Penulis: Azizah Niki Purnami*
Mari berkenalan dengan ‘Bapak Ilmu Kimia Modern’. Ia adalah salah satu tokoh sejarah ilmuwan Islam yang karyanya masih terus berjaya hingga masa kini. Temuan-temuannya di masa lampau masih terus digunakan hingga saat ini.
Ia merupakan ilmuwan yang pertama kali berhasil menemukan senyawa kimia untuk mencegah besi dan logam berkarat. Selain itu, ia juga membuat penemuan bahan kimia untuk pembuatan gelas.
Abu Musa Jabbir bin Hayyan bin Abdullah Al-Azdi adalah nama lengkapnya. Jabbir Al-Hayyan berasal dari salah satu kabilah Yaman besar yaitu kabilah Azad. Ia lahir di kota Thus Iran pada tahun 101 H (720 M). Ayah Jabbir adalah seorang pendukung Dinasti Abbasiyah.
Jabbir bin Hayyan mulai belajar agama dan berguru pada Harb A-Hamiri dan Imam Ja’far Ash-Shadiq. Setelah belajar agama beberapa waktu, ia mulai mempelajari ilmu tasawuf dan filsafat.
Sebelum datang masa Jabbir bin Hayyan, kimia merupakan sekumpulan praktik yang hanya berdasar pada pengalaman. Pada masa itu, kimia dipergunakan untuk pembuatan barang-barang tambang, cat, kaca, dan untuk menyuling minyak serta parfum.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Jabbir bin Hayyan termasuk orang yang bersemangat untuk melakukan penelitian-penelitian. Salah satunya, Ia pernah melakukan penelitian rahasia terhadap elixir (cairan yang mengubah barang murah menjadi barang mahal). Peran Jabbir bin Hayyan dalam ilmu kimia sangat berkesan. Ia disebut sebagai perintis dan peletak batu pertama ilmu kimia.
Temuan Ilmiah Jabir bin Hayyan Bidang Ilmu Kimia
Jabir bin Hayyan menulis buku yang banyak menjelaskan tentang peralatan untuk menyajikan bahan-bahan kimia yang terbuat dari kaca dan logam. Ia berhasil menemukan formula air raksa dengan membuat campuran dari asam hidrolik (senyawa garam) dengan asam netrik.
Jabir juga menjelaskan cara memurnikan emas dan batu permata. Ia juga dapat membedakan antara zat asam dengan alkalis yang keduanya dapat berinteraksi untuk membuat garam.
Bidang Industri Kimia
Penemuan dalam bidang ini tidak hanya berdasarkan penelitian saja, melainkan didasarkan pada pengalaman Jabir di bidang industri.
Jabir berhasil menemukan cara efektif untuk mencegah besi berkarat dengan mencampurkan baja dan logam yang sudah dimurnikan.
Jabir membuat rumusan istimewa yang digunakan dalam pembuatan pernis, pewarnaan kain, pengerasan kain tenun, dan berbagai keperluan sehari-hari yang melibatkan bahan-bahan kimia.
Selain membuat temuan-temuan kimia, Jabir juga memiliki pemikiran-pemikiran ilmiah yang sangat membantu peneliti hingga saat ini. Jabir sangat memperhatikan setiap eksperimen dan sangat teliti ketika mengambil hasil penelitiannya.
Ia memberikan nasihat kepada muridnya jika kewajiban pertama yang harus dikerjakan adalah melakukan eksperimen. Karena orang yang tidak melakukan eksperimen tidak akan menekuninya. Sehingga eksperimen harus dilakukan agar mendapatkan pengetahuan.
Dalam tulisannya, Jabir selalu mengajak untuk melakukan eksperimen tanpa membuat perkiraan. Namun eksperimen yang dilakukan dengan penuh ketelitian dan pengetahuan yang baru.
Menurutnya, setiap pembuatan eksperimen memiliki cara yang berbeda-beda sehingga membutuhkan tingkat ketelitian yang berbeda pula. Jabir menyadari bahwa eksperimen sangat penting untuk dilakukan pada masa itu.
Penelitian ilmuiah dilakukan untuk mengamati fenomena alam yang mungkin terjadi. Bagi Jabir, ilmuan tidak merasa bangga dengan banyak temuannya tetapi bangga terhadap pengamatan yang telah mereka lakukan.
Sehingga ia berpesan kepada muridnya untuk tidak tergesa-gesa dalam melakukan penelitian. “Pahamilah fenomena alam dari segala sesuatu yang kamu inginkan” ucap Jabir kepada muridnya. Semasa hidupnya, Jabir bin Hayyan telah menulis sebanyak 500 makalah di bidang kimia.
Ia juga banyak menulis buku-buku kedokteran, filsafat, logika, matematika, dan puisi. Berikut adalah beberapa karya tulis Jabir bin Hayyan yang terkenal; Al-Khawash Al-Kabir, Kitab As-Sab’in dan Kitab Ar-Rahmah, Al-Jamal Al-‘Isrun, Al-Ahjar, Asrarul Kimiya’, dan Ushulul Kimiya’. Jabir bin Hayyan wafat di usia 94 tahun di kota Kufah pada tahun 815 M.
Referensi:
Jaudah, Muhammad Gharib Jaudah. 2007. 147 Ilmuan Tekemuka Dalam Sejarah Islam. Jakarta. Pustaka Al-Kautsar
Kak Thifa. 2017. Ensiklopedia Kisah-Kisah Islami. Yogyakarta: Diva Press
*) Editorial staff purnawaktu di sebuah perusahaan penerbitan. Sedang belajar mengulik tokoh-tokoh bersejarah dalam dunia Islam.