Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan darah yang terdiri dari suami, istri dan anak. Keluarga memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak. Keluarga sebagai unit sosial terkecil menjadi lingkungan pertama tempat anak belajar nilai-nilai dasar, norma sosial, dan prilaku. Interaksi sehari-hari dengan anggota keluarga memungkinkan anak menyerap pengalaman yang berpengaruh pada pembentukan kepribadiannya.
Dalam Islam, pembentukan karakter anak dimulai dari keluarga. Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak yang di mana keluarga bertanggung jawab mengajarkan nilai-nilai Islam, moral, akhlak serta membentuk anak menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT dan berkontribusi kepada masyarakat.
Keluarga yang dimaksud disini adalah orang tua, dalam hal ini orang tua memiliki peran sebagai pendidik utama yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kasih sayang, dan sosial. Peran orang tua dalam membentuk karakter anak sangatlah penting dan tak dapat diabaikan. Oleh karenanya menciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak menjadi langkah startegis dalam membentuk generasi dengan karakter yang positif dan kuat.
Busra mengatakan bahwa orang tua merupakan pondasi kehidupan bagi anggota keluarga. Maksud orangtua di sini adalah ayah dan ibu. Dalam keluarga kedudukan ayah dan ibu terhadap anak seperti perumpamaan akar sebuah pohon terhadap cabang-cabangnya, sebagaimana kehidupan dan perkembangan cabang-cabang pohon tergantung pada akar-akarnya. Jika orang tua sudah berperilaku dan berakhlak baik dan taat kepada Allah, menjalankan ajaran Agama dengan baik, serta memiliki jiwa sosial, maka dalam diri jiwa anakpun akan mulai terbentuk dan tumbuh dalam ketaatan pula dan mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh orang tuanya dalam perilaku anak sehari-hari (Rahman dkk., 2024: 2).
Orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik dan menjaga anaknya, sebagaimana yang tertuang dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Ayat diatas menerangkan bahwa Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yakni dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah SWT. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat kepada Allah SWT untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Dalam konteks ini, orang tua wajib mengajarkan anak-anaknya kepada kebaikan agar selamat dari api neraka.
Ramadhani, dkk (2023: 17) memaparkan beberapa kewajiban keluarga dalam mendidik anak-anaknya, diantaranya:
- Memberikan contoh kepada anak dalam berakhlak mulia
- Menyediakan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan akhlak mulia
- Memberi tanggung jawab sesuai dengan perkembangan anak
- Mengawasi dan mengarahkan anak agar selektif dalam bergaul
Ayah merupakan sosok kepala keluarga dalam rumah tangga yang memiliki kedudukan tinngi dan amat mulia. Yang mana ayah merupakan pemimpin bagi istri dan anak-anaknya, karna ayah memiliki tanggup jawab terdehadap kehidupan istri dan anak dan pertanggung jawaban kepada Allah SWT. (Adnan dalam Umagap, 2022: 3)
Seorang ayah memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya dalam hal akhlak dan agama sehingga mereka memahami dengan nilai-nilai kebaikan. Dalam QS. Luqman ayat 13 dikatakan bahwa:
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Artinya: (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.”
Ayat diatas menekankan pada tanggung jawab orang tua terutama ayah untuk memberikan nasehat pada anaknya untuk tidak menyekutukan Allah SWT dan menekankan pentingnya mendidik anak dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Disamping peran ayah, peran ibu juga tak kalah penting dalam membentuk karakter anak. Dimana ibu merupakan madrasah pertama bagi anaknya, seperti yang disyairkan oleh Syekh Hafiz Ibrahim “al ummu madrasatul ula”(ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya). Ungkapan ini menekankan peran penting seorang ibu dalam mendidik anak. Ibu adalah orang pertama yang memperkenalkan nilai-nilai dasar, moral dan kepercayaaan kepada anak. Melalui kasih saying dan teladan, ibu membentuk karakter anak yang kuat dan berakhlak.
Apapun profesinya ia tetap seorang ibu yang tugas pokoknya adalah mendidik anak- anaknya. Sebagai contoh Khadijah isteri Nabi adalah seorang pengusaha sukses tetapi tetap dia seorang ibu yang mendampingi suami dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Bila peran utama seorang ibu dilaksanakan sebaik-baiknya, maka ibu akan dapat mengantarkan anak-anaknya ke surga (Munirah, 2014, hlm. 258).
Peran orang tua sangat penting dalam pembentukkan karakter anak. orang tua harus menjadi pendidik dan teladan bagi anaknya. Selain dalam Al-Quran, mendidik anak juga dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {لِأنْ يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاع.
Artinya: Nabi ﷺ bersabda: “Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik baginya dari pada ia menshadaqahkan (setiap hari) satu sha.” (HR. At-Tirmidzi)
Hadis diatas menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak dan memberikan prioritas pada pendidikan. Mendidik anak dengan baik dan memberikan pendidikan yang tepat memiliki nilai yang lebih besar dan lebih bermanfaat dibandingkan dengan bersedekah dalam jumlah tertentu. Hal ini dikarenakan mendidik anak akan membentuk karakter dan moral yang baik. Dengan mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada anak, orang tua dapat membentuk karakter anak yang shaleh dan berakhlakul karimah.
Referensi
Munirah. (2014). PERAN IBU DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK PERSPEKTIF ISLAM. AULADUNA, 1(2), 253–264.
Rahman, A., Ningsih, R. D., & Rodhia, T. R. (2024). Perspektif Al-Qur’an tentang Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak. Journal on Education, 6(4), 18811–18822. https://doi.org/10.31004/joe.v6i4.5729
Ramdani, C., Miftahudin, U., & Latif, A. (2023). Peran Keluarga Dalam Pendidikan Karakter. Banun: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 1(2), 12–20.
Umagap, W. A. (2022). Peran Ayah Dalam Pembentukan Karakter Anak Di Rumah. Al-Wardah : Jurnal Kajian Perempuan, Gender dan Anak, 16(2). https://doi.org/10.46339/al-wardah.xx.xxx