Oleh: Putri Qurrota
Setiap individu pastilah memiliki pola sidik jari yang berbeda antara satu dengan lainnya. Kembar identik sekalipun, akan memiliki sidik jari yang berbeda. Sehingga pada masa ini, alat untuk mengidentifikasi seseorang dapat hanya dengan menggunakan sidik jari. Keaslian sidik jari tidak perlu diragukan lagi, karena sidik jari tidak dapat dipasulkan.
Sidik jari biasa kita temui di layar kunci smartphone, yang biasa disebut dengan fingerprint. Hal ini dapat diperoleh dengan meneliti garis-garis rekaman dari ujung jari. Tanpa disadari sidik jari merupakan sebuah kemukjizatan yang luar biasa, dimana banyak orang yang menganggap sebagai hal yang biasa.
Lantas, pernahkah terbesit dalam diri kita, dari mana sidik jari ini muncul? Siapa yang menemukannya? Siapa yang membuat sidik jari ini hingga tidak ada yang sama?
Perkembangan dan Keunikan Sidik Jari
Sidik jari telah dikenal pada masa prasejarah dan dinasti China. Banyak ditemukan peninggalan yang menunjukkan adanya penggunaan sidik jari pada masa tersebut. Namun, pada tahun 1903 terjadi kasus Will West masuk penjara, dimana ditemukan sosok yang sama persis dengan Will West di dalam penjara, dia bernama William West.
Sehingga metode identifikasi pada masa itu (bertillion) diragukan keakuratannya. Dan sejak saat itulah, sistem sidik jari diterapkan pada kebanyakan penjara sebagai sistem identifikasi.
Dapat dikatakan bahwa Will West dan William West lah yang membuat sistem sidik jari menjadi terkenal. Kemudian dilanjutkan oleh Dr. Henry Faulds dan Sir Francis Galton sebagai tokoh yang memperkenalkan dan mempertegas adanya sistem sidik jari. Mereka menyimpulkan bahwa sidik jari tidak akan bisa berubah dan tidak akan sama dengan individu lain.
Sidik jari semakin terkenal pada abad 19, dimana sebelumnya masyarakat menganggap lekukan-lekukan pada jari tidak mempunyai arti. Ternyata, pada 14 abad yang lalu, jauh sebelum para ilmuwan menemukan sistem sidik jari. Allah telah menyinggung hal tersebut dalam Alqur’an.
Baru-baru ini, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, para ilmuwan memahami bahwa sidik jari dianggap sangat penting. Fakta dan keunikan sidik jari banyak ditemukan. Seperti, sidik jari diketahui bahwa terbentuk pada saat bayi masih dalam kandungan.
Sidik Jari dalam Alqur’an
Perlu diketahui, Allah telah menjelaskan sidik jari dalam Alqur’an pada Surah Al-Qiyamah ayat 3-4.
اَيَحۡسَبُ الۡاِنۡسَانُ اَلَّنۡ نَّجۡمَعَ عِظَامَهٗؕ ٣
Artinya:
“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?”
بَلٰى قٰدِرِيۡنَ عَلٰٓى اَنۡ نُّسَوِّىَ بَنَانَهٗ ٤
Artinya:
“(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.”
Dikisahkan asbabun nuzul ayat tersebut, terdapat orang kafir yang tidak mempercayai adanya hari kiamat, dan kuasa Allah dalam menghidupkan kembali manusia yang telah tiada. Sehingga, ayat tersebut sebagai penjelas bahwa Allah dapat mengumpulkan tulang-tulang yang telah terpisah dan hancur sekalipun, bahkan unsur yang paling terkecil pun dapat Allah satukan.
Dalam Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, beliau menyebutkan bahwa kata “bananah” memiliki arti tulang-tulang yang berada diujung jari-jari tangan dan kaki, yang membentuk garis-garis halus serta memiliki kegunaan yang banyak.
Awal penafsiran kata “bananah”, para mufasir mengartikannya sebagai jari jemari. Seiring perkembangan, ternyata kata “bananah” ditafsirkan secara spesifik oleh para mufasir pada zaman kontemporer sebagai sidik jari.
Manfaat Sidik Jari
Dari pemaparan ayat di atas, dapat dijadikan bukti bahwa Alqur’an bukan hanya sebagai pedoman hidup manusia, namun sebagai sumber ilmu pengetahuan. Karena, jauh sebelum para ilmuwan menemukan banyak keunikan yang ada di alam semesta, Allah telah memperlihatkan nya melalui Alqur’an.
Subhanallah, begitu hebatnya kekuasaan Allah dalam mengatur alam semesta ini. Segala yang dicptakan oleh-Nya pastilah memiliki manfaatnya tersendiri. Bukankah sebagai hamba yang beriman, kita harus bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepada kita?
Dengan terus belajar dan menambah pengetahuan mengenai apa yang ada di semesta ini. Semoga menambah ketaatan kita terhadap Sang Pencipta.
Demikian, pemaparan mukjizat Alqur’an yang tak pernah lenyap dimakan masa. Justru semakin terbuka lebar seiring perkembangan dunia.
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Editor: Adis Setiawan