KULIAHALISLAM.COM – Baru-baru ini Mardigu Wowiek Prasantyo atau yang akrab disapa Mardigu membagikan sebuah postingan di Instagram. Dalam akun tersebut ia mendapatkan pertanyaan dari seorang netizen yang merasa sebal dengan tetangganya yang baru membeli mobil rubicon baru. Lalu Bossman menjawab pertanyaan tersebut dengan argumentasi yang kadang setiap dari kita merasakannya.
“Kalau anda melihat orang kaya di dekat anda atau melihat mereka bergaya lalu ternyata anda merasa iri, tidak senang, sebel, atau bahkan marah sudah dapat dipastikan anda memiliki “poverty conscious”. Kesadaran miskin. Ini kalimat sengaja di tulis di awal karena ini adalah sebuah fakta hasil penelitian pajang dunia psikologi terapan. Aplikasi psikologi mengenal dengan istilah psikology social yang meneliti perilaku individu dan pengaruhnya terhadap diri sendiri dan lingkungan.” Buka Bossman dengan menohok.
Sering kali orang yang terkesima dengan kelebihan harta orang lain. Tidak pernah merasa cukup dengan harta yang ia miliki. Jika sudah mendapatkan suatu materi dunia, dia ingin terus mendapatkan yang lebih. Jika baru mempunyai motor, dia ingin mendapatkan mobil. Jika sudah memiliki mobil, dia ingin mendapatkan mobil mewah lain. Dan seterusnya sampai pesawat pun dia inginkan. Itulah watak manusia yang tidak pernah puas
Padahal setiap dari kita haruslah mempertanggung jawabkan apa yang kita miliki, kita akan ditanyai apapun yang kita punya didunia. “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).
Bossman melanjutkan dengan kalimatnya, “Kita cenderung berkumpul dan merasa nyaman dengan orang yang sejenis dengan kita. Introvert dengan sesama introvert. Tukang nongkrong malam senang dengan nongkrong hingga malam-malam dengan teman satu perasaan itu. Penyuka dan pelaku seni, seniman dengan seniman. Nantinya gayanya pun sama, orang pencinta gunung ya berbusana serta berpikir mereka akan mirip, ibu-ibu penggosip nongkrong bareng perhatikan gaya busananya, pilihan tasnya, semodel semua, bahkan gaya bicaranya sama. Orang lain digosipin, tetangga sendiri digosipin, teman gosip bareng digosipin, bahkan kucing lewat digosipin juga.” Imbuhnya.
Dan yang ngumpul dengan mereka ya sesama pemikiran seperti itu, tingkah polahnya pun demikian, sama. Kalau seseorang atau kelompok yang memiliki poverty conscious maka pasti dua hal terjadi, satu jauh dari kekayaan dua jauh dari kekuasaan. Vibrasinya tak nyambung.
Lalu bagaimana cara nge-tes kita di level berapa? Biasa aja, miskin atau kaya vibrasinya? Ok, kita bisa lakukan sendiri tes tersebut. Kita bisa coba, lihat dan rasakan. Kalau ada gambar kemakmuran, ada gambar kekayaan, kemewahan, gaya orang kaya, apa yang anda rasakan? sebel, senang, biasa aja, semangat?
Contoh lagi, ada mobil mewah, rumah mewah, sekelompok orang dengan ras tertentu yang kaya dan glamour? Coba anda rasakan vibrasi anda terhadap mereka. Lalu pada sekelompok orang kaya dengan agama berbeda dengan anda? apa yang anda rasakan?
Sekelompok orang kaya agama sama dengan anda tetapi berbusana beda dengan anda? Apa yang anda rasakan? Kalau anda merasa senang dengan mereka bahkan semangat mendekati mereka, anda punya vibrasi sama, kemakmuran. Setiap kebaikan yang anda keluarkan dari dalam diri anda, anda mendoakannya agar menjadi orang yang bermanfaat, anda menyambung silaturahmi dengan mereka, anda perlakuan orang-orng itu dengan sopan-santun. Insy Allah firman Allah akan anda rasakan. “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Ar-Rahman ayat 60).