EsaiFilsafat

Ilmu Hikmah:Titik Temu antara Iman dan Akal

1 Mins read

KULIAHALISLAM.COM-Kita hidup dalam era di mana rasionalitas dan ilmu pengetahuan semakin menjadi pusat perdebatan di berbagai lini kehidupan. Agama Islam menawarkan konsep hikmah sebagai jembatan halus yang menghubungkan iman dan akal. Hikmah, dalam konteks Islam, bukan semata soal kebijaksanaan biasa, melainkan suatu bentuk ilmu yang tidak hanya menyentuh ranah spiritual tetapi juga akal manusia, mengharmoniskan keduanya secara seimbang.

 

Menurut cendekiawan Muslim modern, Dr. Tariq Ramadan, hikmah adalah “proses memahami kebenaran dengan hati dan akal, di mana keduanya berjalan beriringan, bukan sebagai dua kutub berlawanan.” Dalam tulisannya, ia menegaskan bahwa hikmah adalah alat penting untuk mendekati ajaran Islam secara rasional tanpa mengorbankan dimensi spiritual.

 

Historisnya, konsep hikmah berakar kuat dalam tradisi Islam melalui tafsir al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad yang mendorong umat untuk berpikir dan merenung. Al-Ghazali, seorang filsuf dan teolog besar abad ke-11, mengajarkan bahwa hikmah adalah seni memahami tanda-tanda Allah di alam ini dengan pemikiran kritis dan refleksi mendalam. Dengan cara ini, Islam menempatkan rasionalitas sebagai bagian integral dari keimanan.

 

Dalam konteks modern, hikmah menjadi landasan dialog antara ilmu pengetahuan dan agama, menjawab tantangan skeptisisme dan sekularisme yang memisahkan keduanya secara drastis. Hikmah mendorong umat Islam untuk tidak hanya menerima dogma secara membabi buta, melainkan juga menilai dan memahami prinsip-prinsip agama dengan akal sehat.

 

Konsep ini relevan dalam menjawab dilema etika dan moral di dunia yang semakin kompleks, di mana ilmu pengetahuan berkembang cepat namun sering kehilangan kontrol atas implikasi etisnya. Dengan hikmah, umat beragama diajak untuk bersikap kritis namun tetap berlandaskan nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan.

Baca...  Implementasi Makna Jihad dari Perjalanan Ahmad Al-Shara: Dari Medan Tempur ke Kepemimpinan Ummat

 

Sementara beberapa kritik menganggap rasionalitas bisa mengikis keimanan, hikmah dalam Islam menegaskan bahwa keduanya tidaklah bertentangan, melainkan saling melengkapi. Sebagaimana kata Fazlur Rahman, seorang sarjana Islam terkemuka, “Islam memanggil kita untuk menggunakan akal sebagai alat utama dalam beriman dan beramal.”

 

Dengan demikian, hikmah menjadi konsep yang memadukan keilahian dan unsur manusiawi, sebuah pendekatan yang mengundang umat Islam untuk terus berinovasi dalam beragama dengan dasar rasio yang kuat sekaligus spiritual yang mendalam.

29 posts

About author
Penggemar Buku, Teh, Kopi, Coklat dan senja. Bekerja paruh lepas menjadi Redaktur Kuliahalislam.com .Lekat dengan dunia aktivisme, Saat ini diamanahkan sebagai Bendahara Umum PCM Cilandak,Jakarta Selatan periode 2022-2027 dan Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Pengurus Besar Gerakan Pemuda Persaudaraan Muslim Indonesia (PARMUSI) periode 2024-2027.
Articles
Related posts
EsaiFilsafatOpini

Sengkarut Hedonisme, Akar dari Kriminalitas?

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM- Hedonisme, secara etimologi berasal dari kata Yunani “hedone” yang berarti kesenangan. Menurut Epicurus (yang menjadi sumber pencerahan Karl Marx dan John…
EsaiKeislamanOpini

Kesalehan Digital, Sebuah Keniscayaan Zaman

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM-Kita mungkin mulai familiar dengan fenomena kesalehan digital yang semakin membumi. Istilah kesalehan digital merujuk pada kemampuan individu untuk menggunakan teknologi digital…
FilsafatKeislaman

Mengenal Tasawuf dan Ciri-cirinya

6 Mins read
Tasawuf secara etimologis diperselisihkan oleh para ahli. Definisi pertama, secara etimologis menurut para ahli menyebutkan bahwa tasawuf berasal dari kata “Saff” yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
EsaiFilsafat

Rasionalitas, Pedoman Manusia Mencari Kebenaran?

Verified by MonsterInsights