Penulis: Azkia Maulidiya*
Ikhwan Al Safa merupakan kelompok filsuf muslim yang muncul pada abad ke-10 di Basra, Irak, Ikhwan Al Safa juga dikenal sebagai persaudaraan suci atau saudara-saudara yang mementingkan kesucian jiwa.
Mereka adalah sekelompok pemikir yang memperjuangkan harmoni antara filsafat Yunani kuno, dalam penjelasan terbentuknya atau kelahirannya ada yang mengatakan 945 M/ 334 H, dan ada juga yang mengatakan 951 M/340 H.
Ikhwan Al Shafa ini yang menyebarkan ajarannya dengan sembunyi-sembunyi sehingga keberadaan mereka tidak diketahui. Penyebab kelompok ikhwan Al Safa menyebarkan ajaran dengan sembunyi-sembunyi yakni karena kelompok ini menganut aliran Syiah Ismailiyah dan mereka hidup ditengah-tengah sunni.
Oleh karena itu mereka melakukan perkumpulan ini secara sembunyi-sembunyi karena khawatir akan ditindak lanjuti atau dibubarkan oleh penguasa pada saat itu. Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya kelompok Ikhwan Al Safa yakni persaingan tidak sehat antar golongan, masyarakat Islam yang berpikir rasional, serta pemahaman tentang Alquran yang secara tekstual.
Konsep Hierarki Wujud yang Dikemukakan Oleh Ikhwan Al Safa
Dalam hierarki wujud yang di dirikan oleh Ikhwan Al Safa terdapat tingkatan makhluk yakni Tuhan sebagai pencipta, akal, jiwa, al hayula, alam, al-jism, bumi, unsur unsur, dan wujud dunia.
Bagi Ikhwan Al-Safa filsafat adalah “perumpamaan sebanyak mungkin manusia dengan Tuhan”, dan ini adalah cara yang membuat manusia atau malaikat di bumi untuk dekat dengan Sang Pencipta Yang Maha Tinggi.
Dimana manusia dianggap sebagai hamba yang tunduk pada kehendak Tuhan dan melayani-Nya. Sementara manfaat yang dituju adalah memperoleh kebajikan khusus ras manusia, yang membawa ke aktualisasi semua ilmu yang dimiliki manusia secara potensial.
Ini berarti manusia memiliki kapasitas yang unik untuk mengembangkan pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimilikinya, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki kemampuan intelektual yang kompleks dan kemampuan untuk mempelajari dan menguasai berbagai disiplin ilmu.
Potensial tersebut memungkinkan manusia untuk terus belajar, mengembangkan keterampilan, dan meningkatkan pemahaman mereka tentang dunia.
Melalui pendidikan, penelitian, dan pengalaman, manusia dapat mengasah ilmu yang dimilikinya dan mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah, mencapai kemajuan teknologi, memperbaiki kondisi sosial, dan menyumbangkan dalam berbagai bidang kehidupan.
Melalui filsafat, sehingga manusia dapat memahami karakteristik dan tugasnya sebagai makhluk Tuhan seutuhnya. Dimana manusia dapat berkembang melalui bentuk kemanusiaannya yang diciptakan oleh Tuhan dalam hierarki wujud sehingga dapat berada pada jalan yang lurus dan begitu pula yang terjadi pada malaikat yakni dengan melintasi jalan yang benar sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Tuhan sebagai penciptanya.
Kesimpulan
Dapat diketahui jika pentingnya konsep manusia dalam hierarki wujud dalam pemikiran Ikhwan Al Safa dan bagaimana hal itu mempengaruhi pandangan mereka tentang manusia dan eksistensinya.
Konsep ini memberikan pemahaman tentang tanggung jawab manusia dalam mencapai kesempurnaan dan menciptakan harmoni dalam hubungan dengan alam semesta dan Tuhan sebagai penciptanya.
Dalam hierarki wujud filsafat Ikhwan Al Safa menjelaskan bahwa segala sesuatu dalam alam semesta memiliki tingkatan eksistensi yang berbeda-beda, dan manusia menempati posisi tertinggi dalam hierarki ini.
Ikhwan Al Safa percaya bahwa manusia memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan dalam semua dimensi ini. Mereka juga menekankan tanggung jawab manusia dalam menjaga harmoni dalam hierarki ini dan mencari maksud hidup serta kebahagiaan.
Konsep ini memiliki relevansi dalam konteks zaman modern dan telah memberikan sumbangan penting dalam sejarah pemikiran Islam dan filsafat umum.
Daftar Pustakan
- Afandi, Rahman. “Konsep Pendidikan Ikhwan al-Safa dan Rlevansinya dalam Dunia Postmodern.” Insania 24, no. 1 (2019).
- Nasr, Seyyed Hossein. Doktrin-doktrin Kosmologi Islam: Pokok-pokok Filosofinya. IRCISOD, 2022.
- Netton, Ian Richard. Muslim Neoplatonists: An Introduction to the Thought of the Brethren of Purity (Ikhwān Al-Ṣafāʼ). Psychology Press, 2002.
- Rajab, La. “Konsep Pendidikan Ikhwan as-Shafa.” Al-iltizam 2, no. 1 (2017).
- Rusli, Ris’an. Filsafat Islam: Telaah Tokoh dan Pemikirannya. Prenada Media, 2021.
- Saputra, Mohammad Ivani Rizky, dan Alaika Bagus. “Membedah Pemikiran Ikhwan Al-Safa Tentang Sinergi Sains dan Agama.” Al-Ibrah 5, no. 1 (2020).
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Prodi Akidah dan Filsafat Islam fakultas Ushuluddin dan Filsafat.