Hikmah Dibalik Anjuran Makan Sahur Bagi Orang Berpuasa
Oleh: Saidun Fiddaraini
Di bulan Ramadan, segala perilaku orang berpuasa (tentu yang positif) dinilai sebagai amal ibadah. Inilah salah satu keistimewaan bulan Ramadan yang tidak dimiliki bulan lain.
Bahkan, setiap amal ibadah dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT. Karena itulah, banyak dari kaum Muslimin yang berlomba-lomba dalam mencari kebaikan di bulan penuh berkah ini.
Di samping itu, ada pula hal-hal yang sangat dianjurkan bagi orang berpuasa untuk dilakukan. Salah satunya adalah makan di waktu sahur. Terkait hal ihwal, para ulama bersepakat bahwa hukumnya sunah.
Walau begitu, sahur bukan sekadar makan mengenyangkan perut, tetapi suatu ibadah yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan keberkahan. Dalam satu hadis Rasulullah SAW bersabda,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُو لُ الله صلى الله عليه وسلم: تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
Artinya, dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda “Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim).
Berikut beberapa hikmah dibalik anjuran makan di waktu sahur yang diperoleh orang berpuasa. Pertama, makan sahur sebagai pembeda antara umat Muslim dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Mengutip Syekh Zainuddin Al Malibari dalam kitabnya Fathul Mu’in (hal. 58) menyatakan,
وحكمته التقوى أو مخالفة أهل الكتاب
“Hikmah dibalik makan di waktu sahur adalah sebagai bentuk ketakwaan dalam beribadah sekaligus pembeda dengan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani).”
Juga dalam hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa;
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عنهُ أَنَّ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ. (رواه مسلم)
Artinya, dari Amr bin ‘Asy RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahlul Kitab adalah makan sahur”. (HR. Imam Muslim).
Kedua, orang yang makan sahur mendapatkan selawat dari Allah SWT dan doa para malaikat. Rasulullah SAW bersabda,
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: السحورُ بركَةٌ فَلاَ تدَعوُه – أي: لا تَتْرُكُوه – وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُم جرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإَنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ على المُتسحِّرينَ. (رواه أحمد)
Artinya, dari Abu Sa’id Al Khudri RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda “Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walaupun dengan seteguk air karena Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada orang yang sedang makan sahur”. (HR. Imam Ahmad).
Ketiga, makanan yang dimakan di waktu sahur tidak akan dihisab. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا يُحَاسَبُ عَلَيْهَا العَبْدُ أَكَلَةُ السَّحُوْرِ وَمَا أَفْطَرَ عَلَيْهِ وَالأَكْلُ مَعَ الإِخْوَانِ
Artinya “Ada tiga hal (makanan) di mana seorang hamba tidak akan di hisab oleh Allah SWT yaitu makanan sahur, makanan saat berpuasa, dan makanan yang dinikmati bersama saudara-saudara yang lain”. (HR. al-Azdra’i).
Lantas mengapa makan di waktu sahur oleh para ulama sunah diakhirkan? Dalam hal ini, Imam Izzuddin bin Abdissalam (w. 660 H) dalam kitabnya Maqashid al-Shaum menyatakan; supaya seseorang yang sedang berpuasa memperoleh kekuatan beserta dapat memperbanyak melakukan amal kebaikan dikala menjalankan ibadah puasa.
Demikianlah, hikmah yang terkandung dibalik anjuran makan sahur bagi orang berpuasa yang dapat penulis ulas dalam tulisan pendek ini. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam