KeislamanTokoh

Mengenal ar-Ramahurmuzi Ulama Hadis

3 Mins read

Kuliahalislam. Ar-Ramahurmuzi (Khuzistan, Iran 265 dan wafat 360 H). Seorang Ulama hadis terkemuka dan sastrawan Arab pada abad ke-3 dan ke-4 H. Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad al-Hasan bin Abdurrahman bin Khallad ar-Ramahurmuzi atau dikenal dengan nama Abu Muhammad ar-Ramahurmuzi. Sejak kecil dia telah menekuni bidang Hadits dan ilmu hadits, sehingga berkat ketekunan dan kecemerlangan pemikirannya, dalam usia muda ia telah dianggap sebagai ahli hadis oleh para ulama.

Menurut Muhammad Ajaj al-Khatib (Guru besar hadis dan ilmu hadis Universitas Damascus, Suriah), ar-Ramahurmuzi berguru kepada 200 orang ahli hadis di zamannya dalam usahanya memperdalam bidang hadis dan ilmu hadis. Guru-gurunya antara lain ayahnya sendiri yaitu Abu Husain Muhammad bin Husain al-Wadi’i (wafat 296 H), Abu Ja’far Muhammad bin Abdillah al-Hadrami (202-297 H), Abu Bakar Ja’far bin Muhammad al-Faryabi (207-307 H), Abu Yahya Zakaria bin Yahya bin Abdillah as-Saji (217-307 H), Abu Ja’far Muhammad bin Usman bin Abi Syaibah (wafat 297 H), Abu al-Qasim Abdillah bin Muhammad bin Abdul Aziz al-Bugawi (214-317 H), Abu al-Hasan Ali bin Rawhan ad-Daqa (wafat 301 H), dan Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sa’id al-Kufi (249-332 H).

Ia seorang ahli hadis dan sastrawan yang hidup pada masa Dinasti Buwaihi berkuasa, ar-Ramahurmuzi dikenal sebagai ilmuwan yang dekat dengan penguasa khususnya Adud ad-Daulah (wafat 372 H), al-Mahlabi (291-352 H), dan Abu al-Fadl bin al-Amid (wafat 360 H). Ketiganya sering mengajak ar-Ramuhurmuzi untuk berdiskusi dalam masalah-masalah hadis dan sastra Arab, bahkan Abu al-Fadl bin al-Amid sering melakukan tanya jawab melalui surat dengan ar-Ramuhurmuzi.

Oleh karena itu, menurut Muhammad Ajaj al-Khatib, tidak mengherankan jika ar-Ramahurmuzi kemudian diangkat oleh penguasa Dinasti Buwaihi sebagai Qadi (Hakim) di Khuzistan, tetapi tidak dijelaskan kapan ia diangkat sebagai Qadi.

Di samping mengajar para peminat Hadis dan ilmu hadis, a-Ramahurmuzi menulis beberapa karya ilmiah di bidang hadis dan sastra Arab. Muhammad Ajaj al-Khatib mengatakan bahwa ar-Ramahurmuzi menghasilkan 15 karya ilmiah. (1). Adab al-Mawa’id, membahas beberapa permasalahan yang berkaitan dengan sastra Arab. (2). Adab an-Natiq (Retorika). (3). Imam at-Tanzil fi Al-Qur’an al-Karim, membuat pembahasan tentang Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan hadis-hadisnya. (4). Amsal an-Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, yang menguraikan hadis-hadis yang berkaitan dengan janji baik dan janji buruk di akhirat, halal dan haram serta iman dan kufur serta menguraikan pengertian kata-kata sulit dalam hadis tersebut dan mengkaitkannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan syair-syair Arab. (5). Rabi’ al-Matin fi Akhbar al-‘Usysyaq, yang memuat uraian tentang sastra dan hadis. (6). Risalah as-Safar, yang menguraikan tentang hukum bagi orang yang berpergian. (7). Ar-Rasa wa at-Ta’azzi, yang menguraikan tentang sastra Arab, (8). Rajhan baina al-Hasan wa al-Husain, membuat biografi Imam Hasan dan Husein. (9). Asy-Syaib wa asy-Syabab, membuat uraian permasalahan janda dan pemuda. (10). Al-‘Illal fi Mukhtar al-Akhbar wa al-Asy’ar, memuat tentang hadis dan sastra Arab.

Buku ini, menurut Muhammad Ajaj al-Khatib, diinformasikan oleh Yaqult bin Abdullah al-Hamawi, sejarawan dalam bukunya Mu’jam al-Udaba’ ( Ensiklopedi Sejarawan). Namun, Muhammad Ajaj al-Khatib sendiri masih ragu keberadaan buku ini, karena mungkin yang dimaksud oleh Yaqut bin Abdullah Al Hamawi adalah kitab al-‘Ilal fi Mukhtar al-Akhbar. (12). Mubasatah al-Wuzara, memuat tentang uraian kedudukan Menteri dalam sebuah pemerintahan. (13). An-Nawadir wa Asy-Syawarid, memuat tentang hadis. (14). Al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al-Wa’i, memuat tentang ilmu hadits. (15). Al-Manahil wa al-A’tan wa al-Hanin ila al-Awtan, merupakan buku tentang kecintaan terhadap tanah airnya. Dalam buku terakhir ini, ar-Ramahurmuzi banyak memuat syair tentang rasa kecintaannya terhadap kampung halaman sendiri.

Dari lima belas judul tulisannya ini, baru kitab Al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al-Wa’i, yang sudah diterbitkan setelah dikomentari oleh Muhammad Ajaj al-Khatib. Adapun karya lainnya yang masih bersifat manuskrip dan bahkan sebagian tidak diketahui tempatnya. Buku-buku yang ditulis olehnya menggunakan bahasa Arab dan Persia. Adapun yang dapat dilacak, menurut Muhammad Ajaj al-Khatib hanya berbahasa Arab sebanyak 15 seperti yang diuraikan di atas.

Ketokohan ar-Ramahurmuzi dalam bidang hadits terlihat dengan jelas dalam bukunya al-Fasil bain ar-Rawi wa al-Wa’i, karena dia membahas ilmu Hadis secara sistematis, jelas, terperinci dan komprehensif. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani (773-852 H/1362-1449 M), bukunya ini merupakan buku ilmu hadits pertama yang ditulis secara sistematis dan komprehensif. Sekalipun dasar-dasar ilmu hadis telah selesai dikemukakan oleh para ahli hadis sebelum ar-Ramahurmuzi, khususnya Imam Syafi’i (150-204 H/767-820 M), namun ilmu-ilmu hadis tersebut belum dibukukan secara tersendiri.

Uraian tentang ilmu Hadis dan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan hadis dikemukakan oleh Imam Syafi’i dalam kitab usul fiqihnya yaitu ar-Risalah. Oleh sebab itulah, Muhammad Ajaj al-Khatib, ketika meneliti ketokohan ar-Ramahurmuzi dalam bidang hadits, menyatakan bahwa pembahasan secara sistematis dan komprehensif dalam ilmu Hadis dimulai oleh Ar-Ramahurmuzi dalam kitabnya al-Fasil bain ar-Rawi wa al-Wa’i. Setelah dia menguraikan ilmu hadis dalam bukunya itu, barulah Imam Al Hakim an-Naisaburi (321-405 H/933-1014 M) menulis buku Hadits dengan judul Ma’rifah fi ‘Ulum al-Hadis.

199 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
Keislaman

Benturan Dua Mazhab Besar: Bagaimana Muktazilah dan Asy’ariyah Menafsirkan Sifat-sifat Allah dalam QS. Al-Hasyr 59 : 22?

4 Mins read
Pembahasan mengenai sifat-sifat Allah SWT menjadi salah satu diskursus paling menarik dan sensitif dalam khazanah teologi Islam. Setiap mazhab memiliki cara tersendiri…
Keislaman

Antropomorfisme Dalam Kitab Tafsir Al-Kashf Wa Al-Bayan Fi Tafsir Alquran Karya Al-Tsalabi

4 Mins read
Al-Tsa‘labÄ« adalah seorang mufassir besar dari Naisabur bernama Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al-Tsa‘labÄ« (w. 427 H). Tafsirnya yang berjudul…
Keislaman

Cara Muktazilah Memahami Takdir Manusia

5 Mins read
Tuhan bukan penentu takdir manusia, melainkan sepenuhnya karena usahanya sendiri: cara Mu’tazilah memahami takdir manusia. Pembahasan mengenai takdir sejak dulu selalu menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights