Esai

Makna Islam dalam Aktivitas Ilmu Pengetahuan

4 Mins read

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

Oleh: Fitratul Akbar

KULIAHALISLAM.COM – Kata
ilmu berasal dari bahasa arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘ilm), yang berarti
pengetahuan (al-ma’rifah),[1]
kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang hakikat sesuatu yang dipahami
secara mendalam.[2]
Dari asal kata ‘ilmu ini selanjutnya di-Indonesia-kan menjadi ‘ilmu’ atau ‘ilmu
pengetahuan’. Dalam perspektif islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil
usaha yang sungguh-sungguh (ijtihad) dari para ilmuwan muslim (‘ulama/mujtahid)
atas persoalan-persoalan duniawi dan ukhrawi dengan bersumber kepada wahyu Allah.[3]

Al-qur’an
dan al-hadits merupakan wahyu Allah yang berfungsi sebagai petunjuk (hudan)
bagi umat manusia, termasuk dalam hal ini adalah petunjuk tentang ilmu dan
aktivitas ilmiah. Al-qur’an memberikan perhatian yang sangat istimwa terhadap
aktivitas ilmiah. Terbukti, ayat yang pertama kali turun berbunyi; “Bacalah,
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan”
.[4]
Membaca, dalam artian yang luas, merupakan aktivitas utama dalam kegiatan
ilmiah. Di samping itu, kata ilmu yang telah menjadi bahasa Indonesia bukan
sekedar berasal dari bahasa arab, tetapi juga tercantum dalam al-qur’an. Kata
ilmu di sebut sebanyak 105 kali dalam al-qur’an. Sedangkan kata jadiannya disebut
sebanyak 744 kali. Kata jadian yang dimaksud adalah; ‘alima (35 kali), ya’lamu
(215 kali), I’lam (31 kali), yu-lamu (1 kali), alim (18 kali), ma’lum (13
kali), alamin (73 kali). ‘alam (3 kali), ‘a’lam (49 kali), ‘alim atau ‘ulama’
(163 kali), ‘allam (4 kali), ‘allama (12 kali), yu’limu (16 kali), ulima (3
kali), mu’allam (1 kali), dan ta’allama (2 kali).[5]

Selain
kata ‘ilmu, dalam al-qur’an juga banyak disebut ayat-ayat yang, secara langsung atau
tidak, mengarah pada aktivitas ilmiah dan pengembangan ilmu, seperti perintah
untuk berpikir, merenung, menalar, dan semacamnya. Misalnya, perkataan ‘aql
(akal) dalam al-qur’an disebut sebanyak 49 kali, sekali dalam bentuk kata kerja
lampau, dan 48 kali dalam bentuk kata kerja sekarang. Salah satunya adalah:
“Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk melata di sisi Allah adalah mereka
(manusia) yang tuli dan bisu, yang tidak menggunakan akalnya”
.[6]
Kata fikr (pikiran) disebut sebanyak 18 kali dalam al-qur’an, sekali dalam
bentuk kata kerja lampau dan 17 kali dalam bentuk kata kerja sekarang. Salah
satunya adalah; “…..mereka yang selalu mengingat allah pada saat berdiri, duduk
maupun berbaring, serta memikirkan kejadian langit dan bumi”
.[7]
Tentang posisi ilmuwan, al-qur’an menyebutkan: “Allah akan meninggikan derajat
orang-orang beriman dan berilmu beberapa derajat”.
[8]

Di
samping al-qur’an, dalam hadits nabi banyak disebut tentang aktivitas ilmiah,
keutamaan penuntut ilmu/ilmuwan, dan etika dalam menuntut ilmu. Misalnya,
hadits-hadits yang berbunyi. ”Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim
dan muslimah”(HR. Bukhari-Muslim).
[9]
“Barangsiapa keluar rumah dalam rangka menuntut ilmu, malaikat akan melindungi
dengan kedua sayapnya”(HR. Turmudzi).
[10]
“Barangsiapa keluar rumah dalam rangka menuntut ilmu, maka ia selalu dalam
jalan Allah sampai ia kembali”(HR. Muslim).
[11]
“Barangsiapa menuntut ilmu untuk tujuan menjaga jarak dari orang-orang bodoh,
atau untuk tujuan menyombongkan diri dari para ilmuwan, atau agar di hargai oleh
manusia, maka Allah akan memasukkan orang tersebut ke dalam neraka”(HR. Turmudzi).
[12]

Besarnya
perhatian islam terhadap ilmu pengetahuan, menarik perhatian Franz Rosenthal,
seorang Orientalis, dengan mengatakan: “Sebenarnya tak ada satu konsep pun yang
secara operatif berperan menentukkan dalam pembentukan peradaban islam di
segala aspeknya, yang sama dampaknya dengan konsep ilmu”
. Hal ini tetap benar,
sekalipun di antara istilah-istilah yang paling berpengaruh dalam kehidupan
keagamaan kaum muslimin, seperti “tauhid” (pengakuan atas keesaan Tuhan),
“al-din” (agama yang sebenar-benarnya), dan banyak lagi kata-kata yang secara
terus menerus dan bergairah disebut-sebut. Tak satupun di antara
istilah-istilah itu yang memiliki kedalaman makna yang keluasan dalam
penggunaannya, yang sama dengan kata ilmu itu. Tak ada satu cabangpun dalam
kehidupan intelektual kaum muslimin yang tak tersentuh oleh sikap yang begitu
merasuk terhadap “pengetahuan” sebagai sesuatu yang memiliki nilai tertinggi,
dalam menjadi seorang muslim”.[13]

Penjelasan-penjelasan
al-qur’an dan hadits di atas menunjukkan bahwa paradigma ilmu dalam islam adalah
teosentris. Karena itu, hubungan antara ilmu dan agama memperlihatkan relasi
yang harmonis, ilmu tumbuh dan berkembang berjalan seiring dengan agama. Karena
itu, dalam sejarah peradaban islam, ulama hidup rukun berdampingan dengan para
ilmuwan. Bahkan banyak ditemukan para ilmuwan dalam islam sekaligus ulama.
Misalnya, Ibn Rusyd di samping sebagai ahli hukum islam pengarang kitab bidayah
al-mujtahid
juga seorang ahli kedokteran penyusun kitab al-kulliyat fi
al-thibb.

Ilmu
dalam islam merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh
dari para ilmuwan muslim atas persoalan-persoalan duniawi dan ukhrawi dengan
berlandaskan kepada wahyu Allah. Pengetahuan ilmiah diperoleh melalui indra,
akal, dan hati nurani/intuitif yang bersumber dari alam fisik dan alam
metafisik. Hal ini berbeda dengan epistimologi ilmu di Barat yang hanya
bertumpu pada indra dan akal serta alam fisik.

Dalam
sejarahnya, perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam mengalami pasang surut.
Suatu ketika mencapai puncak kejayaan, dan di saat yang lain mengalami
kemunduran. Era klasik (650-1250 M) merupakan masa keemasan islam yang di
tandai dengan tingginya etos keilmaun serta pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan di berbagai bidang kehidupn. Setelah itu, perkembangan ilmu di
kalangan umat islam menjadi redup dang anti Barat yang berada dalam garda depan
dalam pengembangan ilmu. 
Kemajuan
ilmu di Barat memunculkan banyak ekses negatif seperti sekularisme,
materialisme, hedonisme, individualisme, konsumerisme, rusaknya tatanan
keluarga, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan obat terlarang.


[1]
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: Unit Pengadaan
Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984), hlm.1037.

[2]
Al-Munjid fī al-Lūghah wa al-A’lām (Beirut : Dār al-Masyriq, 1986), hlm. 527.

[3]
A.Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, (Jakarta: Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, 2003), hlm. 13.

[4]
Al-Qur’ān surat al-‘Alaq : 96 : 1.

[5] M.
Dawam Rahardjo, “Ensiklopedi al-Qur’ān: Ilmu”, dalam Ulumul Qur’ān, (Vol.1, No.
4, 1990), hlm. 58.

[6]
Al-Qur’ān surat al-Anfāl : 8: 22.

[7]
Al-Qur’ān surat Āli ‘Imrān : 3: 191.

[8]
Al-Qur’ān surat al-Mujādalah : 58: 11.

[9]
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium
Baru, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 13.

[10]
Sayid ‘Alawī ibn ‘Abbās al-Mālikī, Fath al- Qarīb al-Mujīb ‘ala Tahdzīb
alTarghīb wa al-Tarhīb, (Mekah; t.p, t.t), hlm. 40.

[11]
Abī Zakariā Yahyā ibn Syarf al-Nawāwī, Riyād al- Shālihīn, (Kairo; al-Maktabah
al-Salafīyah, 2001), hlm. 710.

[12] Al-Mālikī, Fath al-Qarīb, hlm. 42

[13]
Rahardjo, “Ensiklopedi al-Qur’ān: Ilmu”, hlm. 57. Ungkapan Rosenthal tersebut
dikutip oleh Dawam dalam karya Rosenthal berjudul Knowledge Triumphant: The
Concept of Knowledge in Medieval Islam (Leiden: E.J. Brill, 1970).

2360 posts

About author
http://kuliahalislam.com
Articles
Related posts
ArtikelEsaiFilsafatKeislaman

Telaah Kritis Gerakan Feminisme Era Kontemporer

12 Mins read
Feminisme merupakan gerakan sosial dan politik yang berfokus pada upaya menghapuskan ketidaksetaraan gender serta memperjuangkan peningkatan posisi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan…
Esai

Ketika Agama Berhenti di Kerudung

2 Mins read
Ketika agama berhenti di kerudung, dalam masyarakat yang kental dengan nilai-nilai agama, sering kali penampilan fisik menjadi ukuran penting dalam menilai tingkat…
ArtikelEsaiPendidikan

Membangun Kesadaran Politik Masyarakat Indonesia

3 Mins read
Kesadaran politik merupakan salah satu kunci dalam pembangunan demokrasi yang berkelanjutan. Namun, dalam konteks politik modern, kesadaran politik sering kali tersingkirkan oleh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights