Esai

Pentingnya Kemuliaan Diri dan Memuliakan Sesama (5)

10 Mins read

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM – Akhlak merupakan warisan maknawi Rasulullah s.a.w. yang amat bernilai dan istimewa. Ini kerana Rasulullah s.a.w. itu sendiri dibangkitkan oleh Allah S.W.T. untuk menyempurnakan akhlak. Rasulullah s.a.w. diibaratkan sebagai penyempurna atau pelengkap bagi sebuah bangunan yang masih belum siap dibina, atau dalam arti kata yang lain kebangkitan Rasulullah s.a.w. kepada umat ini untuk menyempurnakan akhlak. Justeru Rasulullah s.a.w. adalah seorang yang memiliki ketinggian dan keagungan akhlak. Allah S.W.T. memuji Baginda dalam al-Qur’an al-Karim yang bermaksud: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Berkaitan ini kata al-Tabari: “Allah S.W.T memuji terhadap ketinggian adab dan budi pekerti Rasulullah s.a.w.”  Adab yang baik serta bermoral tinggi juga merupakan gedung simpanan rahasia agama. Dengan ini akhlak melambangkan rahasia ketakwaan dan ketinggian agama bagi seseorang.

Selain dari itu akhlak juga merupakan asas memperbaiki perangai, adab dan kesempurnaan peribadi, membina diri dan ciri-ciri mendapat hidayah dan petunjuk dari Allah S.W.T. serta kecenderungan kepada al-Qur’an al-Karim. Akhlak merupakan asas bagi suatu bangunan kerana bangunan tidak dapat ditegakkan dengan baik serta kuat tanpa asas yang kukuh. Begitulah seorang manusia jikalau tidak mempunyai moral yang baik atau akhlak yang sempurna sudah tentulah tidak lagi kelihatan cantik atau menarik. Benarlah bak kata pepatah Arab segak atau cantik seseorang manusia itu terletak pada adabnya. Selagi seorang itu tinggi budi pekertinya maka selama itulah akan kelihatan menarik pada rupanya. Begitu pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia. Melaluinya manusia dapat mencapai kemuliaan. Ini karena Rasulullah s.a.w. sendiri diutuskan kepada umatnya untuk menyempurnakan akhlak.

Ciri-Ciri Akhlak Yang Mendorong Kepada Kemuliaan Manusia

Seorang insan itu bila dikesani oleh akhlak Islamiyah yang sempurna serta istimewa, maka ia akan mendorong seorang itu bersikap baik serta tidak lagi melakukan penyelewengan terhadap perintah Allah S.W.T.. Dan jika seseorang itu tidak menyelewengi perintah Allah S.W.T. itu, maka sudah tentu apa-apa kerja yang mahu dilakukan lebih-lebih lagi menjalani kehidupan akan merasai ketenteraman, keharmonian dan kebahagiaan. Antara keberkesanan akhlak terhadap diri seseorang adalah seperti berikut: 1). Benar dan jelas dalam pertuturan. 2). Beramanah. 3). Bersemangat dan bercita-cita tingg. 4). Memelihara lidah. 5). Membersihkan diri dari hasad dengki dan dendam. 6). Melahirkan pengorbanan. 7). Berperikemanusiaan. 8). Lemah lembut serta berkeperihatinan. 9). Melakukan pekerjaan yang baik. 10). Berfikiran logik. 11). Kepentingan berdialog. 12). Berukhuwah dan tolong menolong. 

Menyegarkan kesadaran manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang telah Allah berikan berbagai macam kelebihan, keunggulan, dan kemuliaan sekaligus keterbatasan-keterbatasan akan memengaruhi pilihan sikap dan perilakunya. Menyadari keterbatasan akan mengantarkan manusia untuk senantiasa siap diatur, diarahkan, dikendalikan tunduk dan patuh kepada aturan. Sedangkan menyadari kelebihan, keunggulan dan kemuliaan akan dapat mengantarkannya untuk menjaga diri dari perbuatan tercela, berprestasi dalam menghadirkan kebaikan-kebaikan selama berada di alam dunia. Firman Allah: Artinya ”…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi”Di antara kemuliaan yang telah Allah anugerahkan adalah penciptaan manusia dalam bentuk terbaik. Firman Allah: Artinya: “..Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Maka tidak pantas bagi siapapun merasa minder, rendah diri, apalagi merendahkan orang lain karena bentuk fisik dan warna kulitnya. Allah swt telah muliakan manusia dengan memberinya tempat tinggal di darat dan mampu berlayar di lautan, serta memberikan rezeki berupa makanan yang baik. Firman Allah: Artinya: ”Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Maka berhak bertempat tinggal di seluruh permukaan bumi ini dengan baik, tidak boleh menyerobot tempat tinggal orang lain atau diserobot tempat tinggalnya. Dengan kemuliaan ini pula manusia tidak pantas merendahkan dirinya dalam mencari rezeki dengan cara-cara curang dan tercela. Tidak diperbolehkan pula mengonsumsi makanan yang tidak baik, tidak halal, dan menjual produk makanan yang tidak menyehatkan.

Baca...  Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

Karena perbuatan yang demikian menodai kemuliaan manusia seperti yang telah Allah tetapkan. Allah swt memuliakan manusia dengan pendengaran, penglihatan, dan akal fikiran. Firman Allah yang artinya: ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. Karunia Allah yang sangat mahal, yang tanpa karunia ini manusia akan kehilangan kehormatan dan kemuliaannya. Firman Allah: Artinya:”Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. mereka tuli, bisu dan buta, Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.

Maka tidak patut bagi siapapun tidak mendayagunakan nikmat ini, atau menyalah gunakannya untuk perbuatan-perbuatan yang tidak meningkatkan harkat dan martabat kemanuisaannya di hadapan Allah swt. Penyesalan mendalam diungkapkan oleh para penghuni neraka di akhirat nanti, seperti yang disampaikan dalam Al Qur’an yang artinya: Artinya: ”Dan mereka berkata: “Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghunipenghuni neraka yang menyala-nyala”.

Dengan karunia pendengaran, penglihatan dan akal fikiran itulah kemudian Allah muliakan manusia dengan memberinya kemampuan belajar dan berilmu pengetahuan. Firman Allah: Artinya: ”Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Maka sangat tidak manusiawi, jika masih ada yang membiarkan manusia itu dalam kebodohan, keterbelakangan, dan kehilangan kesempatan belajar. Karena sejak pertama Allah ciptakan manusia, Allah telah membekalinya dengan keunggulan-keunggulan ilmiah yang tidak pernah diberikan kepada makhluk lainnya.

Memuliakan Diri Sendiri

Anugerah kemuliaan ini akan tidak berarti apa-apa bagi manusia, jika tidak diikuti dengan amal perbuatan yang mampu meningkatkan kemuliaan harkat martabat kemanusiaannya. Memuliakan diri sendiri setelah menyadari bahwa anugerah kemuliaan dan harga diri itu dari Allah adalah dengan beriman dan amal shalih karena Allah. Firman Allah: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.

Kemuliaan tertinggi manusia di hadapan Allah hanya dapat dicapai dengan ketaqwaan. Firman Allah: Artinya: ”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”Memuliakan diri sendiri dapat pula dilakukan dengan mensyukuri nikmat itu sebaik-baikanya. Firman Allah: Artinya: ”Dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

Memuliakan diri sendiri dapat pula dilakukan dengan tidak melakukan perbuatan tercela, tidak melakukan perbuatan nista, durhaka dan maksiat. Firman Allah: Artinya: Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,…Rasulullah –shallallahu alaihi wasallama- mengajarkan salah satu cara menjaga kehormatan diri adalah dengan menghindarkan dari perkara-perkara syubhat apalagi yang haram. Barang siapa yang  menghindarkan diri dari perkara-perkara syubhat, maka ia telah menjaga kebersihan agama dan harga dirinya. Dan barangsiapa yang mencampakkan diri pada perkara-perkara syubhat maka ia akan tercampak kepada yang haram. Seperti penggembala di dekat pagar, sangat mungkin makan tanamannya.

Cara lain dalam memuliakan diri sendiri adalah dengan mendaya gunakan karunia pendengaran, penglihatan dan akal fikiran untuk diisi dengan ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu yang berguna, wawasan yang luas, dan pengetahuan yang cukup akan meningkatkan kinerja dan kualitas amal seseorang.

Baca...  Membangun Budaya Growth Mindset di Sekolah

Sebagai contoh: nilai ekonomi suatu benda akan meningkat jika diberikan sentuhan-sentuhan ilmu pengetahuan yang cukup. Jika orang bodoh menjual rumpun bambu tanpa sentuhan ilmu pengetahuan, hanya akan dapat menghasilkan sedikit uang, namun jika bambu itu dijual dengan diberikan sentuhan ilmu, dibentuk menjadi tusuk gigi atau yang lainnya maka akan memperoleh peningkatan nilai ekonominya, dan lain sebagainya. Artinya: ” …niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”Artinya: Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaranCara lain untuk memuliakan diri sendiri adalah dengan menghindarkan diri dari perbuatan zalim kepada siapa saja. Kezaliman akan menyebabkan kerugian bagi siapapun. Rasulullah–shallallahu alaihi wasallama- bersabada: Takutlah perbuatan zalim, karena kezaliman itu adalah kegelapan di hari kiamat.

Memuliakan Orang Lain

Demikianlah Allah swt menganugerahkan kemuliaan dan mengajarkan manusia cara menjaga kemuliaan dirinya agar mampu menjadi makhluk mulia, dengan iman, ilmu dan amal nyata, untuk selanjutnya mampu memuliakan sesama manusia. Orang mulia tidak cukup hanya dengan memuliakan dirinya sendiri, apalagi minta dimuliakan orang lain. Orang mulia hakekatnya adalah orang yang dapat memuliakan orang lain di sekitarnya. Dan Orang pertama yang harus dimuliakan oleh setiap orang adalah kedua orang tuanya. Karena kedua orang tua itulah yang sangat berjasa dalam menghadirkannya ke muka bumi ini. Rangkaian penderitaan panjang telah orang tua lalui untuk mengantarkan anaknya lahir ke muka bumi. Derita kehamilan dan melahirkan dan perawatan di masa bayi digambarkan dalam firman Allah: Artinya: ”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”. Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Seseorang yang memuliakan orang tuanya akan menginspirasi anak-anak keturunannya untuk menghormati dan memuliakan dirinya sebagai orang tua. Seperti yang telah Rasulullah–shallallahu alaihi wasallama sampaikan: “Muliakanlah orang tuamu, maka anak-anakmu akan memuliakanmu”. Setelah kedua orang tuanya, maka orang terdekat yang berhak untuk dimuliakan adalah keluarganya, istri dan anak-anaknya. Seperti disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad–shallallahu alaihi wasallama-. Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya dan saya adalah yang tebaik bagi keluargaku. Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya. Tidak ada yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia, dan tidak ada yang menghinakan wanita kecuali orang yang celaka.

Bahkan secara khusus imam An Nawawi memberikan perhatian dan penghormatan kepada istri dan anak-anak perempuan, sehingga beliau menulis beberapa bab dalam kitab Riyadhushshalihin yang membahas tentang hak-hak keluarga, menafkahinya, memperlakukan dengan lembut terhadap anak-anak perempuan, dan lain-lain. Imam Ibnu Hajar Al Asqalaniy dalam kitab Bulughul Maram menyebutkan hadits di bab pernikahan sub bab mahar, yang di antaranya berisi “…dan orang yang lebih berhak untuk dimuliakan seorang pria adalah anak perempuan atau saudara perempuannya”Orang mulia itu adalah orang yang dapat memuliakan sanak kerabat dan handai taulannya. memuliakan dan memberdayakan mereka yang lemah dan dan tak berdaya, sehingga menjadi orang yang mampu dan berdaya.

Baca...  Relevansi Pancasila Melindungi Kemanusiaan, Perdamaian dan Titik Temu

Ketika Abu Thalhah –radhiyallahu anhu- datang menghadap Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam menyampaikan bahwa Allah telah turunkan ayat: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” QS. Ali Imron: 92. “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kebun Bairaha adalah kekayaan yang paling berkesan di hati, karena letaknya yang menghadap ke masjid Nabawi, dan Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- pernah singgah dan minum airnya yang segar. Kata Abu Thalhah: “Maka sekarang saya sedekahkan kebun itu hanya karena Allah, saya berharap mendapatkan kebajikan, dan menjadi tabungan saya di sisi Allah. Ya Rasulallah, silahkan Engkau bagikan sesuai yang Engkau inginkan”. Mendengar semangat Abu Thalhah dalam bersedekah Rasulullah SAW mengapresiasinya dengan bersabada: Bakhin (ungkapan pujian dan kekaguman atas pekerjaan besar/luar biasa). Itu harta yang menguntungkan, itu harta yang menguntungkan!”. Rasulullah SAW kemudian menyampaikan saran kepada Abu Thalhah “Sesungguhnya saya berpendapat agar engkau bagikan kebunmu itu kepada kerabat-kerabatmu”.

Tidak sedikit ayat Al Qur’an dan hadits Rasulullah –shallallahu alaihi wasallama- yang menganjurkan untuk berbuat baik kepada kerabat. Ada di antara hadits yang menyatakan bahwa bersedekah kepada kerabat mendapatkan dua jenis pahala yaitu pahala sedekah dan pahala silaturrahim. Seperti yang ditulis oleh Imam Al-Bukhari dalam salah satu judul kitab shahihnya tentang sedekah kepada kerabatDalam lingkungan sosial selalu saja ada kelompok lemah yang harus mendapatkan perhatian. Ada anak-anak yatim yang lemah karena tidak memiliki ayah yang menjadi penopang sosial, ekonomi dan psikisnya.

Ada orang-orang miskin yang lemah ekonominya. Sehingga mereka harus mendapatkan pemuliaan dari orang-orang mulia di sekitarnya. Seperti dalam firman Allah: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. Orang terdekat yang ada pada setiap lingkungan sosial bagi setiap orang adalah tetangga. Maka Islam sangat menekankan berbuat baik dan muliakan tetangga itu dengan berulang-ulang dan dengan metode dan motivasi yang bermacam-macam.

Memuliakan tetangga berkaitan erat dengan kualitas iman seseorang. seperti disebutkan dalam hadits: Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia muliakan tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunyaOrang mulia itu adalah orang dapat memberikan manfaat kepada sesama manusia bukan orang yang memanfaatkan orang lain, atau hanya mengambil manfaat dari pihak lain. Seperti disebutkan dalam hadits: “Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia”.

Akhlak merupakan warisan maknawi yang ditinggalkan oleh Rasulullah s.a.w. kepada umatnya. Ia sangat berperanan terhadap seseorang dalam melahirkan seorang insan yang cemerlang sama ada di dunia atau akhirat. Seseorang akan berubah ke arah kebaikan jika ia menghayati nilai moral dalam kehidupannya karena akhlak mulia dapat memberikan kesan yang penting serta positif terhadap kehidupan manusia. Kehidupan ini akan bertambah tenang, mempunyai kerukunan dan ketenteraman, malah mendapat kemuliaan daripada Allah S.W.T.. Dengan ini kita hendaklah mengutamakan akhlak mulia dalam segala perbuatan di dunia ini.

Manusia adalah makhluk yang telah Allah anugerahkan kepadanya berbagai macam kemuliaan dan keunggulan yang tidak diberikan kepada makhluk Allah yang lain. Seseorang yang menyadari kemuliaan dirinya akan berusaha menjauhi sikap dan perbuatan tercela. Manusia berkewajiban menjaga dan meningkatkan keunggulan dan kemuliaannya agar dapat menghadirkan kemuliaan bagi dirinya, keluarganya, masyarakat dan bangsanya.

2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Esai

Menggali Ajaran Alqur'an Tentang Bullying: Larangan dan Hikmah Dibaliknya

1 Mins read
Bullying, suatu perbuatan tercela yang dapat menjatuhkan martabat dan psikis seseorang – yang berupa tindakan fisik, verbal, atau psikologis – perilaku tersebut…
Esai

Dinamika Perkembangan Islamic Studies

2 Mins read
Dinamika perkembangan Islamic studies. Pada tulisan singkat ini, penulis hendak menelisik tentang sejarah Islamic studies, menguraikan sejarah awal perkembangan studi Islam yang…
Esai

Persepsi Warga Dalam Pemilukada 2024

4 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia 2024 (Pemilukada) digelar secara serentak untuk daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya berakhir pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights