ArtikelKeislaman

Ngopi Tasawuf Bareng Prof. Imam Suprayogo

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Siapa sih yang tidak mengenal Prof. Imam? Jika Anda tidak mengenalnya saya yakin Anda bukan mahasiswa Malang, atau hanya seorang mahasiswa yang kebetulan “naruk” di salah satu kampus Malang, apakah itu UIN, UMM, atau UNISMA. Sangat rugi jika Anda tidak mengetahuinya; sebaliknya, Anda harus mengikuti gaya hidup dan pemikirannya.
 
 
Prof. Imam adalah orang yang menarik dan dapat menjadi inspirasi bagi semua orang. Sebagai mantan rektor yang sukses tanpa pamrih, ia menghadapi dunia manajemen praktis setiap hari. Ia adalah seorang ilmuwan yang setia pada dunia akademik. Beliau geluti dunia ini dengan penuh semangat dan tanpa mengorbankan satu sama lain.
 
Pengembangan luar biasa UIN Malang dapat dianggap sebagai hasil dari pertimbangannya atas pekerjaan dan pemikirannya yang sangat bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak! Selama menjabat sebagai rektor di STAIN Malang (sekarang UIN, dan pada tahun 2002 sempat menjadi Universitas Islam Indonesia-Sudan), kebijakan dan inovasi yang dia lakukan membuat orang terheran-heran atau “marenges”.
 
Selain menjadi orang yang sederhana, low profil, tidak mengejar publisitas, dan sangat menghargai orang lain, ia juga mahir menulis dan berbicara secara lisan. Bahasanya luwes, penuh ide, dan disampaikan dengan cara yang segar dan menghibur. Ini pasti keahlian yang langka.
 
Menurut Prof. Imam, untuk mencapai kesuksesan, orang pertama harus berkomunikasi dengan Allah Swt. Untuk melakukan ini, orang harus shalat dengan khusyu’, katanya, mengutip ayat-ayat dari Alqur’an Surat Al-Baqarah ayat 45-46. Allah SWT berfirman:
 
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ. الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
 
Artinya: “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah [2]: 45-46).
 
Beliau kemudian melanjutkan pada Surat Al-Baqarah ayat 125. Allah SWT berfirman:
 
وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًا ۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّى ۗ وَعَهِدْنَاۤ اِلٰۤى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّآئِفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّکَّعِ السُّجُوْدِ
 
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat sholat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ism’ail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang itikaf, orang yang rukuk, dan orang yang sujud!”. (QS. Al-Baqarah [2]: 125).
 
Menurut Prof. Imam, saat shalat, Anda harus berusaha membuat hati seperti berada di maqam Ibrahim. Kenapa demikian? karena maqam Ibrahim adalah tempat yang mustajab untuk diibadahi.
 
“Lalu bagaimana Prof kalau sudah khusyuk?” tanyaku. Jawabnya adalah, “Jika kita sudah khusyuk dalam shalat, Allah akan menghilangkan rasa dendam kita dan hidup kita akan tenang.” Beliau kemudian mengutip ayat 43 dari Surat Al-A’raf, Allah SWT berfirman:
 
وَنَزَعْنَا مَا فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ الْاَنْهٰرُ ۚ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدٰٮنَا لِهٰذَا ۗ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَاۤ اَنْ هَدٰٮنَا اللّٰهُ ۚ لَقَدْ جَآءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَـقِّ ۗ وَنُوْدُوْۤا اَنْ تِلْكُمُ الْجَـنَّةُ اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
 
Artinya: “Dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka, di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. Sesungguhnya rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.” Diserukan kepada mereka, “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-A’raf [7]: 43).
 
Kedua, selain sering membaca shalawat kepada Kanjeng Nabi juga peduli terhadap masyarakat diakar rumput. Jangan lupakan. Beliau menyatakan bahwa tidak hanya masalah moral yang marak di masa kini, tetapi banyak orang yang mengabaikan masyarakat bawah. Alih-alih membantu masyarakat kecil, mereka justru enggan menerima tamu kalau tidak dari Wali Kota, Bupati, anggota DPR dan lainnya. Kalaupun nerima mereka terkesan “cuek”, kecuali jika ada butuhnya.
 
Itu sebabnya, tak heran jika dhalem beliau tak pernah sepi dari tamu tanpa membedakan kelas-kelas sosialnya, mulai dari rakyat jelata hingga para elit penguasa papan atas kaum kapitalis. Di ruang tamu itu, semuanya, antara kelas kapitalis yang biasanya saling menjauh dan bermusuhan bisa duduk sama sejajar.
 
“Mas tugas kamu saat ini belajar dan belajar terus ya, setelah itu mengajar sembari mengabdi. Pokoknya banyakin baca buku sepanjang masa.” Pungkasnya.
 
Ala kulli hal, sehat-sehat dan panjang umur, Prof. Imam.
 
*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.
Baca...  Nabi Yusa Bin Nun (Yosua) dalam Riwayat Ibnu Katsir
2472 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Kisah-kisah Tentang Orang Yang Kikir

2 Mins read
Sudah mafhum bahwa sifat bakhil atau orang biasa menyebutnya dengan kikir merupakan salah satu dari penyakit hati yang sangat merugikan bagi pribadi…
Keislaman

Peran Kalam dalam Menghadapi Radikalisme dan Sekularisme

3 Mins read
Menurut Al-Farabi, ilmu kalam adalah ilmu yang mengkaji tentang sifat-sifat Allah, keberadaan semua makhluk baik di dunia atau setelah mati berdasarkan doktrin…
KeislamanNgaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Jawaban Al-Ghazali Terhadap Status Orang Yang Bermaksiat

3 Mins read
Pada ngaji sebelumnya sudah dijelaskan bahwa dalam pandangan Asy’ariyah orang yang fasik boleh melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan kata lain, tidak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights