Penulis: Muhammad Arbi Jamil*
Secara etimologi Jum’at berasal dari bahasa Arab, الجمعة (al-jumu’ah) yang seakar dengan kata جمع (jama’a) yang berarti “berkumpul” dan kata (جماعة ) jama’ah yang berarti jemaah. Nama tersebut merujuk pada salat jum’ah yang dijalankan oleh umat Muslimin pada hari tersebut.
Hari Jum’at dalam Islam dimaknai sebagai sayyidul ayyam, suhunya hari atau hari istimewa. Tetapi faktanya di zaman kontemporer sekarang ini, kerap kali sebagian dari kalangan muslim memahami makna hari jum’ah yaitu salah satu hari dalam seminggu antara hari Kamis dan Sabtu yang mana dikhususkan untuk seorang muslim melaksanakan salat jum’ah di masjid.
Pemahaman ini memang tidak ada yang salah di sebagian masyarakat muslim, namun alangkah lebih baiknya kita lebih menelaah dan mempelajari tidak hanya dari segi pengertian hari jum’ah melainkan keutamaan apa yang kita dapat dalam hari jum’ah tersebut.
Pada pembahasan ini penulis mengutip kitab dari sekian banyak karangan Imam Al Ghazali yaitu “Dibalik ketajaman Hati” seri 2 atau “Mukasyafatul-Qulub” jilid 2. Yang mana kitab ini diringkas oleh sebuah badan Lajnah yang dipimpin Syekh Ahmad Sa’ad Ali di Mesir. Namun penulis hanya mengutip tema keutamaan-keutamaan pada hari Jum’ah.
Perlu diketahui bahwa sesungguhnya hari jum’ah merupakan hari yang agung, Allah mengagungkan Islam dengannya dan mengistimewakan orang islam dengannya. Allah SWT berfirman:
إذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعوا الى ذكر الله و ذر البيع (الجمعة:)9
Artinya: “Apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari jum’at maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli,” (Al-Jumu’ah: 9)
Allah mengaharamkan sibuk dengan hal-hal dunia dan dari segala hal yang dapat memalingkan orang bersegera ke jum’atan. Nabi Muhammad bersabda, “Barang siapa yang meninggalkan jum’ah tiga kali, dengan tanpa udzur maka Allah akan menutup hatinya.”
Dalam sebuah lafaz yang lain :
“Maka benar-benar telah mencampakkan Islam di belakang punggungnya, ada seorang laki-laki yang berselisih dengan Ibnu Abbas, dia bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai seorang laki-laki yang mati dan tidak pernah menghadiri Jum’ah maupun jama’ah. Berkatalah Ibnu Abbas : “Di dalam neraka”. Lalu tidak henti-hentinya laki-laki itu mendatanginya selama sebulan dengan bertanya mengenai itu dan di tetap berkata : “Di dalam neraka.
Di diriwayatkan dalam hadis Anas bin Malik dari Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya beliau bersabda: “Datanglah Jibril padaku dan di telapak tangannya terdapat cermin yang putih dan berkata : “Ini adalah Jum’ah, Tuhanmu memfardhukannya kepadamu agar supaya menjadi hari raya bagimu dan umat sepeninggalmu. “Aku berkata :”Lalu apa yang ada bagi kami di dalamnya, “Dia berkata : “ Kami di dalamnya memiliki saat yang paling baik, barang siapa yang berdoa di dalamnya dengan kebaikan yang dibagikan kepadanya, maka Allah akan memberinya kebaikan itu dan tidak ada baginya bagian yang disimpan untuknya, yang lebih agung dari itu. Dia adalah pemimpin dari semua hari bagi kita dan kita akan menyebutnya besok pada akhirat dengan “Hari Tambahan.”
Nabi Muhammad SAW bersabda : “Sebaik-baik hari yang terbit matahari di dalamnya adalah hari jum’ah, di dalamnya Adam AS diciptakan, di dalamnya dia dimasukkan surga, di dalamnya dia diturunkan ke bumi, di dalamnya dia diterima taubatnya, di dalamnya dia mati, dan di dalamnya akan berdiri kiamat. Hari itu disisi Allah adalah hari penambahan. Demikianlah malaikat-malaikat menyebutnya di langit.
Di dalam hadis Anas RA, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda : “Apabila selamat hari jum’ah maka selamat pula semua hari. Ka’ab berkata : “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengutamakan Mekah di antara beberapa negeri, Ramadan di antara beberapa bulan dan jum’ah diantara hari-hari, serta Lailatul qadar di antara malam-malam. “Dikatakan : “Sesungguhnya burung-burung dan bangsa serangga bertemu satu dengan yang lain pada hari Jum’ah berkatalah mereka : “Selamat, selamat ini adalah hari yang bagus.” Nabi Muhammad SAW bersabda : “Barang siapa yang mati pada hari Jum’ah, maka dituliskan baginya pahala mati syahid dan dipelihara dari siksa kubur.
Demikianlah penjelasan terkait keutamaan pada hari jum’ah, semoga setelah membaca artikel ini lebih bersemangat dan antusias dalam meningkatkan amalan-amalan dan ibadah pada hari Jum’ah, semoga bermanfaat.
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Editor: Adis Setiawan