Sumber gambar: Iqra.id |
Keunggulan Sayyidah ‘Aisyah dalam Kesusastraan
Setiap ucapan yang meluncur dari lisan Sayyidah ‘Aisyah senantiasa dapat menjadikan para pendengarnya terkagum-kagum dan terpesona, hal ini disebabkan kefasihan lidah beliau dalam melafazkan susunan kata dan kalimatnya selalu disertai nada keseimbangan dalam nilai syairnya.
Apapun yang dikatakannya seakan-akan sedang membaca puisi yang indah, laksana beliau sedang bersyair. Itulah yang membuat para pendengar bagaikan terpukau, kagum dan takjub serta menaruh hormat yang setinggi-tingginya.
Muawiyah bin Abu Sufyan berkata: “Demi Allah, aku belum pernah mendengar sama sekali ada orang yang lebih luas ilmunya dan lebih fasih lidanya daripada Sayyidah Aisyah, kecuali Rasulullah SAW.”
Al Ahnaf bin Qais berkata : “Aku pernah mendengar khotbah yang disampaikan oleh Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib bahwa mereka berkata tiada satu kalimatpun atas suatu percakapan yang aku dengar dapat memadai dengan apa yang meluncur dari lisan makhluk yang lebih baik daripada yang meluncur dari lisan Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu.
Tidak pelak lagi pengetahuan kesusastraannya yang amat luas dan tinggi serta mendalam dan senantiasa tercurah dari rongga dadanya merupakan karunia Allah semata-mata. Akan tetapi disamping itu Sayyidah Aisyah merupakan putri Abu Bakar Ash Siddiq yang merupakan tokoh yang terpandang dan cerdas dan menguasai seluk beluk sejarah bangsa Arab di Mekkah.
Sayyidah Aisyah memperoleh ilmu yang berlimpah ruah tentang hal-hal yang tersangkut dengan segi-segi kehidupan bangsa Arab dalam berbagai aspeknya, serta sejarah bangsa Arab.
Sayyidah Aisyah mampu membawakan syair hingga sebanyak enam puluh bait secara berturut-turut (atau sekaligus) bukan syair sembarang syair akan tetapi syair yang sarat mengandung nilai-nilai falsafah yang mengumandangkan makna serta pengertian yang luas dan mendalam.
Urwah semoga Allah senantiasa meridai-Nya berkata pada Sayyidah Aisyah : “Wahai ibu, kudapati anda memahami benar tentang sejarah bangsa Arab dan hal ihwal serta asal usul keturunan mereka dan juga tentang syair-syairnya”.
Selain itu, yang membuat kita kagum adalah karunia kecerdasan yang dilimpahkan oleh Allah kepada beliau dan kecakapan perasaan serta ingatan yang tajam yang mampu merekam segala sesuatu yang disaksikannya dan disimaknya.
Kejernihan akal, daya ingat dan kemampuannya dalam menyerap segala sesuatu, tidak saja mampu, tetapi juga sanggup membuat pertimbangan. Hingga tiadalah yang mustahil apabila dengan kemampuan beliau yang demikian hebat itu beliau menjadi orang yang memiliki kefasihan lidah.
Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha benar-benar mengerti bahwa Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang amat besar dalam upaya peningkatan kemampuan bagi mereka yang memiliki bakat dalam ilmu sastra bahasa Arab.
Sayyidah Aisyah mengharapkan dan senantiasa menganjurkan kepada para murid asuhnya agar mendalami dan menghayati isi kandungan Al-Qur’an, sehingga mereka menjadi sastrawan-sastrawan yang mahir dalam menyusun kalimat serta memahami cara penggunaan kata demi kata.
Sayyidah Aisyah adalah orang yang datang ke meja makan di mana Al-Qur’an disajikan, yang bagi para Ulama tidak pernah merasa kebyang serta tidak akan pernah menghilangkan rasa dahaga bagi mereka para sastrawan.
Sayyidah Aisyah dengan kecermatan pengertian dan penguasannya dalam ilmu Al-Qur’an berani menentang siapa saja yang berbicara dalam pembicarannya yang tidak menggunakan lafaz-lafaz Al-Qur’an secara benar.