Juhayman al-Utaybi pemberontak yang menyerang masjidil Haram (Sumber Gambar : Arabnews) |
KULIAHALISLAM.COM – Juhayman al-Utaybi dilahirkan di al-Sajir, Provinsi Qassim, tanggal 16 September 1936. Berasal dari Kabilah Utaybah, yang merupakan suku terkenal di wilayah Nejd. Ayah dan Kakenya gugur dalam Perang Sabilla yaitu pertempuran antara pasukan Kerajaan Saudi dengan bekas suku-suku pendukungnya yang kemudian dituduh sebagai pemberontak.
Perang ini terjadi tanggal 29 Maret 1929. Kabilah Utaybah tinggal di pedesaan sehingga orang-orangnya polos dan kolot. Mereka belajar agama dari murid-murid Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Karena memiliki semangat beragama dan Jihad fi Sabililah yang sangat kuat, merekapun diangkat sebagai pasukan pendukung utama Abdul Aziz untuk mendirikan kerajaan Saudi dan mereka mendapat gelar al-Ikhwan fid Din (saudara-suadara seagama).
Arab Saudi di Bawah Abdul Aziz Ibnu Saud
Pertemuan Raja Abdul Aziz dan Presiden Roosevelt (Gambar : pavelsokov.com) |
Abdul Aziz Ibnu Saud merupakan Raja Pertama Kerajaan Arab Saudi (al-Malakah al-‘Arabiyah as-Saudiyah) yang berhasil membangun Kerajaan dan Dinasti Wahabi di jazirah Arab.
Arab Saudi yang selama berabad-abad diselubungi keterbelakangan dan kelaparan, tiba-tiba menjadi pusat perhatian dunia dan menjadi negeri kaya yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Ini adalah buah dari sebuah penemuan sumber minyak yang dilakukan orang Amerika di Arab Saudi Timur pada tahun 1938. Tujuh tahun kemudian, Presiden Amerika yaitu Franklin Delano Roosevelt mengadakan jamuan makan malam bersama Raja Abdul Aziz di kapal Amerika USS Quincy di danau Mesir.
Pada pertemuan itu, mereka menyepakati perjanjian yang menyebutkan bahwa Aramco (The Arabian American Oil Company), perusahaan minyak Amerika-Arab sepenuhnya menjadi milik Amerika dan Saudi sebagai operator yang memonopoli industri minyak Saudi.
Kehadiran Amerika di Saudi membuat sejumlah Ulama seperti Syekh bin Baz menegaskan larangan orang kafir berada di kota suci Makkah dan Madinah. Kritikan Syekh bin Baz terhadap Raja membuat ia dipenjara.
Selain itu kelompok al-Ikhwan Fid Din sangat marah terhadap kehadiran Amerika dan Barat. Saudi kemudian menghancurkan mereka dengan bantuan Barat. Pada saat Saudi dipimpin Raja Fahd, Saudi mengalami kemerosotan di bidang Syariah.
Pada saat itu Juhayman al-Utaybi menjadi anggota Tentara Nasional Saudi. Juhayman tidak pernah melupakan tindakan Saudi terhadap keluarganya di al-Ikhwan Fid Din yang dituduh pemberontak.
Ia memutuskan keluar dari dinas militer dan mengikuti kuliah Syekh bin Baz serta masuk ke Universitas Islam Madinah. Tahun 1974 ia keluar dari Universitas Islam Madinah dan Juhayman senantiasa mengkritik Raja Saudi yang melakukan modernisasi Saudi sehingga tempat perjudian, minuman keras, pelacuran dilegalkan.
Kerajaan Saudi kemudian mengangkat Syekh bin Baz sebagai pejabat penting kerajaan, hal ini membuat Syekh bin Baz memberikan perlindungan agama terhadap keluarga penguasa. Juhayman tidak seperti Ulama lainnya yang makan gaji dari penguasa.
Ia sangat marah terhadap kondisi Saudi. Juhayman mengadakan demonstrasi menentang kemungkaran Kerajaan di Ibukota Riyadh, akibatnya ia dan pengikutnya ditahan.
Pertemuaan Juhayman al-Utaybi dengan Syekh bin Baz
Syekh bin Baz (Sumber Gambar : Al-Amiriy.net) |
Selama mendekam dipenjara, Juhayman ditemui Syekh bin Baz. Juhayman berkata padanya “Mereka yang tahu tentang Sunnah hanya beberapa orang dan salah satunya adalah Syekh bin Baz tetapi sekarang ia hanyalah seorang pekerja adminstratif semata.”
Juhayman menyatakan bahwa pada Arab Saudi modern, seorang intelektual Islam memiliki tiga pilihan yaitu setuju dengan al-Saud, diam atau melawan rezim, jika kamu tidak setuju dengan mereka maka mereka akan membunuhmu dan menyebutmu Khawarij.
Juhayman al-Utaybi Menyerang Kawasan Masjidil Haram
Juhayman al-Utaybi di depan Kabah (Sumber Gambar : Kaskus) |
Juhayman al-Utaybi menyadari tentang bangkitnya kekuatan gerakan revolusioner Islam di seluruh negeri serta kebangkitan agama di sekitar Iran menyusul melemahnya monarki sekuler Syiah. Juhayman dididik untuk mencari semua jawaban mengenai kejayaan Islam masa lalu, yang ada dalam tindakan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Oleh karena itu, ketika Juhayman al-Utaybi merenungkan langkah-langkah selanjutnya dari gerakannya, dia menggali sedalam-dalamya sekumpulan jilid besar kitab Hadis.
Di sana, ia menemukan konsep yang kokoh bagi teologi Islam yang terlihat benar dalam masa yang kacau ini yaitu Imam Mahdi.
Dini hari pada musim haji, tanggal 20 November 1979, Juhayman al-Utaybi bersama 270 pengikutnya masuk ke Masjidil Haram. Kemudian ia mendeklarasikan bahwa telah muncul Imam Mahdi.
Imam Mahdi yang dimaksud adalah Muhammad bin Abdullah al-Qahtani. Mereka mengeluarkan tembakan di Masjidil Haram dan memaksa jamaah Saudi agar berbaiat, sementara jamaah dari luar negeri dipersilahkan meninggalkan Masjidil Haram.
Pasukan Kerajaan Saudi mengalami kesulitan untuk menyerang Juhayman dan kelompoknya karena Masjidil Haram merupakan kawasan suci. Jika Pasukan Saudi menyerang maka akan dianggap menodai kesucian kawasan Masjidil Haram.
Kerajaan Saudi pun meminta fatwa kepada para Ulama senior agar menghalalkan tindakan menyerang para pemberontak di kawasan tanah Haram.
Para Ulama mengambil kesempatan ini, mereka akan memberikan fatwa membolehkan dengan syarat bahwa pihak Kerajaan akan menghapus kebijakan Raja Faisal sehingga hak-hak wanita yang diperbolehkan di masa Raja Faisal akan dihapuskan.
Pihak Kerajaan pun menyetujui syarat tersebut dengan terpaksa. Maka pasukan tempur Saudi menyerang mereka sehingga terjadi baku tembak yang mengakibatkan banyak korban tewas.
Akhirnya Arab Saudi meminta bantuan kepada pasukan Prancis. Prancis mengerahkan pasukan tempurnya disertai helikopter untuk menyerang para pemberontak di kawasan Haram. Ledakan bom dari helikopter Prancis mengakibatkan kawasan Masjidil Haram mengalami banyak kerusakan.
Pada tanggal 05 Desember 1979, pasukan tempur Prancis berhasil menghancurkan pasukan pemberontak. Muhammad bin Abdullah al-Qathani yang mengklaim sebagai Imam Mahdi tewas tertembak. Sementara Juhayman al-Utaybi bersama 67 pengikutnya yang masih hidup harus menjalani hukuman pancung di Makkah.
Dalam peristiwa itu ada 12 pegawai dan 115 tentara Arab Saudi gugur, 402 pegawai dan 49 tentara terluka serta 75 pemberontak tewas. Tulisan ini bersumber dari tulisan Yaroslav Trofimov dengan judul “Kudeta Makkah” dan karya Abu Ammar dan Abu Fatiah al-Adnani dengan judul “Inikah Al-Mahdi yang Dijanjikan ?”
Tindakan yang dilakukan Juhayman al-Utaybi dan kelompoknya bukan didasarkan atas agama, namun karena dendam lama sebab Saudi menghancurkan keluarganya dan menuduh keluarganya sebagai pemberontak.
Dan keinginan dirinya melakukan reformasi di Saudi yang ia nilai sudah jauh dari nilai-nilai Islam hanya saja caranya Juhayman al-Utaybi sebenarnya juga bertentangan dengan Islam.