Idul Fitri dan Kemacetan Sepanjang Jalan
Sudah 2 tahun lamannya kita tidak bisa merasakan salat Idul Fitri berjama’ah seluruh komplek masyarakat yang dilakukan dirumah saja. Kesehatan sangat diperlukan betul mengingat kasus covid-19 memberi dampak negatif setiap daerah.
Hampir seluruhnya kasus ini berjalan sesuai kondisi masyarakat pada saat itu. Menjaga jarak, memakai masker, harus cuci tangan menjadi prioritas pertama dalam penanganan.
Tetapi momen idul fitri kali ini benar-benar merasakan kegembiraan luar biasa. Hari yang dimana benar-benar membuktikkan bahwa filosofi fitri tidak hanya terlatak dipakaian baru, namun kebersamaan yang dibangun dengan melantunkan “allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar.”
Khususnya daerah saya yang terletak di perkotaan kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Saya benar-benar merasa bersyukur jika kasus idul fitri mulai kita bangun kembali setelah berperang menghadapi corona.
Kita bisa lihat ketika sidang isbat belum ada pengumuman sama sekali, antusias masyarakat sekitar kita malah berbondong-bondong sangat gembira dalam pelukan kebersamaan.
Ini menunjukan betapa banyaknya masyarakat kita menantikkan idul fitri bersusah payah mulai dari jamaah yang jarang melakukan salat 5 waktu di masjid sampai jamaah yang sama sekali belum pernah ke masjid.
Mungkin kita berfikir salat id adalah solusi bagi setiap kaum muslimin untuk meraih kemenangan secara ibadah, tapi perlu kita ketahui salat id juga menyadarkan kita untuk memberi penghormatan kepada Allah SWT selama bulan Ramadan menjalankan ibadahnya sepanjang perjalanannya.
Di sisi lain karena Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan salat id sebagai jalan menuju kebahagiaan Islami. Dan Nabi pun menhimbau salat id dilakukan di lapangan seperti dalam riwayatnya
“Dari Abu Saʻid Al Khudri RA (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW keluar ke lapangan tempat salat (mushala) pada hari Idul fitri dan Idul adha, lalu hal pertama yang dilakukannya adalah salat, kemudian ia berangkat dan berdiri menghadap jamaah, sementara jamaah tetap duduk pada saf masing-masing, lalu Rasulullah menyampaikan wejangan, pesan, dan beberapa perintah” ( H.R Bukhari).
Tetapi yang saya heran dari sepanjang momen idul fitri setiap tahunya adalah kemacetan berpuluh-puluh tahun. Sebelum covid-19 menyerang , hampir setiap tahunnya tradisi kemacetan kendaraan sudah ada sejak zaman dahulu kala.
Kita patut berbangga melihat seberapa partipasinya warga Indonesia demi menyambut hari raya idul fitri. Pemandangan mobil, motor, dan bus setiap jalannya macet total hanya karena mengikuti salat id hingga saat ini momennya sangat kerasa sekali.
Yang tahun kemarinnya kita salat id bersama keluarga tidak bisa melihat pemandangan kendaraan macet. Diganti Allah SWT pada tahun ini dengan kemacetan luar biasa parahnya.
Banyak keluarga yang memilih salat id di kampung saudara dengan berisiko macet, daripada melaksanakan salat id dirumah sendiri. Faktornya adalah masyarakat tidak mau menyianyiakan kesempatan ini karena sudah terlanjur malas dirumah.
Mereka juga punya ambisi merayakan idul fitri wajib hukumnya dirayakan bersama-sama tanpa memandang siapa saja. Karena sudah muak virus corona yang selalu menghantuinya.
Sisi lain, juga kita sangat bersyukur atas apa yang Allah berikan selama kita merasakan indahnya bulan Ramadan menuju hari raya idul fitri. Seperti yang dijelaskan dalam surat Al Qasas ayat 73 berbunyi
“Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.“
Dari sinilah kita banyak belajar bahwa rasa syukur kita yang selama ini ditunjukkan di hari-hari spesial diganti oleh Allah SWT dengan pahala berlipat ganda.
Semakin kita raih rasa syukur kita maka akan semakin ketakwaannya sangat dekat dengannya. Yang semula tidak pernah bersyukur mari kita latih sebaik mungkin agar hati kita terbuka dan bersih terhindar sifat-sifat tercela.
Apalagi Gus Baha salah satu ulama muffasir terkemuka sangat menyarankan kepada kita semua supaya bisa dibiasakan setiap harinya pada beberapa Kanal YouTube media lain:
“syukur iku dilatih podo wae karo ikhlas, nek awakdewe ora ngelatih berarti awakdewe duduk umat terbaikke kanjeng nabi Muhammad SAW“ (syukur itu dilatih sama halnya dengan ikhlas, kalau kita tidak melatihnya artinya kita bukan umat terbaiknya nabi Muhammad SAW).
Ayo kita bersama-sama merangkul kemenangan idul fitri untuk senantiyasa memperbaiki akhlaknya masing-masing. Idul fitri memang sudah berakhir, akan tetapi filosofi fitri terletak pada hati ataupun pikiran, bukan pakaian baru, motor baru dan uang baru.
Oleh: Ahmad Zuhdy Alkhariri,
Mahasiswa Universitas Raden Mas Said Surakarta. Pernah bergiat di UKM LPM Dinamika UIN Raden Mas Said. Peminat kajian sosial, politik, agama. Saat ini tinggal di Sukoharjo. Bisa cek instagramnya di @_alkhariri.