(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam) |
Oleh: Fitratul Akbar
KULIAHALISLAM.COM – Dunia
menyaksikan dan mengamati peristiwa demi peristiwa di dunia Islam yang semakin
menyesakkan dada. Dalam berbagai peristiwa, umat Islam lebih gemar bertengkar,
mencaci, melontarkan kebencian, dan mempermasalahkan pihak yang berbeda bahkan
saling menuding dan mengkafirkan dibandingkan menemukan titik temu dan
mengutamakan kebaikan serta kebersamaan. Lebih dahsyat lagi, setiap kelompok menganggap
dirinya paling benar dan paling utama, sambil mendiskreditkan pihak lain. Tidak
jarang dapat disaksikan betapa pemimpin kelompok menganggap dialah pembawa obor
jam yang benar seraya mengecam kelompok lain sebagai yang tidak benar.
Padahal
Al-Qur’an berulang kali memerintahkan umat Islam untuk saling membantu dan
kerjasama untuk kebaikan dan kebenaran. Al-Qur’an, bahkan secara tegas
memperingatkan umat Islam agar tidak bertengkar dan bermusuhan karena
permusuhan di antara mereka akan mengakibatkan kelemahan. Hal tersebut tertulis dalam surah Al-Anfal ayat 46. “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-nya dan janganlah engkau berbabtah bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu. Bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.(QS.Al-Anfal, (8): 46).
Kita dapat menyaksikan
betapa negara-negara Eropa yang beragam suku dan bahasanya dapat bersatu dalam
wadah Uni Eropa. Dari 28 negara tersebut bersatu tanpa untuk saling berkunjung,
memiliki mata yang yang sama, dan merupakan suatu kelompok kokoh dan kuat yang
saling membantu. Sedangkan dengan negara-negara Arab yang jumlahnya 22 negara
justru saling berseteru, bermusuhan, dan saling membunuh. Memblokade sesama
negara Arab, walaupun mereka menganut agama yang sama dan menggunakan bahasa
yang sama (bahasa Arab).
Lebih jauh dalam Al-Qur’an (surah Al-Anfal:73) tersebut, menunjukkan betapa non-muslim bersatu padu, saling membantu dan
kerjasama dalam kehidupan mereka. Umat Islam diperingatkan untuk mencontoh
persatuan non-muslim, karena apabila umat Islam lalai dan tidak meniru
persatuan non-muslim maka hal tersebut akan mengakibatkan kerusakan dan
malapetaka diantara umat Islam.
Sungguh menyakitkan bahwa
apa yang diperingatkan Allah kepada umat Islam terhadap potensi kekacauan,
kerusakan, dan malapetaka di bumi, benar terjadi. Ditengah sebagian umat Islam
meyakinkan bahwa Islam merupakan agama pembawa kedamaian, pada saat yang sama
sebagian umat Islam mempertontonkan secara kasar dan kasat mata kepada dunia
tindakan sebaliknya, bahkan saling membunuh dan saling menghancurkan.
Makna Islam
Substansi Islam adalah
sebagaimana termaktub pada namanya. Kata Islam berakar dari huruf sin, lam,
dan mim. Yang salah satu arti katanya adalah keselamatan dan kedamaian.
Maka substansi dari agama Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan
mengajak umat manusia kepada kehidupan yang damai. Allah memberi nama agama
yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw secara khusus dan agama para nabi seluruhnya
bukan dengan nama suku, bangsa, dan bukan pula dengan nama tokoh, sebagai
bentuk sikap komitmen Islam kepada substansi ajaran yang di bawa nya, bukan
kepada tokoh, bangsa, suku, atau etnis tertentu.
Orang yang menampilkan
Islam tidak sebagaimana Islam yang sebenarnya, jelas merugikan Islam. Hal ini
dapat menurunkan cita-cita Islam dan juga dapat merusak tatanannya, sebab pada
akhirnya kalau Islam dipahami secara benar dapat menciptakan salam, karena
Islam adalah Din As-Salam atau the religion of peace. Dengan
ditampilkannya Islam secara tidak seharusnya, maka yang akan terjadi adalah
berbagai tindakan-tindakan kekerasan, yang akan merusak citra islam dan
seakan-akan Islam sebagai agama teror, agama garis keras, dan agama yang
mengajarkan perang agama.
Kecenderungan sebagian
umat Islam untuk saling menganggap sesat saudaranya yang dianggap melakukan
hal-hal bidah karena tidak ada pada zaman Nabi Saw, merupakan suatu keadaan
yang tidak menguntungkan Islam. Keadaan tersebut justru menjadikan orang-orang
diluar Islam menjadi bingung mengenai bagaimana sebenarnya orang Islam. Dalam
Al-Qur’an, kita mengkaji digambarkan bagaimana musuh-musuh Islam kita anggap
mereka itu satu maka juga hal yang sama terjadi pada umat Islam ketika sebagian
kita terlalu mudah menyesat nyesatkan sebagian yang lain.
Nabi Muhammad Saw
sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, diutus oleh Allah untuk menebar kasih
sayang, bukan hanya terbatas untuk umat manusia ataupun orang yang beriman
saja, tetapi bagi seluruh alam, baik itu manusia, flora-fauna, ataupun
lingkungan hidup seluruhnya. Dengan ajaran Islam yang Rasulullah ajarkan,
mereka akan mendapatkan kasih sayang. Lingkungan hidup misalnya, binatang, atau
tumbuhan, dengan diterapkannya ajaran nabi Muhammad secara murni dan konsekuen, setiap manusia akan merasakan Rahmat tersebut. Maka, jikalau terjadi
sebaliknya-penerapan ajaran Islam menimbulkan mafsadat dan petaka bagi manusia,
tumbuhan, ataupun binatang-berarti ada yang salah dalam penerapan ajaran Islam.
Universalitas Islam
Hampir semua orang
Islam sudah mengetahui bagaimana bentuk ajaran Islam, hanya saja dari sekian
yang tahu itu ada yang tidak mau tahu. Ada yang salah memahami dan adapula yang
memang paham yang di jalankannya salah. Seperti kita ketahui
bersama bahwa, sesuai dengan namanya, Islam adalah agama yang mengajarkan
kedamaian, yang secara pokok mengajarkan pula tentang ketauhidan, yang
memastikan bahwa Allah yang maha kuasa hanya berjumlah satu, untuk semua orang
dalam seluruh ruang dan waktu, sejak zaman nabi Adam as sampai datang hari
kiamat nanti.
Kemudian dalam
perjalanan sejarah, manusia menciptakan berbagai mazhab berpikir, aliran
berpikir, dan bahkan agama yang diwakili oleh kerasulan seorang nabi. Hal
itulah yang kemudian menjadikan agama berjumlah lebih dari satu. Agama yang
tercatat dalam sejarah seperti Islam, Kristen, dan Yahudi memiliki tuhan yang
sama, adapun yang tidak tercatat dan terkategorikan sebagai agama Non samawi
(agama budaya) berjumlah lebih banyak lagi.
Agama budaya seperti
Hindu dan Budha tidak dapat kita pastikan sebagai ciptaan manusia. Kita tidak
memastikan begitu saja bahwa Budha Gautama bukanlah seorang nabi, meskipun kita
juga tidak dapat memastikan bahwa dia adalah seorang nabi. Karena nama-nama
nabi yang disebut dalam Al-Qur’an hanya dua puluh lima, sedangkan Al-Qur’an
juga mengatakan bahwa jumlah nabi melebihi dua puluh lima itu.
Islam yang sebenarnya
adalah ajaran yang bersifat universal. Berlaku dimana saja dan kapan saja di
sepanjang zaman, maka cara pandang kaum muslimin hari ini harus inklusif
(terbuka). Karena berbagai faktor, termasuk perkembangan sejarah dan dan bahasa
yang berlaku dalam suatu lingkungan sehingga Islam disebut dengan berbagai
macam nama namun tetap dengan ajaran yang sama. Cara pandang seperti itulah
yang memungkinkan kita untuk dapat melihat Islam sebagai ajaran Rahmatan Lil
Alamin.
Karena kunci pemahaman tentang Islam Rahmatan Lil Alamin hanyalah
terletak pada pemahaman universalitas ajarannya. Dan, kita sebagai penganut
ajaran universal tersebut, mau tidak mau harus mampu bersikap inklusif dengan
cara tidak menutup diri dan mengklaim kebenaran dalam diri sendiri. Karena
kebenaran ada dimana-mana, maka kita harus bersikap terbuka dan menerima segala
kemungkinan kebenaran yang datang dari mana saja.