Setiap tahun,
kita memperingati idul Adha. Kisah-kisah pengorbanan Ibrahim selalu menjadi cerita yang tak pernah usang, orang tak pernah bosan mendengarkannya. Dan ternyata kisah pengorbanan ini bukan Cuma kita
yang selalu mengulangnya, Tidak hanya orang islam, tetapi juga saudara
di kristen serta yahudi juga menceritakan kisah pengorbanan sejati ini.. Sekalipun 3
agama besar ini punya basis ideologi yang berbeda, kisah Ibrahim tetap menjadi
bagian dari kisah yang sama.
Lalu, pernahkah
kita bertanya, mengapa kisah
ini sangat populer dan abadi
sekali? Tentu saja
bukan hanya karena banyak orang yang
menceritakan ulang. Tetapi ternyata nilai abstraksi ideologi dibalik kisah
pengorbanan ini. Karena
semakin mendalam nilai ideologi di balik sebuah pengorbanan ini, maka semakin
kuat nilai kohesi sosial tercipta. Dan semakin kuat dan besar pula komunitas
yang terbentuk. Mari kita bandingkan
pengorbanan Ibrahim dengan kisah pengorbanan heroik; tokoh
populer dunia semisal pengorbanan Mahatma
Gandhi, Martin Luther King Jr., dan Nelson Mandela. Ternyata tingkat abstraksi ide Ibrahim adalah
yang paling tinggi dibandingkan dengan nilai abstraksi tokoh-tokoh tersebut.
1. Mahatma Gandhi: kemanusiaan Tanpa Kekerasan
Mahatma Gandhi
dikenal sebagai bapak kemerdekaan India yang mengorbankan kenyamanan pribadinya
demi kebebasan bangsanya. Ideologinya berpusat pada ahimsa (non-kekerasan) dan
satyagraha (kebenaran dan keteguhan). Gandhi memimpin berbagai aksi protes
tanpa kekerasan melawan penjajah Inggris, meskipun berulang kali dipenjara dan
mengalami kesulitan.
Pengorbanannya
berhasil menyatukan rakyat India dari berbagai lapisan masyarakat untuk melawan
penjajahan. Aksi-aksinya memperkuat solidaritas dan kohesi sosial, menciptakan
komunitas yang bersatu dalam tujuan mencapai kemerdekaan. Kisah Gandhi tidak
hanya menginspirasi rakyat India tetapi juga gerakan perjuangan hak sipil di
seluruh dunia.
2. Martin Luther King Jr.: Kesetaraan manusiawi
Martin Luther
King Jr. adalah pemimpin hak-hak sipil Amerika Serikat yang berjuang melawan
diskriminasi rasial dengan metode non-kekerasan. Ia mengorbankan keselamatan
pribadinya, menghadapi ancaman pembunuhan dan penangkapan, demi memperjuangkan
persamaan hak bagi semua orang, terlepas dari warna kulit.
Pidatonya yang
terkenal, “I Have a Dream,” menginspirasi jutaan orang dan menjadi
simbol perjuangan melawan ketidakadilan. Pengorbanan King memperkuat ikatan di
antara komunitas kulit hitam dan pendukung hak-hak sipil, membentuk komunitas
yang lebih adil dan inklusif. Kisahnya menjadi inspirasi global dalam
memperjuangkan hak asasi manusia.
3. Nelson Mandela: Perjuangan Melawan Apartheid
Nelson Mandela,
yang menghabiskan 27 tahun di penjara karena melawan apartheid di Afrika
Selatan, mengorbankan kebebasan pribadinya demi keadilan dan kesetaraan.
Ideologinya menekankan pentingnya rekonsiliasi dan perdamaian dalam membangun
masyarakat yang bebas dari diskriminasi rasial.
Setelah
dibebaskan, Mandela memimpin Afrika Selatan menuju rekonsiliasi, memperkuat
solidaritas antara berbagai ras dan kelompok etnis. Pengorbanannya
menginspirasi bangsa untuk bersatu dan bekerja sama membangun masa depan yang
lebih baik. Kisah Mandela menunjukkan bahwa pengorbanan demi prinsip moral dan
kemanusiaan dapat membentuk komunitas yang lebih harmonis.
4. Ibrahim: Spiritual di atas nilai kemanusiaan
Di antara semua
kisah pengorbanan ini, kisah Ibrahim memiliki tingkat abstraksi ide yang sangat
tinggi karena melibatkan hubungan langsung dengan perintah Ilahi dan ketaatan
mutlak. Ibrahim bersedia mengorbankan putranya sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan.
Ia rela menembus batas-batas kemanusiaan. Dan ajaibnya, di saat terakhir, campur
tangan Tuhan berlaku; dikisahkan Tuhan menggantikan anaknya dengan seekor kibas.
Kisah ini disepakati seluruh dunia. Seolah dunia ingin menunjukkan bahwa spiritual dan keimanan itu lebih tinggi, melampaui logika humanisme dan materialisme.
Kesimpulannya, Tingkat abstraksi ide
Ibrahim sangat tinggi karena melibatkan hubungan langsung dengan perintah Ilahi
dan ketaatan mutlak, yang merupakan puncak dari nilai-nilai spiritual dan
moral; yang melampaui logika dan materialisme kemanusiaan. Hal inilah yang
membuat kisah pengorbanan Ibrahim tidak hanya menjadi cerita yang abadi tetapi
juga menjadi sumber inspirasi yang mendalam bagi 3 umat beragama. Semakin
tinggi tingkat abstraksi ideologi di balik sebuah pengorbanan, semakin kuat
pula kohesi sosial yang tercipta, dan semakin besar pula komunitas yang dapat
dibangun dari nilai-nilai tersebut. Kisah Ibrahim menunjukkan bagaimana
pengorbanan dengan tingkat abstraksi ideologi yang tinggi dapat membentuk
komunitas agama yang kokoh dan bersatu. Tidak heran, Ibrahim adalah bapak dari
agama-agama di dunia.
Oleh: Julhelmi Erlanda (Mahasiswa Doktoral Pendidikan Kader Ulama & Universitas PTIQ Jakarta)