Ilmu Kalam adalah suatu disiplin dalam teologi Islam yang berfokus pada analisis isu-isu terkait aqidah, kepercayaan akan Tuhan, dan dasar-dasar keyakinan umat Muslim.
Dengan pendekatan yang logis dan penuh argumentasi, ilmu ini berusaha untuk merinci konsep keimanan dan ketuhanan dengan memadukan dua jenis sumber, yaitu sumber naqli (wahyu) yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis serta sumber aqli yang mengandalkan rasio, logika, dan filsafat.
Keunikan dari ilmu ini terdapat pada kemampuannya untuk menghubungkan wahyu dengan akal pikiran manusia, sehingga memberikan dasar yang kuat dalam membangun keyakinan yang solid dan rasional.
Ilmu Kalam muncul sebagai jawaban terhadap tantangan pemikiran pada awal perkembangan Islam, bertujuan untuk menjaga keutuhan keyakinan umat Islam dari pandangan yang bertentangan, baik dari dalam maupun luar Islam, seperti pengaruh filosofi Yunani.
Di zaman sekarang, Ilmu Kalam menjadi sangat penting dalam menghadapi krisis identitas umat Islam akibat konflik antara tradisi agama dan ideologi modern seperti radikalisme dan sekularisme.
Ilmu ini berfungsi sebagai dasar pemikiran yang membantu umat Islam untuk menyelaraskan warisan spiritual mereka dengan perubahan di dunia modern, serta melindungi mereka dari ekstremisme dan penafsiran yang menyimpang (Noor Ayu Fathimah, 2024).
Sejarah dan Fungsi Ilmu Kalam dalam Konteks Modern
Ilmu Kalam mengalami pertumbuhan yang signifikan selama masa Dinasti Abbasiyah, sebuah periode krusial dalam sejarah Islam yang menyaksikan usaha terstruktur umat Muslim untuk mempertahankan dan memperkuat ajaran religius mereka.
Pada waktu ini, dunia Islam mulai mengalami interaksi mendalam dengan filosofi Yunani serta berbagai agama lain, yang secara bertahap memengaruhi pola pikir umat Islam. Dalam menghadapi tantangan intelektual tersebut, kelompok-kelompok seperti Mu’tazilah muncul dengan pendekatan yang logis dan argumentatif.
Mereka berusaha mengukuhkan doktrin-doktrin keimanan Islam, seperti mengenai keadilan Tuhan dan kebebasan individu, sambil menolak penafsiran yang terasa kaku dan sering kali menyesatkan.
Di zaman kini, peran Ilmu Kalam tidak hanya sebatas pada kajian teologi semata. Ilmu ini telah berkembang menjadi alat intelektual yang sangat penting untuk menjawab berbagai tantangan sosial-politik dan ideologi.
Terutama, dalam menghadapi ancaman dari radikalisme yang membahayakan keharmonisan dalam kehidupan beragama dan sekularisme yang ingin memisahkan agama dari tatanan publik.
Ilmu Kalam sekarang berperan sebagai alat bantu bagi umat Islam untuk mempertahankan keseimbangan antara keyakinan agama dan perkembangan zaman, sehingga mampu menghadapi berbagai ancaman ideologi yang dapat merusak integritas agama dan bangsa. (Noor Ayu Fathimah, 2024).
Krisis Identitas: Akar Radikalisme dan Sekularisme
Krisis identitas yang dihadapi oleh umat Islam saat ini bersumber dari konflik antara nilai-nilai tradisional Islam dan pengaruh globalisasi serta modernitas yang memperkenalkan ide sekularisme, yaitu pemisahan antara agama dan kehidupan politik serta sosial.
Pengaruh sekularisme yang datang dari Barat ini telah masuk ke dalam sistem pendidikan dan kehidupan sosial di negara-negara Muslim, termasuk Indonesia, yang kemudian memicu perlawanan dari sebagian golongan yang merasa terancam oleh perubahan terhadap identitas keagamaan mereka. (Busthomi, 2024).
Radikalisme dalam Islam muncul sebagai reaksi terhadap keadaan sosial-politik yang dirasakan tidak adil serta sebagai perlawanan terhadap dominasi budaya Barat dan ideologi sekuler yang dianggap mengikis jati diri keislaman.
Meskipun sering dikaitkan dengan aspek teologis, akar radikalisme sebenarnya lebih rumit, meliputi elemen sosial, politik, dan ekonomi. Ketidaksetaraan sosial, tingginya sentimen keagamaan, serta kebijakan pemerintah yang dianggap tidak menguntungkan menjadi penyebab tumbuhnya paham radikal.
Gerakan ini sering kali menggunakan simbol-simbol dan bahasa agama untuk membenarkan tindakan ekstrem, walaupun pada dasarnya merupakan ungkapan ketidakpuasan terhadap kondisi sosial-politik yang dialami. (Thoyyib, 2018).
Peran Ilmu Kalam dalam Mengatasi Krisis Identitas
Ilmu Kalam menawarkan pendekatan yang logis dan berbasis argumen, yang memungkinkan umat Islam untuk membedakan antara ajaran Islam yang asli dan tafsir-tafsir yang menyimpang.
Melalui studi Kalam, umat didorong untuk mengembangkan cara berpikir yang terbuka, inklusif, dan moderat—berdasarkan nilai-nilai kasih sayang, perdamaian, dan toleransi terhadap perbedaan.
Lebih lanjut, Ilmu Kalam juga menciptakan kesempatan untuk terjadinya dialog yang konstruktif antara tradisi keagamaan dan pemikiran modern. Dengan demikian, umat Islam dapat membangun identitas keagamaan yang kokoh tanpa terjebak dalam sikap eksklusif atau intoleran.
Pendekatan ini berperan penting dalam meredakan ketegangan ideologi antara radikalisme dan sekularisme, serta membantu umat dalam menghadapi dan mengatasi krisis identitas yang kompleks di tengah pengaruh globalisasi (Noor Ayu Fathimah, 2024).
Strategi Mengatasi Radikalisme dan Sekularisme di Indonesia
Studi menunjukkan bahwa munculnya radikalisasi di Indonesia sangat terkait dengan perubahan dalam struktur sosial dan politik, terutama setelah pengaruh ideologi asing seperti yang berasal dari Hadramaut, Yaman.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan keterlibatan aktif berbagai pihak pemerintah, lembaga agama, institusi pendidikan, dan masyarakat sipil melalui program deradikalisasi, rehabilitasi, reintegrasi, dan pendekatan yang fokus pada kesejahteraan sosial.
Oleh karena itu, peningkatan sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan menjadi elemen penting dalam menjaga keharmonisan masyarakat serta mencegah polarisasi yang ekstrem.
Di sisi lain, sekularisme yang sering dianggap sebagai ancaman oleh beberapa pihak sebenarnya perlu dilihat dalam konteks sejarah dan tujuannya, yaitu untuk memisahkan urusan agama dari negara agar kebijakan publik tidak bersifat diskriminatif.
Di sini, pendekatan Ilmu Kalam memainkan peran yang signifikan, karena dapat menjembatani pemahaman antara nilai-nilai agama dan prinsip-prinsip negara. Dengan cara ini, umat Islam bisa memahami sekularisme secara lebih seimbang bukan untuk ditolak sepenuhnya, tetapi untuk dikelola agar hubungan antara agama dan negara tetap harmonis dan produktif.
Kesimpulannya, krisis identitas yang dialami umat Islam di zaman sekarang tidak terlepas dari bentrokan antara nilai-nilai keagamaan tradisional dan dampak ideologi global seperti radikalisasi dan sekularisme.
Radikalisasi berkembang sebagai respons terhadap ketidakadilan sosial dan dominasi budaya asing, sedangkan sekularisme muncul sebagai akibat dari modernisasi yang memisahkan agama dari kehidupan publik. Keduanya menciptakan tantangan serius bagi kelangsungan praktik keagamaan yang damai dan inklusif.
Dalam situasi ini, Ilmu Kalam memberikan pendekatan yang beralasan dan moderat untuk memahami dan menangani masalah ideologis yang rumit. Dengan mengintegrasikan wahyu dan rasio, ilmu ini mampu membedakan ajaran Islam yang sejati dari penyimpangan yang ekstrem, serta menciptakan pola pikir yang terbuka dan menghargai perbedaan.
Lebih dari itu, Ilmu Kalam berfungsi sebagai penghubung penting dalam merumuskan hubungan yang seimbang antara agama dan negara, tanpa terjebak dalam sikap eksklusif atau penolakan total terhadap modernitas.
Oleh karena itu, merevitalisasi pemikiran Kalam menjadi langkah yang strategis dalam membangun identitas keislaman yang kuat, toleran, dan relevan dengan konteks zaman yang sedang berlangsung.
References
Busthomi, F. (2024). Radikalisme Dan Sekularisme Sebagai Ancaman Kehidupan Beragama,.
Noor Ayu Fathimah, K. (2024). Kalam Menjawab Tantangan Dan Persoalan Islam Masa Kini.
Thoyyib, M. (2018). RADIKALISME ISLAM INDONESIA. TA‟LIM : Jurnal Studi Pendidikan Islam, 1(1).