Artikel

Loloan Desa Islam Pertama di Bali

2 Mins read

Loloan
merupakan Desa Islam pertama di Provinsi Bali, terletak di Kabupaten Jembrana,
Kecamatan Negara. Desa ini terbagi atas Desa Loloan Barat dan Loloan Timur yang
dipisahkan oleh Sungai Ijo Gading. 

Orang Loloan berasal dari keturunan
Melayu-Bugis dan pada umumnya bermata pencarian sebagai nelayan, petani,
pengerajin, atau pedagang kecil. Lebih dari 90% penduduk Loloan Barat beragama Islam
sedangkan pemeluk agama Islam di Loloan Timur berjumlah sekitar 60%. Umat Islam
di Loloan disebut dengan Nyame Loloan (keluarga dari Loloan) atau Nyame Slam
(keluarga beragama Islam).

Agama
Islam pertama kali masuk ke Bali pada abad ke-14 M, ketika Kerajaan Gelgel
menjadi pusat kerajaan di Bali. Pada masa itu Kerajaan Gelgel masih di bawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit. Masuknya agama Islam tersebut bersamaan dengan
kedatangan abdi dalem dari Majapahit yang sudah memeluk agama Islam. 

Kedatangan
abdi dalem ini pada mulanya bertujuan mengantar pulang Raja Gelgel pertama
bernama Dalem Ketut Ngelesir (1380-1460 M) yang mengadakan kunjungan resmi ke
Majapahit untuk menghadap Raja Hayam Wuruk. Kemudian mereka mengenalkan agama
Islam di wilayah Kerajaan Gelgel (sekarang termasuk Kabupaten Klungkung).

Penyebaran
Islam selanjutnya terjadi pada masa pemerintahan Raja Gelgel kedua yaitu Dalem
Wuturenggong (1480-1550). Kemudian pada sekitar abad ke-15 dan ke-16 M terjadi
upaya pengislaman yang dilakukan oleh pedagang dari Gujarat. 

Selanjutnya,
sepanjang abad ke-17, agama Islam mulai berkembang di Bali. Masuknya agama
Islam di Loloan berawal dari wilayah Jebrana, sebuah daerah Pantai yang
terletak sekitar 30 KM dari Pelabuhan Gilimanuk. Menurut I Wayan Reken
(sejarawan Bali), masuk Islam di Jembrana terjadi dalam dua tahap.

Tahap
yang pertama adalah saat datangnya orang-orang Bugis dari Makassar pada abad
ke-17 M. Sebagian orang Makassar melarikan diri dari kejaran Hindia Belanda  dan mereka mendarat di Air Kuning (Jebrana). 

Kemudian mereka meminta pada penguasa setempat yaitu I Gusti Arya Pancoran
agar diperbolehkan menetap di Bandar Pancoran (sekarang bekas Pelabuhan di
Loloan Barat). Daerah ini kemudian dikenal dengan Kampung Bajo.

Hubungan
antara orang Bugis/Makassar yang dipimpin Daeng Nahkoda dan keluarga penguasa
Jembrana semakin lama semakin akrab. Kesempatan ini digunakan oleh orang
Bugis/Makassar memperkenalkan agama Islam.

Keberhasilan mereka ditandai dengan
masuk Islamnya salah seorang keluarga I Gusti Arya Pancoran dan diikuti para
penduduk. Karenannya rombongan Daeng Nahkoda disebut sebagai tonggak pertama
umat Islam di Kabupaten Jembrana.

Tahap
kedua masuknya Islam di Jemberna terjadi pada masa perempat akhir abad ke-18.
Pada masa itru datang dua kelompok pendatang baru. Kelompok yang pertama adalah
Mubalig dengan pemimpin H Yasin dan H Shihabuddin, Tuan Lebai dari Serawak dan
Datuk Guru Syekh dari Arab. Mereka menetap di Sungai Air Kuning. Kelompok kedua
adalah Armada Syarif Abdullah al-Qadry yang merupakan Panglima Angkatan Laut
Kesultanan Pontianak. Syarif Abdullah mengadakan perlawanan terhadap Belanda.

Ia
berhasil melumpuhkan Belanda hingga sampai ke Ternate, kemudian karena dikejar
Belanda, ia berlayar lagi hingga sampai di Jembrana. Saat menyusuri Sungai Ijo
Gading menuju Syah Bandar (Teluk Bunter), mereka berteriak-teriak : “Liloan !
Liloan !” yang artinya berkelok-kelok. Dari sinilah lahir kata Loloan. Akhirnya
Syarif Abdullah dan rombongannya bermukim di sekitar Tebing kanan dan kiri Sungai
Ijo Gading yang kemudian disebut kampung Lolan. Selanjutnya di bangun benteng
Fatimah diambil dari nama putri Sultan Banjarmasin yang merupakan istri Syarif
Abdullah.

Masyarakat
Islam desa Loloan menyampaikan dan mengembangkan dakwah Islam melalui seni
sepereti rebana, syair dan seni silat. Mereka sangat memelihara seni yang
bernafaskan Islam yaitu dengan menembangkan pujian dengan selawatan dan Barzanji.
Suasana keislaman sampai saat ini terlihat di desa Lolan.

Di
Loloan terdapat berbagai peninggalan sejarah Islam yang terkaiat dengan
perjalanan syiar Islam di daerah tersebut khususnya di Jembrana antara laian
Benteng Fatimah di dekat Sungai Ijo Gading, Prasasti Encik Ya’cub yang
beraksara Arab-Melayu yang isinya bahwa Encik Ya’cub mewakafkan sebidang sawah
serta Al-Qur’an untuk Masjid Jembrana (sekarang Masjid Baitul Qadim).Encik
Ya’qub sendiri adalah Ulama dari Trengganu (Malaysia) yang datang ke Loloan
sekitar abad ke-19 M. Di Loloan juga terdapat dua buah Al-Qur’an bertuliskan
tangan yang ditulis oleh Encik Ya’qub dan Datuk Haji Abdurrahman.

Sumber
: Ensiklopedia Islam, terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.

2361 posts

About author
http://kuliahalislam.com
Articles
Related posts
Artikel

Jawaban Jika Anak Bertanya Bolehkah Bermain dengan Orang Yang Beragama Kristen?

2 Mins read
Jawaban jika anak bertanya bolehkah bermain dengan orang yang beragama Kristen? Ibu saya berpesan jangan bermain dengan teman-temanmu yang beragama Kristen? Apakah…
Artikel

Anak Bertanya, Berperang Demi ISIS Apakah Perintah Tuhan?

3 Mins read
Anak bertanya, berperang demi ISIS apakah perintah Tuhan? Suatu ketika, Irma bertanya kepada Ibunya, “Ibu kenapa ya di Televisi itu banyak berita…
Artikel

Jawaban Jika Anak Bertanya Apakah Kita Mendapat Pahala Jika Membantu Non-Muslim?

2 Mins read
Jawaban jika anak bertanya apakah kita mendapat pahala jika membantu non-muslim? Hakikatnya hubungan antara seorang Muslim dan non-Muslim tidak didasarkan pada kebencian…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights