Makam Waliyullah Syekh Muhammad Yahya terletak di Jalan Raya Sememi, Surabaya, tepatnya di sebelah pintu masuk Perumahan Western Regency, Surabaya Barat. Desa Sememi terletak pada ketinggian 56 meter di atas permukaan laut, dengan luas wilayah mencapai 600 hektar.
Sebagian besar dari wilayah tersebut, sekitar 310 hektar, merupakan tanah tambak yang digunakan untuk berbagai kegiatan budidaya perikanan. Desa Sememi berada di Kecamatan Benowo, yang merupakan salah satu kecamatan di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Keberadaan desa ini memiliki peran penting dalam sektor pertanian dan perikanan, serta menjadi bagian integral dari perkembangan kawasan Surabaya Barat, dan tidak lepas dari peran Syekh Muhammad Yahya yang lebih dikenal dengan pangeran mas abdi.
Menurut juru kunci Syekh Muhammad Yahya yang lebih dikenal dengan pangeran mas abdi, yakni santri pertama dari mbah H. Ali. biografi dari mbah Ali adalah seorang santri dari Sunan Ampel Surabaya yang masih seangkatan dengan mbah Soleh atau mbah Bolong,
Setiap tahunnya, acara Haul Agung diadakan pada pertengahan bulan Shofar, yang kini telah diselenggarakan sebanyak 344 kali. Acara ini menjadi bukti nyata bahwa Syekh Muhammad Yahya, yang makamnya terletak di Desa Sememi, salah satu waliyullah sekaligus murid pertama dari Mbah H. Achmad Ali yang diakui oleh masyarakat.
Mbah H. Achmad Ali telah memberikan kontribusi besar dalam penyebaran agama Islam, terutama di daerah perbatasan Surabaya dan Gresik. Haul Agung ini bukan hanya sekadar acara peringatan, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan Surabaya-Gresik.
Sememi, yang dahulu menjadi pusat dakwah Islam di kawasan ini, hingga kini tetap menjadi titik fokus dari acara tersebut. Masyarakat dari berbagai penjuru wilayah perbatasan Surabaya-Gresik datang beramai-ramai untuk menghadiri haul, mengenang perjuangan beliau dalam menyebarkan agama Islam, serta meneladani sifat-sifat luhur beliau.
Dengan adanya acara ini, nilai-nilai agama dan dakwah yang telah beliau tanamkan terus hidup dalam ingatan umat, memperkuat ikatan spiritual antara masyarakat dan menjaga kelestarian ajaran Islam di wilayah tersebut.
Haul Agung ini bukan hanya sekadar perayaan tahunan, tetapi juga menjadi momentum penting untuk mengenang sejarah perjuangan dan menjaga keberlanjutan dakwah Islam yang telah dimulai sejak dulu.