Penulis: Moh Naufal Zidni
Tugas keluarga dalam mendidik anak-anak sudah sangat berat dan harus dibantu oleh sekolah. Tetapi, kita harus ingat bahwa tidak semua anak sedari kecilnya sudah menjadi tanggungan sekolah.
Janganlah kita salah tafsir bahwa anak-anak yang sudah diserahkan kepada sekolah untuk dididiknya adalah seluruhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Telah dikatakan bahwa kewajiban sekolah adalah membantu keluarga dalam mendidik anak-anak.
Dalam mendidik anak-anak itu, sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga.
Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat.
Tumbuh kembang karakter anak tergantung pada didikan keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan terkecil, terdekat dan terdiri dari orang-orang yang paling didengar serta dijadikan contoh oleh anak-anak.
Indra Dwi Prasetyo, praktisi pendidikan sekaligus Direktur di Pijar Foundation serta Co-Chair Y20 Indonesia 2022 mengatakan, keluarga selalu memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, termasuk dalam hal pendidikan. Ada adagium yang sering didengar bahwa pendidikan pertama kali terjadi di kamar tidur anak, bukan di ruang kelas.
Menurut Indra Dwi Prasetyo “Pendidikan mengenai kepemimpinan, misalnya, didapatkan anak ketika ia melihat ayahnya bekerja dan memimpin keluarga. Sama halnya mengenai nilai-nilai kasih sayang, kelembutan dan menghargai sesama, justru didapatkan oleh sang anak jauh sebelum mereka mengenal abjad, melainkan melalui ibunya.”
Memang tidak dapat dipungkiri masih banyak keluarga yang tidak memahami bagaimana peran keluarga yang begitu besar terhadap pendidikan anak-anaknya. Ada yang acuh, ada juga yang memang benar-benar tidak mengetahui cara mendukung pemenuhan pendidikan bagi anak-anaknya.
Indra menyampaikan setidaknya ada tiga pendekatan cara keluarga dalam mendorong atau mendukung pendidikan anak-anaknya.
Pendekatan pertama adalah ketika anak-anak masih kecil. Dalam hal ini, orang tua berperan sebagai pemimpin bagi si anak. Tindak dan tutur orang tua akan sepenuhnya ditiru oleh sang anak. Oleh karenanya, fase ini substansial dalam membentuk kepribadian anak di awal.
Fase kedua adalah di mana anak-anak menginjak remaja. Di fase ini, keluarga berperan sebagai “teman” bagi si anak. Orang tua harus sadar bahwa si anak sudah memiliki sedikit otoritas untuk membuat keputusan-keputusan, walau tidak semua dalam hidupnya. Di fase ini, kedekatan keluarga terhadap anak sangat penting.
Fase terakhir adalah ketika anak sudah menginjak dewasa, di mana orang tua bertindak sebagai “observer” dalam kehidupan si anak. Keluarga di fase ini berperan sebagai pusat konsultatif atau ruang bertanya ketika diperlukan.
Di fase ketiga ini, anak sudah memiliki otoritas untuk menentukan pilihan-pilihan di dalam hidupnya. Penting untuk diingat bahwa fase pertama dan fase kedua akan berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang akan mereka lakukan di fase ketiga ini.
Secara prinsipal, keluarga memainkan peranan kunci dalam tumbuh kembang anak, Kemudian dari tingkat membaca ini akan berlanjut ke tingkat lebih jauh, yaitu membandingkan sumber-sumber pengetahuan untuk menguatkan pemahaman seseorang, atau disebut mengkomparasikan berbagai sumber bacaan, mengeksplorasi apa yang dia baca menjadi pengetahuan. Di situlah literasi jadi penting untuk mengolah pengetahuan yang didapat, serta digunakan untuk membangun kapasitas dirinya.
Orang tua sejak dulu sudah mengajarkan ke anak mengenai prinsip-prinsipnya. Misalnya, fokus untuk belajar di jam-jam belajar daripada bermain game di handphone. Atau, melarang untuk melakukan tindakan negatif baik di ruang nyata maupun digital. Atau, jangan mengerjakan suatu hal secara berlebihan, dan seterusnya.
Oleh karenanya, saya pikir orang tua wajib untuk memberikan nilai-nilai prinsip kepada sang anak, bukan metode digitalnya. Karena metode mudah untuk dipelajari di bangku sekolah atau platform belajar online, namun nilai prinsip yang melandasi metode tersebut yang jauh lebih esensial untuk diajarkan kepada si anak.
Sementara itu Wien Muldian berpendapat di era teknologi ini generasi Z yang ada di usia sekolah memiliki gaya belajar visual yang lebih dominan. Di sinilah Wien menghimbau keluarga memahaminya dan juga perlu sebuah coaching atau pendampingan dari anggota keluarga yang satu ke anggota keluarga yang lainnya dengan melibatkan teknologi.
Jika keluarga sudah paham, maka akan mudah melakukan proses belajar bersama, belajar secara kolektif untuk memahami potensi setiap anggota keluarga, potensi setiap anak mereka dalam mengembangkan diri mereka.
Jika sudah mengetahui keterampilan apa saja yang diminati oleh anak-anaknya, akan memudahkan orang tua memberikan aplikasi apa saja yang bisa dimanfaatkan oleh setiap anak yang berbeda-beda. Beragam aplikasi juga sudah tersedia dimana-mana.