Artikel

Hikmah Hijrah Nabi Muhammad dalam Pandangan M Quraish Shihab

4 Mins read

KULIAHALISLAM.COM – Prof. Muhammad Quraish Shihab menyatakan bahwa : Setiap pekerjaan yang
dilakukan seseorang pasti mempunyai motivasi atau niat. Hal ini pernah
ditegaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ketika seseorang
sahabatnya berhijrah dari Mekah ke Madinah : “ setiap pekerjaan harus atau pasti disertai oleh niat”.

Maka, Barang siapa hijrahnya
didorong oleh niat karena Allah, hijrahnya akan dinilai demikian dan
barangsiapa yang berhijrah didorong oleh keinginan mendapat keuntungan duniawi
atau karena ingin mengawini seorang wanita maka hijrahnya dinilai sesuai dengan
tujuan tersebut.

Ketika Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam dan sahabat-sahabat beliau berhijrah motivasi utama
mereka adalah guna memperoleh ridho Allah yang diyakini Maha Kuasa lagi maha
bijaksana. Menjelang hijrah kaum muslim berada pada posisi yang sangat lemah
dan teraniaya. Namun, keyakinan mereka akan datangnya kemenangan tidak pernah
sirna.

 Hal ini disebabkan oleh tebalnya iman mereka kepada
Allah yang Maha Kuasa. Pokok pertama yang ditanamkan oleh Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam kepada sahabat-sahabatnya Jauh sebelum hijrah
adalah prinsip keimanan. Bukan saja karena keimanan kepada Allah merupakan
ajaran dasar, tetapi juga karena iman membentengi manusia serta mengantarkan
mereka kepada optimisme.

Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al Manar menyebutkan bahwa “Iman membangkitkan sinar dalam akal, sehingga
merupakan petunjuk jalan ketika berjumpa dengan kegelapan keraguan. Dengan iman
seseorang akan mudah mengatasi batu penghalang yang dapat menjatuhkannya ke
jurang kebinasaan”.

Iman menumbuhkan dalam diri
manusia suatu pusat penelitian atas tiap detak-detak hati yang terlintas dan
setiap pandangan yang terbentang. Dengan iman, seseorang dapat melihat tembus
sesuatu yang tersier dari kulit yang tersurat. Demikian itulah, Tuhan tidak
menghasilkan sesuatu yang baik kecuali dari yang baik pula.

Memang, dalam perjalanan hidup
terkadang ada timbul rasa ragu akan adanya Tuhan yang Maha Kuasa. Jika kepercayaan tadi dicoba untuk ditanggalkan akan
terasa bahwa keraguan tidak hilang tetapi justru bertambah.

Baca...  Menyingkap Rahasia Kebijaksanaan Ilmiah dalam Alquran

Imam Ali Bin Abi Thalib pernah
ditanya
Zi’lib Alyamani dan terjadilah percakapan berikut :

“Apakah Amir Al Mukminin pernah melihat Tuhan ?”. Ali
menjawab : Bagaimana aku menyembah sesuatu yang tidak aku lihat ?

Bagaimana tuan melihat Dia ? Imam Ali menjawab : “Dia tidak dapat dilihat oleh mata dengan pandangan nyata. Tetapi Dia keberadaan-Nya dijangkau oleh hati dan hakikat keimanan. Dia
dekat dari segala sesuatu, tetapi tidak dapat disentuh.
Dia jauh namun Dia tetap bersama segala sesuatu”.

Bagaimana kita dapat melihat Tuhan dengan pandangan mata sedangkan sebagian buktinya ada-Nya saja yaitu matahari tidak dapat ditatap oleh mata
kita. Kelelawar di siang hari tidak dapat melihat bukan karena tidak ada
sesuatu tapi karena memang baru
di kegelapan lah matanya dapat melihat.

Perasaan akan adanya Allah
dalam jiwa Sanubari kita adalah sebagian hidup kita. Perasaan itu tidak
dapat dipisahkan sebagaimana tidak dapat dipisahkannya kasih ibu kepada anaknya
atau kasih suami kepada istrinya dalam satu rumah tangga yang bahagia. Perasaan
tersebut dipelihara diasah dan diasuh agar tidak berkurang.

 Demikian itulah yang dilakukan Rasulullah
selama di Mekah dan ketika beliau berada di Madinah. Hijrah Rasulullah telah
berlalu 14 abad lamanya. Namun dari hijrah dan celah-celah peristiwanya banyak
sekali pelajaran yang dapat dipetik. Berikut ini beberapa diantaranya

Pengorbanan

Ketika Rasulullah SAW
menyampaikan kepada Abu Bakar radhiallahu anhu bahwa Allah memerintahkannya
untuk berhijrah dan mengajak sahabat-sahabatnya itu butuh hijrah bersama, Abu
Bakar menangis kegirangan. Dan seketika itu juga ia membeli dua unta dan
menyerahkannya kepada Nabi untuk memilih yang dikehendakinya.

 Nabi menolak
Pemberian hadiah unta oleh Abu Bakar tersebut pada akhirnya Abu Bakar memilih
untuk menjualnya.Mengapa Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam menolak pemberian hadiah Abu Bakar tersebut?

 Di sini terdapat suatu pelajaran yang sangat berharga
yaitu Rasulullah ingin mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu usaha yang besar
dibutuhkan pengorbanan maksimal dari setiap orang. Beliau bermaksud berhijrah
dengan segala daya yang dimilikinya, tenaga, pikiran dan materi bahkan dengan jiwa dan
raga beliau.

Baca...  Prof. Dr. H. Mohammad Rasjidi Tokoh Muhammadiyah Pembaharu Islam Indonesia

Dengan membayar harga unta itu Nabi mengajarkan kepada Abu Bakar dan kita bahwa dalam mengabdi kepada Allah
janganlah mengabaikan sedikit kemampuan pun selama kita masih memiliki
kemampuan itu. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman sesungguhnya kepada Tuhanlah tempat kembali
(Q.S 96 : 8).

Makna Hidup

Rasulullah SAW berangkat ke
Madinah sambil memesan kemenangannya, Ali Bin Abu Thalib tidur di tempat
pembaringan sambil berselimut dengan selimut beliau gunakan mengelabui kaum
musyrik. Dengan kesediaannya ini, Ali pada hakikatnya mempertaruhkan jiwanya
demi membela agama Allah. Disini
sekali lagi kita ingin berhenti untuk menarik pelajaran tentang apa sebenarnya arti hidup menurut pandangan
agama
?

Hidup bukan sekedar menarik
dan menghembuskan nafas. Ada orang-orang yang telah terkubur tetapi oleh Alquran masih dinamai orang hidup
dan mendapat rezeki (Q.S 3 : 169). Demikian juga sebaliknya, ada ya orang-orang yang
menarik dan menghembuskan nafas namun dianggap sebagai orang-orang yang mati (Q.S 35 : 22).

Hidup dalam pandangan agama
adalah kesinambungan dunia dan akhirat dalam keberadaan bahagia kesinambungan
yang melampaui usia di dunia ini. Sehingga, dengan demikian tidak ada hidup
seseorang apabila ia tidak menyadari bahwa ia mempunyai kewajiban yang lebih
besar dan yang melebihi kewajiban-kewajiban hari ini.

 Setiap orang yang beriman
wajib mempercayai dan menyadari bahwa di samping wujudnya masa kini masa ada
lagi wujud yang lebih kekal, dan dapat menjadi jauh lebih indah daripada
kehidupan dunia ini.

Tawakal dan Usaha

Ketika Rasulullah bersama Abu
Bakar radhiallahu Anhu bersembunyi di suatu gua yang dikenal dengan nama
Gua Tsur dan para pengejar mereka telah berdiri di mulut gua tersebut, Abu Bakar sangat Gentar dan dan takut. Rasulullah menenangkannya sambil berkata :
“Janganlah khawatir dan jangan
bersedih. Sesungguhnya Allah bersama
kita”.

Baca...  Manfaat Menggunakan Perawatan Gigi Secara Rutin Di Key Dental Care Klaten

Keadaan ini bertolak belakang
dengan apa yang kemudian terjadi dalam peperangan Badr,
sekitar satu setengah tahun setelah peristiwa hijrah
ini, ketika itu yang
cemas adalah Nabi Muhammad dan Abu Bakar radhiallahu Anhu
yang menenangkan beliau.

Mengapa terjadi dua sikap yang
berbeda dari Nabi dan Abu
Bakar
? Di sini sekali lagi kita mendapat pelajaran yang
sangat dalam menyangkut arti
hakikat-hakikat keagamaan. Dua
peristiwa yang berbeda di atas menunjukkan pula dua sikap kejiwaan yang berbeda
dan keduanya diperankan dengan sangat jitu oleh Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam. Kedua hakikat keagamaan itu adalah tawakal dan usaha.

Rasulullah diperintahkan untuk
berhijrah ketika perintah itu tiba tanpa diketahui dalam waktu yang cukup lama.
Karena itu perintah tersebut dilaksanakannya dengan
penuh keyakinan bahwa pasti Allah bersama mereka. Apapun yang terjadi maka
adalah
pilihan-Nya sehingga ketika itu tiada
lagi alasan untuk takut atau bersedih.

Berbeda halnya dengan
peperangan. Jauh sebelumnya beliau telah diperintahkan untuk mempersiapkan
diri menghadapi musuh. Kekhawatiran Nabi ketika itu timbul karena keraguan
beliau akan persiapan persiapan yang dilakukannya selama ini. Karena jika
keraguan itu benar tentulah beliau telah menjerumuskan umat bahkan agama
kejuara yang sangat berbahaya. Beliau dan tentaranya dapat kalah akibat
kurangnya persiapan. Bahwa dalam hal ini Tuhan tidak memilih kasih.

Sekali lagi kita mendapat
pelajaran tentang arti
tawakal, kapan digunakan dan bagaimana batas-batasnya serta arti dan pentingnya
usaha dalam kehidupan ini. Tentu
masih banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik dari peristiwa hijrah
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sehingga wajar jika Umar Bin Khattab
menjadikan peristiwa tersebut sebagai awal kalender Islam.

2367 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Pie Susu Asli Enaaak: Oleh-Oleh Khas Bali yang Tak Boleh Terlewatkan

5 Mins read
Sebagai seorang traveler yang gemar mengeksplorasi keindahan Pulau Bali, salah satu pengalaman yang selalu saya cari adalah menemukan oleh-oleh autentik yang benar-benar…
Artikel

Tidak Bisa Mengetik di Word karena "Selection is Locked", Ini Solusinya!

2 Mins read
Kompak – Salah satu masalah yang sering ditemui pengguna Microsoft Word adalah pesan “Selection is Locked” yang muncul saat mencoba mengetik atau…
Artikel

Ingin Rumah Lebih Sejuk? Coba Roster Jogja dari AM Roster

4 Mins read
Mendapatkan rumah yang sejuk merupakan impian bagi setiap orang, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Salah satu cara untuk menciptakan suhu udara…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights