disusun berurutan berdasarkan tahun dan juga tidak terdapat hubungan sebab akibat antara masing-masing peristiwa seperti dalam karya At-Tabari dan Ibnu Asir. Analisis mendalam terhadap suatu peristiwa dan gagasan kausalitas dalam penulisan Tarikh dalam Islam dikembangkan untuk pertama kali oleh Ibnu Khaldun dalam karyanya Kitab al-‘Ibar yang merupakan puncak pencapaian perkembangan ilmu Tarikh dalam Islam pada masa klasik dan pertengahan. Namun tidak ada tanda-tanda bahwa sejarawan sesudahnya mengikuti metodenya meskipun sebenarnya di Mesir banyak lahir sejarawan terkemuka di dunia Islam seperti Imam As-Suyuti dan Ibnu Iyas.

Pada akhir abad ke-18 Masehi muncul beberapa penulis Mesir di bidang ilmu Tarikh antara lain Abdurrahman al-Jabarti (wafat 1237 H/1822 M) yang mempelopori gerakan kebangkitan kembali Arab-Islam di Mesir. Gerakan itu terputus beberapa tahun ketiga terjadi pendudukan Napoleon Bonaparte dari Perancis di Mesir. Namun pendudukan itu sendiri juga memiliki pengaruh bagi kebangkitan Mesir pada masa selanjutnya termasuk dalam penulisan Tarikh.

Beberapa penyebab yang mempengaruhi kebangkitan penulisan Tarikh di Mesir pada abad ke-19 M antara lain yang pertama, adanya gerakan pembaharuan menjelang akhir kekuasaan Isma’il bin Ibrahim Pasya (1830-1895 M). Kedua, dilakukannya penelitian arkeologi di Mesir pada abad ke-19 oleh ahli-ahli Eropa sehingga ahli-ahli Mesir menggunakan hasil penelitian Eropa untuk penulisan Tarikhnya. 


Sumber : Ensiklopedia Islam

 

2363 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Sekolah Bisnis Online dan Konsultan Feasibility Study: Meningkatkan Kualitas Bisnis di Era Digital

4 Mins read
Pendahuluan Di era digital yang terus berkembang, memulai dan mengelola bisnis bukan lagi hal yang sulit. Teknologi internet memberikan akses ke berbagai…
Artikel

Konsultan Feasibility Study (FS) dan Jasa Pembuatan Feasibility Study: Panduan Lengkap

4 Mins read
Pendahuluan Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, pengambilan keputusan yang tepat menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan suatu proyek. Salah satu tahapan yang…
Artikel

Ajaran Berniaga dalam Islam di Era Digital: Memaksimalkan Potensi dengan Pasarino

1 Mins read
Dalam era digital yang semakin pesat, dunia bisnis mengalami transformasi yang signifikan. Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights