Penulis: Rusfiana Shita Dewi*
Kata logika itu berasal dari bahasa Yunani Logike dari kata logos artinya ucapan atau pengartian. Logika adalah ajaran tentang berfikir tertib dan benar, atau perumusan lebih teliti, ilmu penarikan kesimpulan dan penalaran tanpa meninggalkan keabsahan.
Sebagai ilmu, logika juga disebut dengan loguka episteme atau ilmu logika yang mempelajari kecakapan untuk berfikir secara lurus, tepat, dan benar. Menurut Mundiri logika adalah sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Tujuan mempelajari ilmu mantiq adalah untuk melatih, mendidik, dan mengembangkan potensi akal dalam mengaji objek fikir dengan menggunakan metodologi berfikir. Adapun faktor-faktor yang membuat kesalahan berfikir ada dua. Yang pertama, hal-hal yang dijadikan dasar (premis) tidak benar. Kedua, Sususan atau form yang menyusun premis tidak sesuai dengan kaidah manriq yang benar.
Sedangkan hubungan ilmu mantiq dengan ilmu bahasa adalah: ilmu bahasa itu menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika itu menyajikan tata cara dan kaidah berfikir secara luas dan benar.
Oleh karena itu keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalam praktk kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berfikir logis.
Sebaliknya, suatu kemampuan berfikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain.
Bahasa dalam logika itu meruapakan alat berpikir yang apabila dikuasai dan digunakan secara tepat, maka akan dapat membantu kita memperoleh kecakapan dalam berfikir.
Hubungan ilmu mantiq dengan ilmu psikologi: psikologi memberikan keterangan proses keterangan mengenai sejarah perkembangan berfikir. Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir.
Untuk dapat berfikir kita terebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia itu berfikir. Nah, disinilah letak hubungan antara psikologi dan logika. Psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berfikir dan psikologi juga memberikan gambaran bagaimana manusia itu berpikir.
Hubungan ilmu mantiq dengan ilmu metafisika adalah logika itu berfungsi untuk menyelidiki hal-hal ada dan mungkin ada dengan metafisika. Maka logika mempunyai fungsi untuk menyelidiki tentang pengertian kebeneran yang ada di balik alam semesta.
Hukum-hukum logika bagi metafisika bukan apa yang telah dirumuskan yang akan menjadi hakikat kebenaran, teatapi apa yang ada di balik rumusan tersebut.
Hubungan ilmu mantiq dengan ilmu epistemologi (Dasar pengetahuan). Metafisika meruapakan cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat realitas. Hakikat realitas tersebut dapat dicari dan ditemukan di balik sesuatu yang tampak atau nyata.
Oleh sebab itu, metafisik selalu mencari kebenaran atau hakikat realitas di balik yang tampak dan nyata. Hubungan keduanya ini sama-sama dari cabang besar filsafat, yaitu teori pengetahuan. Epistemologi merupakan pengetahuan dari segi isinya, sedangkan logika merupakan kebenaran yang ditinjau dari segi bentuknya.
Hubungan ilmu mantiq dengan ilmu agama. Dalam bukunya Murtadha Muthahhari menjelaskan logika itu memberikan kepada kita cara berfikir yang benar dan logika juga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan,sedangkan agama memberikan cinta, harapan, dan kehangatan, agama juga membawa padarevolusi spiritual.
Ir. Husain Heriyanto memverikan contoh hubungan logika dengan ilmu agama “logika dapat berperan dalam proses pembentukan hukum ini berkaitan dengan ilmu ushul fiqh. Sebagaimana yang kita ketahui logika adalah alat analisis dalam proses berpikir.
Logika ini memiliki peran yang sangat penting dalam penarikan kesimpulan yang dilaku oleh para ahli agama dari premis-premis atau kesimpulan yang ada dalam al-Qur’an yang merupakan sumber dasar dari ahli agama.
Disini Hubungan ilmu mantiq dengan ilmu lainnya dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa dapat dilihat dari segi obyek bahasannya yang universal, yaitu tashawwur dan tasdiq. Sebab setiap disiplin ilmu berisikan tashawwur dan tashdiq.
Tasahawwur dan tashdiq merupakan cara menerangkan dan menetapkan obyek pikir secara esensial dan substansial, yang dimana metodenya itu dijelaskan dalam ilmu mantiq. Dengan demikian, hubungan ilmu mantiq dengan ilmu-ilmu yang kainnya terletak pada fungsinya yaitu sebagai alat dan kaidah pembuatan teori yang menjadi isi setiap disiplin ilmu.
*) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.