KULIAHALISLAM.COM – Kisah hari ini tepatnya pada 4 Februari 1839, Lahirnya Sri Sultan Hamengkubuwono VII Bernama asli Gusti Raden Mas
Murtejo, merupakan putra tertua Sultan Sri Sultan Hamengkubuwana VI yang lahir
pada tanggal 4 Februari 1839. Beliau naik tahta menggantikan ayahnya pada
tanggal 13 Agustus 1877. Ia termasuk yang khawatir dengan perkembangan
misionaris dalam melakukan upaya kristenisasi. Maka demi mencegah hilangnya
Islam dari Pulau Jawa, Sultan Hamengkubuwana VII mengutus Kiai Ahmad Dahlan
untuk melakukan haji yang kedua dengan biaya Keraton pada tahun 1903-1904.Dalam
haji itu, Sultan berharap Kiai Ahmad Dahlan belajar dengan berbagai sarjana
Islam dari berbagai dunia di Makkah. Ini dilakukan Sultan, agar Kiai Ahmad
Dahlan dapat menangkal Kristenisasi ini tanpa ada kekacauan. Kemudian hari
Setelah di Makkah, Kiai Ahmad Dahlan bertemu dengan murid Muhammad Abduh, yakni
Rashid Ridha yang kemudian membuatnya terinspirasi mendirikan Muhammadiyah pada
1912.
Setelah Muhammadiyah berdiri,
Kiai Ahmad Dahlan pun mengadopsi semua cara yang dilakukan oleh missionaris
sebagai usaha perlawanan dan perimbangan baik lewat pelayanan sosial,
pendidikan, dan kesehatan. Dalam perjuangan itu, Kiai Ahmad Dahlan berbuat
menolong seluruh pribumi yang terpinggirkan. Dalam dunia pendidikan, Kiai Ahmad
Dahlan juga mengajar dengan memakai sepatu, memakai jas, dan parfum sehingga
menyerupai cara para misionaris. Demi eksistensi Islam, Kiai Ahmad Dahlan
bahkan tidak peduli ketika cara-caranya untuk meninggikan marwah Islam yang
tidak dipahami itu oleh kelompok tradisional membuat dirinya dituduh sebagai
‘Kiai Kafir’.
Perjalanan Kiai Ahmad Dahlan ke
Mekkah ini penting, mengingat situasi abad ke-19, penetrasi kristen di bumi Jawa itu
sangat massif sekali. Maka tanpa ada iktikad dari Sang sultan membiayai Kiai Ahmad
Dahlan untuk melakukan haji kedua, mungkin Muhammadiyah tidak ada dan mungkin juga
Jawa itu bisa dikuasai oleh Kaum Misionaris Katolik yang gencar melakukan
kristenisasi.
Sri Sultan Hamengkubuwono VII
meninggal di Pesanggrahan Ngambarrukmo pada tanggal 30 Desember 1931 dan dimakamkan
di Pemakaman Raja Imogiri, dengan meninggalkan 31 Putera dan 38 Puteri.