Esai

Pembaruan Islam Modernis

5 Mins read

KULIAHALISLAM.COM – Sukidi Mulyadi atau yang dikenal panggilan Sukidi PhD adalah seorang tokoh Intelektual Muslim alumnus bidang Pemikiran Studi Islam dari Harvard University USA adalah satu-satunya seorang (Cendekiawan Kebangsaan, Pemikir Kebinekaan) yang berkarakter kritis, bernas, cerdas, solutif dan independen dalam menguraikan gagasan setiap gejolak problmeatika yang terjadi menimpa pejabat-pejabat dan politisi-politisi juga kondisi persoalan kebangsaan yang bermunculan ditengah aktivitas masyarakat. Beliau muncul menjadi seorang neomodernis cendekiawan Muslim kontemporer yang diharapkan mampu mendobrak metode kebekuan umat dalam memahami proses berfikir, cara bertindak, menawarkan instrumen daya saing unggul memajukan kondisi beragama dan bernegara di masa kini.

Selalu menguraikan pandangan kritis lagi cerdas serta gagasan yang berkualitas, argumentasi yang kokoh dalam menjawab setiap kegelisahan di kalangan akademik, menawarkan solusi kreatif ditengah gejolak peristiwa atau problematika umat beragama dan bermasyarakat. Lebih-lebih instrumen Pembaruan Islam dalam meraih kemajuan Islam agar relevan di setiap tempat dan zaman.

Membaca Teks

Setiap kalangan cendekiawan, intelektual atau ulama yang konser dengan isu-isu pembaruan pemikiran Islam, pembaruan metode jalan umat dunia Islam adalah selalu berawal dari pernyataan yang sederhana, yakni dari mana kita akan memulai dalam membangun, menata dan memotret untuk pembaharuan Islam di masa kini agar supaya relevan dalam setiap waktu dan zaman. Maka, beberapa kalangan cendekiawan yang bergelut dalam bidang akademis, atau intelektual Muslim adalah akan menjawab bahwa, titik awal sebagai pijakan dalam membangun kemuliaan agama Islam serta umat Islam adalah dengan membaca, mendalami dan meneliti setiap kandungan yang sangat mulia berharga dalam kitab suci, naskah manuskrip, literatur dan karya-karya ulama terdahulu dan generasi intelektual berikutnya agar mampu menemukan titik temu bangunan gagasan pemikiran orisinalitas berkualitas dan revolusioner mencerahkan sampai kepada akselerasi titik tuju kemajuan peradaban Islam yang melintasi zaman.

Kemudian, pertanyaan berikutnya yang muncul dikalangan cendekiawan intelektual dan ulama Muslim adalah bagaimanakah cara memahami makna kandungan yang tertera dalam kitab suci, naskah manuskrip dan karya tulis itu. Yakni, setiap cendekiawan atau intelektual Muslim untuk senantiasa membaca, menulis, mendalami dan memahami atau memiliki ilmu pengetahuan yang mampu mengantarkan dalam memahami kepada makna kandungan, sebab-sebab turunnya ayat, makna teks- konteks ayat per ayat, surah per surah dari seluruh makna kitab suci, naskah manuskrip yang sebagai dasar pijakan dalam pembaruan.

Baca...  Ma'mun Murod Al-Barbasy: Cendekiawan Muhammadiyah, Pejuang Politik Keadaban

Lalu pertanyaannya, selanjutnya yang paling fundamental dari sorotan perdebatan dalam memahami makna teks- konteks kitab suci tersebut adalah. Adakah makna-makna dalam teks Al-Qur’an itu sendiri?. Pertanyaan inilah yang memberikan tantangan intelektual kepada setiap intelektual. Kita mengajukan pertanyaan bukan karena kita tahu jawabannya tetapi kita ingin mencari lagi mengetahui jawaban, kemungkinan jawaban serta beragam pandangan perspektif orang-orang terkait atas pernyataan tersebut.

Cak Nur menawarkan suatu pembaruan. Pembaruan Islam berbasis pada kitab suci. Jika kita membaca atau mengajukan pernyataan di atas kepada cendekiawan intelektual seperti Cak Nur. Maka beliau akan menjawab ya, pembaruan Islam berasal berbasiskan kepada kitab suci. Sedangkan, menurut perspektif Sukidi PhD Sebagai cendekiawan dan intelektual muda yang bergaul dengan raksasa intelektual dunia. Beliau memiliki perspektif sendiri terkait pembaruan Islam. Beliau berpandangan mengatakan bahwa, tidak ada makna yang melekat (inheren) dalam setiap teks-teks kitab suci Al-Qur’an Islam itu sendiri.

Dalam konteks pembaruan Islam, selalu muncul perdebatan dan perbedaan terkait memahami dasar pijakan, atau metode pendekatan dalam menggali sumber kajian pembaruan pemikiran dan peradaban Islam. Yakni, ada yang mengusung slogan bahwa Pembaruan Islam itu harus berbasis kepada Alqur’an kitab suci, namun adapula sebagian cendekiawan yang berpendapat bahwa pijakan pembaruan Islam itu berbasis pada tradisi.

Adakah makna dalam teks Al-Qur’an kita suci? Cak Nur menjawab, ya. Sedangkan Sukidi PhD menjawab, tidak. Alasan adalah bahwa dengan memberikan ilustrasi yakni pembaruan Islam itu berbasis kitab suci. Cak Nur menyandar pada satu tesis bahwa, makna ada dalam teks kitab suci itu sendiri. Kita bisa mendapatkan makna dalam teks kitab suci, terutama Alquran. Karena itu, hampir semua karya-karya Cak Nur selalu mengutip ayat-ayat kitab suci, dengan kata lain kitab suci menjadi inspirasi, menjadi otoritas dalam memahami makna, kondisi, gejala dan peristiwa diluar realitas kehidupan. Berdasarkan di atas, bahwa cak Nur meyakini setiap kitab suci adalah memiliki makna, subtansi dan sejarah budaya dalam realitas kehidupan.

Baca...  Pengaruh Keluarga Broken Home terhadap Gangguan Karakter Anak

Makanya, muncul pandangan istilah di bidang pembaruan Islam bahwa Segala sesuatu berawal kembali merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Asal-usul pandangan pembaruan Islam, Cak Nur yang berbasis pada teks kitab suci Al-Qur’an adalah karena terinspirasi, terpengaruh dan menjiwai gagasan dari tokoh’ guru-guru saat studi di luar negeri. Adapun tokoh-tokoh Islam tersebut yakni, Ibn Taimiyah dan Fajrulrahman. Karena itu, Cak Nur dalam setiap karyanya selalu mencari sumber rujukan tekstual dalam kitab suci Al-Qur’an, karena beliau percaya bahwa Alquran adalah kitab paripurna yang memuat segala aspek, kitab etika, sosial, ekonomi dan politik sehingga komprehensif dalam menjawab setiap gejolak persoalan aktivitas kehidupan berkeluarga, beragama dan bermasyarakat hingga bernegara bangsa.

Bersandar penuh kepada kitab suci, dengan merujuk kepada kitab suci setiap pertanyaan dan jawaban ditulis dalam karya dan diskusi nya cukup memberikan jawaban memadai, tetapi berdasarkan fenomena itu Cak Nur tidak terlalu Kritis, cerdas dan mendalam terkait makna-makna yang terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an. Salah satu murid Cak Nur, Budhy Munawar Rachman mengatakan bahwa, dalam mengkaji pembaruan Islam berbasis teks adalah dengan membaca kitab suci Al-Qur’an secara apa adanya tanpa ada instrumen bantuan tafsir terjemahan atau pandangan karyakarya ulama intelektual pada masa sebelumnya.

Karena itu, Sukidi PhD memiliki pandangan dan pemahaman independen dan berbeda dengan Cak Nur. Beliau berpandangan seperti itu bukan untuk mendelegitimasi, menegasikan atau meminggirkan posisi intelektual Cak Nur dan intelektual lainnya. Melainkan, adalah suatu keharusan dalam dunia akademis, komunitas cendekiawan atau intelektual yang kritis, untuk memberikan koreksi, saran kritik, distingsi pandangan dan menawarkan gagasan yang relevan dalam menjawab setiap gejolak dan problematika umat Islam kedepannya.

Kemudian, dalam komunitas Cendekiawan dan Intelektual muslim muncul perdebatan terkait status kitab suci Teks Al-Qur’an adalah apakah mengandung makna-makna atau hanya dikaji secara skripturalis tekstualis saja oleh para penafsir. Maka, ada yang berpendapat bahwa teks kitab suci Al-Qur’an itu tidak mengandung makna apa pun di dalamnya. Lalu, dimana sumber makna-makna itu. Bagi pendapat Cak Nur, bahwa makna itu terdapat secara inheren dalam teks. Tetapi dimana cara mendapatkan atau menyandarkan makna itu, maka Sukidi PhD berpendapat bahwa cara terbaik untuk mendapatkan makna dalam kandungan teks kitab suci itu adalah berada di dalam kumpulan karya-karya para ulama-ulama tafsir, pengkaji awal Al-Qur’an, generasi sahabat nabi, sumber makna kitab suci Al-Qur’an itu pada komunitas penafsir kitab suci Al-Qur’an pada zamannya. Makna-makna teks kitab suci itu tersimpan dan terproduksi didalam pikiran dan memori para penafsir, ulama dan cendekiawan yang mengkaji Alquran. Lalu, apa implikasi terkait pandangan di atas, karena salah satu slogan pada pembaharuan Islam zaman awal adalah kembali merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Implikasinya adalah akan muncul fenomena gerakan fundamentalisme, ekstremitas, salafiyahisme karena memahami kitab suci secara tekstualis, kaku, rigit dan sebagainya.

Baca...  Pentingnya Masyarakat Madani Dalam Negara Demokrasi Modern

Dengan demikian, formulasi yang sangat mulia lagi terbaik dalam pembaruan Islam adalah berbasiskan kepada tradisi ulama-ulama terdahulu, yakni memilih kepada pemahaman makna kitab suci Al-Qur’an ada pada penafsir atau komunitas pengkaji Alquran adalah sebagai sarana mengapresiasi, menghormati peran ulama, yang mengkaji, mendalami, memproduksi, menjiwai, memproduksi dan memperbaharui makna-makna kontekstual yang terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an. Kemudian, munculnya kesadaran untuk kembali membaca kitab suci Al-Qur’an, orang-orang yang baru pemula, kalangan remaja dan kaum muda akan senantiasa serius membaca, mengaji, mengkaji, mendalami dan meneliti makna-makna kandungan yang ada dalam kitab suci Al-Qur’an. Karena itu, dalam proses mengkaji Alquran tersebut kita akan selalu berpacu secara serius dan tekun untuk menggali mendalami kandungan mutiara segar, terbaru, dan relevan dalam Al-Qur’an. Pembaruan Islam berbasis kitab suci Al-Qur’an, periode awal modern/kaum neo-modernis. Ini pandangan Ibn Taimiyah dan Fajlurahman yang dilanjutkan oleh Nurcholish Madjid. Sedangkan yang digagas oleh Sukidi PhD adalah Pembaruan Islam berbasis kepada tradisi, karya-karya cendekiawan, intelektual dan komunitas ulama tafsir Islam adalah pembaruan Islam modern yang relevan menjawab persoalan-persoalan agama dan negara bangsa.

32 posts

About author
Alumni Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kuliah Al-Islam
Articles
Related posts
Esai

Istri Simpanan dalam Pandangan Islam: Pilihan Kedua atau Ujian Hidup?

3 Mins read
Pernah dengar istilah istri simpanan? Yup, istilah ini sering bikin alis terangkat dan kepala geleng-geleng. Dalam masyarakat, topik ini jadi bahasan yang…
Esai

Mengenang Tokoh Yang Wafat; Memetik Kiprah dan Karya

3 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Secara naluriah, setiap manusia memiliki rasa rindu, ingatan dan memori terkait dengan sosok kedua orang tua, tokoh daerah dan nasional,…
Esai

Persepsi Manusia Hadapi Kematian

3 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Setiap manusia memiliki persepsi, pandangan dan orientasi target yang ingin dicapai mengisi aktivitas berkomunitas keluarga, beragama dan bermasyarakat dalam kehidupan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights