Esai

Kenapa Saya Menulis ‘Sajak-sajak Perjalanan’ ?

2 Mins read

“Sajak-sajak Perjalanan” penulis tulis sebagai bentuk pencatatan terhadap proses menjadi manusia. Buku ini menjadi wadah ekspresi dan ruang refleksi yang mencoba mengurai apa saja yang selama ini sulit dijelaskan dengan kalimat panjang. Penulis percaya bahwa puisi bisa menjadi cara paling ringkas, namun paling jujur, untuk memahami diri sendiri dan lewat pemahaman itulah, perubahan bisa dimulai.

Puisi-puisi dalam buku ini muncul dari pertanyaan-pertanyaan yang sering kali tidak mendapat jawaban cepat. Apa yang membuat seseorang tetap bertahan? Apa artinya bahagia kalau kita terus merasa kurang? Mengapa kehilangan sering datang sebelum kita siap?

Semua pertanyaan itu tidak penulis jawab dengan teori, tapi dengan larik-larik yang pelan-pelan membentuk pola pikir baru. Ini bukan buku yang ingin menggurui, tapi buku yang ingin duduk sejajar dengan pembaca, mungkin sambil sama-sama bingung, atau sama-sama berusaha lebih baik.

Penulis tidak mencoba tampil sebagai penyair dengan diksi rumit atau metafora yang terlalu jauh. Bahasa dalam buku ini penulis pilih sesederhana mungkin, supaya makna tidak terhalang gaya. Beberapa puisi memang muncul dari rasa lelah, tapi ada juga yang tumbuh dari rasa cukup. Misalnya puisi:

“Aku bertanya pada bahagia, ‘Di mana kau bersembunyi?'”
“Ia menjawab pelan, ‘Aku ada di syukur yang sering kau abaikan.'”

Bait ini muncul saat penulis sadar bahwa sebagian besar kekosongan hidup bukan berasal dari kekurangan, tapi dari lupa mensyukuri yang sudah ada. Dari situ penulis mulai belajar kalau hidup ini soal berproses, maka penulis harus berhenti menuntut hasil cepat dari diri sendiri.

Menulis “Sajak-sajak Perjalanan” juga menjadi semacam latihan mental. Penulis mencoba jujur, meski kadang tidak nyaman. Menuliskan rasa takut, kecewa, atau rindu secara terbuka membuat penulis belajar menerima bahwa semua emosi itu valid.

Baca...  Refleksi Menuju Kemajuan Negara

Justru dengan mengenali dan menuliskannya, penulis bisa mengelola emosi lebih sehat. Puisi tidak mengubah keadaan, tapi ia memberi jarak agar penulis bisa melihat hidup dengan perspektif yang lebih jernih.

Penulis sadar, tak semua orang nyaman dengan puisi. Tapi lewat buku ini, penulis ingin menunjukkan bahwa puisi tidak harus berat atau abstrak. Ia bisa menjadi alat refleksi yang membumi sama seperti jurnal pribadi, hanya saja lebih padat.

Buku ini bisa dibaca pelan-pelan, tidak harus urut, dan boleh saja ditutup lalu dibuka kembali setelah beberapa minggu. Karena yang penulis tuliskan di sini bukan kejadian besar, tapi hal-hal kecil yang sering luput dipikirkan: rasa rindu yang tak disampaikan, keberanian untuk berubah, ketenangan setelah menerima keadaan.

Sebagai penulis, saya tidak mengklaim puisi-puisi ini akan mengubah hidup siapa pun. Tapi saya tahu, ia sudah mengubah cara penulis memandang hidup penulis sendiri. Dan kalau ada satu-dua pembaca yang merasa “penulis juga pernah di titik itu,” maka penulis percaya buku ini telah menemukan jalannya. Bukan untuk menyelesaikan, tapi untuk menemani.

Identitas Buku

Judul: Sajak-Sajak Perjalanan
Penulis: Muhammad Ijlal Sasakki Junaidi
Editor: M. Faza Ilhami
Cetakan Pertama: Februari 2025
Jumlah Halaman: vi + 138 halaman
Ukuran Buku: 14 x 21 cm
QRCBN: 62-3839-6761-655

5 posts

About author
Mahasiswa Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
EsaiKeislaman

Pengaruh Ilmu Kalam Terhadap Radikalisme dan Sekularisme

2 Mins read
Bagaimana Ilmu Kalam Menghadapi Radikalisme dan Sekulerisme ? Radikalisme dan sekularisme adalah dua kutub ekstrem yang membahayakan keseimbangan sosial dan spiritual masyarakat….
ArtikelEsai

Bingkai Asa Dakwah dari Sudut Ibukota

2 Mins read
Pada Selasa malam, 10 Juni 2025 lalu menjadi tonggak sejarah bagi pengembangan strategi dakwah masyarakat kosmopolitan. Terbentuknya Formatur Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM)…
Esai

Keselarasan Pesan Agama dan Bangsa (Serpihan Gagasan Sukidi PhD)

12 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Bulan ramadhan hari ini datang ditengah keprihatinan kemanusiaan. Bangsa kita sedang menghadapi berbagai cobaan, kebinekaan kita terkoyak, fondasi negara kita…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Berita

PDPM Sumedang Gelar Seminar Pengelolaan Sampah, AMM Antusias Jadi Agen Perubahan

Verified by MonsterInsights