Esai

Kadar Umat Manusia Hidupnya di Dunia (Refleksi Atas Kematian)

5 Mins read

KULIAHALISLAM.COM – Tuhan Allah SWT adalah Tuhan yang maha esa lagi kuasa, Tuhan yang maha pengasih, penyayang, pengampun dan penolong bagi setiap makhluknya. Tuhan yang maha mengetahui segala yang gaib dan nyata, rahasia dan terbuka, sesuatu yang baik dan buruk, akhlak yang mulia dan keji tercela. Juga, Tuhan yang maha kuasa dan bijaksana, maha kaya dan pemberi petunjuk, serta Tuhan yang maha menghidupkan dan mematikan, segala sesuatu tumbuh subur di didunia ini. Tuhan Allah SWT adalah Tuhan yang maha kekal dan abadi, Tuhan menghidupkan dan mematikan, menciptakan manusia beragam warna kulit, agama, bahasa dan budayanya, lalu menggerakkan bulan bintang, mengganti siang ke malam, lalu malam ke pagi, menurunkan hujan dari langit kemudian mengganti musim hujan ke musim panas, mengirim badai petir halilintar, menyubur tumbuhkan tanaman dan tetumbuhan. Lebih-lebih, membiarkan beragam kapal-kapal berlayar di lautan luas dengan tenang dan damai melintasi samudera.

Bahwa, segala sesuatu ciptaan Tuhan memiliki masa peredaran masing-masing. Pun, manusia memiliki batas waktu kadar hidupnya di dunia. Ini semua adalah bukti-bukti kuasa kebesaran penciptaan, rahmat petunjuk dan pancaran kemahakusaan Tuhan Allah SWT memberikan isyarat melalui ayat-ayat ilahiyah dan kauniyah kepada setiap makhluk yang hidup di dunia.

Setiap umat manusia yang lahir, hidup tumbuh berkembang dan beraktivitas di dunia ini adalah memiliki kadar batas waktunya masing-masing. Batas waktu umat manusia yang aktivitas kehidupan di dunia ini adalah dibatasi oleh sesuatu yang namanya ajal maut kematian. Itu semua ketetapan dari Tuhan. Batas waktu kematian umat manusia berada dalam genggaman kekuasaan Tuhan Allah SWT yang maha kuasa atas segala sesuatu ciptaan dan makhluknya. Tuhan yang kuasa bisa mempercepat, memperlambat dan menunda kadar nasib hidup manusia dalam menghadapi ajal maut kematian di muka bumi.

Kematian selalu memburu dimanapun umat manusia berada, manusia yang naik dibatas mobil, di atas kendaraan, di atas kapal laut, terbang di pesawat, dalam kondisi gembira bersenang-senang, saat berpesta pora atau berkumpul bersama tetangga atau keluarga. Kematian tidak memandang kekayaan atau miskin, tidak liat orang ahli ibadah atau orang bergelimang dosa. Orang yang hidup kaya atau hidup miskin menderita. Tidak soal kaum tua dan muda atau anak-anak kecil, kaum muda sedang berjalan, anak-anak kecil sedang bermain.

Manusia dalam mengisi aktivitas hidupnya di keluarga, bisa memburu jabatan dan tahta kekuasaan, bisa juga menumpuk harta benda kekayaan yang menggunung, bisa pula mencari popularitas dan ketenaran melalui memamerkan keindahan tubuh dan aksesoris, keahlian bakat potensi diri, kekayaan material akses dimiliki, juga relasi sosial yang luas.

Baca...  Bacalah Sejarahmu Agar Tak Sekadar Jadi Penonton

Namun, semuanya itu adalah kesenangan yang sesaat terkadang menipu lagi memperdaya umat manusia untuk lalai abaikan pada perintah anjuran dari kepada Allah SWT. Manusia bisa hidup sesuka hatinya, semaunya dan seenaknya saja tanpa peduli kondisi tetangga dan warga sekitar, tapi suatu waktu manusia pasti akan menghadapi kematian. Manusia bisa hidup tanpa norma etika dan aturan moral dalam bersosial, cenderung berbuat sewenang-wenang, semena-mena dan saling mengolok-olok, mengejek-ejek, mencaci-maki, dan menghujat menindas rendahkan martabat antar sesama manusia.

Karena itu, pada dasarnya makna hidup dan kehidupan umat manusia di dunia ini adalah sangat singkat dan sementara. Namun, manusia memahami bahwa waktu hidup ini sangat berharga penuh makna, masih panjang dan meluas sehingga manusia cenderung mendambakan usia waktunya didunia seolah-olah eksis selamanya, ingin hidup sepanjang hayat, seribu tahun lagi.

Hidup bergulir begitu singkat dan sementara, waktu berjalan sangat cepat dan berguna menggilas jiwaraga setiap manusia yang sombong congkak, malas dan lemas. Jangan membuat hidup yang singkat ini dengan menggunakan sesuatu yang tidak bermakna, tidak berguna, tidak bermanfaat. menggunakan waktu secara sia-sia, nampak beraktivitas yang terlihat membuang buang waktu saja.

Manusia didunia ini beragam persepsi dan karakter dalam menjalani aktivitas, betapa banyak yang menggunakan waktu hanya untuk memburu jabatan tahta kekuasaan, jabatan kekuasaan didapat melalui cara-cara yang culas, brutalitas dan sewenang-wenang lebih-lebih menjilat, menginjak dan menindas. untuk menumpuk harta benda kekayaan, kekayaan membiayai pendidikan dan ekonomi keluarga anak atau agenda lainnya, untuk menjalin relasi sosial dalam kehidupan.

Ayat-ayat tentang Kematian

“Sesungguhnya Allah SWT memiliki kekuasaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Tidak ada pelindung dan penolong bagimu, selain Allah”.(QS At-Taubah ayat 116).

“Dan setiap umat manusia mempunyai ajal (batas) waktu. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”.(QS Al A’raf ayat 34).

“Allah SWT memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur, maka dia tahan nyawa orang yang telah dia tetapkan kematiannya dan dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah SWT bagi kaum yang berfikir”. (QS Az-Zumar ayat 42).

Baca...  Doa Orang Safar Puncak Arus Balik

“Dan kami tidak menjadikan hidup abadi, bagi seorang manusia sebelum engkau (Muhammad), Maka jika engkau wafat. Apakah mereka akan kekal?, “Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Allah SWT”.(QS. Al-Anbiya ayat 24-35).

“Ya, Tuhanku. Sekiranya engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang sholeh”. Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah maha teliti, terhadap apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Munafikun ayat 10-11).

“Wahai, hamba-hamba ku yang beriman!, maka sembahlah Allah (aku) saja. Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kemudian hanya kepada (Allah) kami, kamu sekalian makhluk dikembalikan”. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Sungguh, mereka akan kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan”.(QS. Al-Ankabut ayat 56-59).

Berita dukacita bersahut-sahutan menggema dari mesjid ke masjid, menepi sejenak jiwaraga. Beragam ekspresi nampak dalam wajah-wajah warga, sambil bertanya-tanya dalam hati nurani. Siapa yang wafat/mati?Apa penyakitnya?Kapan wafatnya?Dimana akan di makamkan?. Bertanya diselimuti dukacita!. Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Semua akan kembali kepadaNya. Perbanyaklah berbuat kebajikan dan kemuliaan dalam kehidupan, sebagai bekal kebajikan hadapi kematian, menuju akhirat Allah SWT.

Kematian terkandung macam hikmah, yakni Ibrah sebagai ujian dan sebagai nasihat yang bisa dipelajari oleh setiap manusia yang hidup. Kematian sebagai ujian, sebab manusia hidup hanya singkat sekali dan sementara saja. Tidak ada sesuatu material yang perlu dipertahankan mati-matian, kecuali aktivitas amal kebajikan saat tumbuh kembang didunia. Kematian sebagai nasihat, sebab manusia memiliki batas waktu hidupnya, kecuali kadar perbuatan amal kebajikan di dunia yang akan dibawa saat menghadapi ajal maut kematian, sebagai bekal mulia diakhirat kelak. Segala sesuatu yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, setiap manusia memiliki batas waktu akal kematian. Semua manusia akan kembali menghadap pertanggung jawaban Tuhan-Nya.

Tidak ada manusia yang bisa mempercepat atau memperlambat, tidak ada manusia yang mendahului atau menunda, sebab ketentuan kematian berada dalam kekuasaan Nya. Tidak pandang manusia yang usia tua atau muda, anak-anak atau kakek nenek, remaja atau dewasa, kaya atau miskin, pejabat atau penjahat, penguasa atau orang biasa.

Baca...  Hapus Sistem Monarki Tunisia Menjadi Negara Republik di Afrika Utara

Ajal Kematian

“Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah. Sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa yang menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepada-Nya pahala (dunia) itu. Dan barangsiapa menghendaki pahala (akhirat) itu, kami berikan pula kepada-Nya pahala akhirat itu dan kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur”.(QS. Ali-Imran ayat 145).

“Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasan amalmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya”.(QS. Ali-Imran ayat 185).

Dengan demikian, jika kita cermati dalil ayat-ayat tentang kematian di atas bahwa, maka kita semua sebagai manusia yang hidup tumbuh kembang dan beraktivitas didunia ini, juga berperan aktif sosial di tengah keluarga dan warga masyarakat adalah kita akan sadar bahwa kehidupan umat manusia sangat singkat, sebentar sekali dan sementara saja. Maka dalam waktu yang singkat ini, kita gunakan untuk sesuatu yang bermanfaat, mengajak pada kebajikan, saling tolong menolong, belajar, bersedekah dan infaq. Lebih-lebih juga, mencegah dari perbuatan keburukan atau kejahatan. Menjauhi tindakan kejam lagi tercela antar sesama manusia.

Sebab, manusia hidup sangat terbatas akan merasakan kematian dan akan kembali menghadap kepada Tuhan Allah SWT. Jika, manusia saling berbuat kebajikan, menebar kedamaian dan saling tolong menolong. Maka, Tuhan akan memberikan pahala dan petunjuk kepada setiap makhluk yang beriman bertakwa dan beramal shaleh. Pun, Tuhan Allah akan menempatkan umat manusia sholeh untuk memasukkan ke dalam surga nya, menikmati keindahan, kesenangan dalam taman surga, mereka hidup kekal dan abadi didalamnya.

Manusia dalam menjalani aktivitas keberadaan didunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, beribadah secara mahdah dan ibadah ghairu mahdah. Ibadah yang menuju berorientasi vertikal (muamalah ukhrawiyah) dan sosial (muamalah duniawiyah). Manusia dalam menjalani eksistensi kehidupan didunia berkewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT, bermunajat simpuh lagi doa zikir kepada Nya. Lebih-lebih senantiasa berzakat, berinfaq dan bersedekah, pun saling tolong menolong, bantu membantu, saling mengingatkan dalam berbuat kebajikan antar sesama manusia. Kita memang memiliki kewajiban untuk belajar, bekerja dan berkarya serta berkontribusi dalam kebajikan atau kemajuan agama bangsa.

42 posts

About author
Alumni Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kuliah Al-Islam
Articles
Related posts
Esai

Orang-Orang Bertakwa Berbuat Kebajikan

4 Mins read
“Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Dengan demikian dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat…
Esai

Potret Masyarakat Bima Era Kontemporer (Gejolak, Konflik dan Kronik)

3 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Akhir-akhir ini, kondisi sosial warga masyarakat Bima menjadi sorotan publik, kehebohan yang viralitas di media sosial, sebab maraknya kasus-kasus kejahatan…
Esai

Makna Hidup Orang-orang Yang Bertakwa

8 Mins read
Ketahuilah bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur’an yang mulia kepada seorang Rasul yang terkemuka, Muhammad Ibnu Abdillah SAW, agar beliau SAW mengeluarkan manusia…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights