KULIAHALISLAM.COM – Bicara tentang arsy Allah adalah bicara tentang komponen penting dalam ilmu akidah, sebab dengan adanya akal manusia terhadap persepsinya mengenai ‘arsy Allah itu dapat meningkatkan iman namun juga dapat menjatuhkan dalam kesesatan.
Ada beberapa golongan dalam aliran kalam yang menganggap bahwa arsy itu adalah singgasana kerajaan Allah yang berada dilangit. Kalimat yang berbahasa umum namun bermakna menjatuhkan keagungan Allah.
Jika diperhatikan lebih dalam rupanya kalimat itu memiliki dampak yang menyesatkan jika tetap digunakan sebagai pemaknaan, sebab dapat menyerupakan Allah dengan makhluk.
Surah Taha ayat 5:
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
(Yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam bahasa personifikasi, Allah mencoba memperkenalkan dirinya sebagai eksistensi yang bisa dipahami oleh manusia. Meskipun dengan bahasa manusia seperti itu justru dapat merendahkan keagungan Allah dalam daya imajinasi manusia.
Dampaknya, akan ada penggambaran terhadap bentuk, tempat, dan hal lainnya yang menjadikan Allah setara serupa dengan makhluk. Seperti salah satu aliran ilmu kalam yang telah dikeluarkan dari golongan Ahlussunnah wal Jama’ah yakni akidah Mujassimah karena menyatakan bentuk Allah serupa dengan bentuk makhluk.
Bicara tentang Allah tentu tak lepas dari segala bentuk kekuasaannya, termasuk singgasana kerajaannya. Meskipun hal ini ditabukan oleh para ulama karena takut merendahkan Allah, maka secara keilmuan kita bahas agar dapat memahami dengan benar apakah ‘arsy Allah itu.
Secara tradisional, ‘arsy digambarkan sebagai singgasana yang berbentuk kursi di suatu tempat (surga) dengan taman-taman yang indah sebagai tempat Allah bersemayam. Persepsi ini salah fatal, karena menganggap Allah itu sesosok makhluk yang duduk di singgasana kekuasaannya sebagaimana raja duduk di singgasana kerajaannya.
Dalam Alqur’an, kata ‘arsy tidak hanya ditujukan sebagai kedudukan Allah dengan segala kekuasaannya, tapi juga sebagai gambaran tahta kerajaan, kekuasaan raja dan ratu atau tentang kemuliaan seseorang.
Misal dalam surah An Naml ayat 23. Juga pada ayat 41-42. Yang dikisahkan bahwa ratu Balqis yang mempunyai kerajaan yang dibahasakan dalam Alqyr’an dengan kata ‘arsyun ‘azhim.
Dalam surah Yusuf ayat 100, kata ‘arsy dimaknai sebagai kemuliaan. Yakni ketika Nabi Yusuf memuliakan orang tuanya: Nabi Ya’kub, dengan menaikkan keatas singgasana kerajaan dan saudara-saudara Nabi Yusuf melakukan penghormatan.
Bahkan kata ‘arsy muncul sebagai kata kerja yang bermakna membuat tempat tinggal, ini di terangkan dalam surah An Nahl ayat 68 yang bermakna sarang-sarang lebah yang dibuat manusia.
Terkait dengan itu semua, kata ‘arsy selalu terkorelasi dengan proses penciptaan alam semesta dan kekuasaan dalam mengendalikan segala ciptaan yang menunjukkan keagungan Allah.
Secara holistik, ‘arsy dapat dimaknai dengan kalimat simbol yang mewakili kekuasaan, keilmuan dan penciptaan alam semesta. Sebabnya adalah penjelasan dalam surah Al A’raf ayat 54.
اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.
Dalam ayat ini di terangkan secara rinci bahwa Allah memulai dengan kekuasaan menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Lalu Allah bersemayam di atas ‘arsy (menunjukkan keagungan diri-Nya) dan di sambung bahwa kuasa Allah mengatur siang dan malam dgn menciptakan matahari, bulan dan bintang.
Lalu di pertegas dengan segala bentuk kuasa menciptakan dan mengatur adalah hak Allah. Lalu di akhiri dengan Maha Suci Allah yang menunjukkan bahwa Ia suci dari prasangka dan imajinasi yang buruk terhadapnya dan ditutup dengan Tuhan seluruh Alam yang menetapkan Keagungannya.
Artinya ‘arsy disini memiliki makna pengenalan diri dengan bahasa manusia untuk menunjukkan kekuasaan Allah, bukan menggambarkan sebagaimana seorang raja di singgasana kerajaannya.
Maka secara sederhana kita dapat memaknai bahwa ‘arsy adalah makhluk yang terkait dengan dzat Ketuhanan. Sebagai bentuk simbolik atas kekuasaan Allah dalam ruang dan waktu yang tak terhingga, dalam materi dan energi yang saling membentuk segala peristiwa dan informasi yang mengendalikan segala takdirnya.
Sama halnya dengan Nur Muhammad, makhluk yang diciptakan Allah sebagai bentuk bagian dari dzat Ketuhanan. yang dikatakan sebagai cahaya dalam cahaya, entah bagaimana penggambaran wujud nya dalam daya imajinasi manusia.
Di ‘arsy yang tak terbayangkan bentuknya itulah Allah memerintahkan seluruh makhluknya tetap dalam penguasaannya, hukum sunnatullah.
Maka berhentilah mempersepsikan bahwa ‘arsy adalah singgasana kerajaan yang serupa kursi tahta tempat Allah beristiwa’ sebagaimana istiwa’ nya seorang raja dari kalangan manusia.
Karena pada hakikatnya, daya akal imajinasi manusia diciptakan dengan batasan yang tidak akan mampu untuk mencapai Allah, termasuk ‘arsy-Nya dengan pengetahuan yang sempurna.
Tetapi capailah pengetahuan itu dengan akal dalam bentuk pengagungan terhadap Allah SWT. Agar kita termasuk orang-orang yang berlindung dari kesesatan dan orang-orang yang mensucikan Allah SWT.
Sumber : Mengarungi ‘Arsy Allah karya Agus Musthofa.
Oleh: Muthawally Al Zaiban, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Editor: Adis Setiawan