Pada tulisan sederhana ini terkait kajian ulūm al-Qur’ān, terdapat diskusi menarik muncul mengenai pendekatan baru dalam memahami al-Qur’an, yakni hermeneutika. Pendekatan ini menjadi semakin relevan seiring dengan semakin kompleksnya tantangan sosial, budaya, dan intelektual umat Islam saat ini. Salah satu tokoh yang aktif mengembangkan pendekatan ini dalam konteks studi al-Qur’an di Indonesia adalah Sahiron Syamsuddin.
Dalam salah satu karyanya yang penting Sahiron menjelaskan secara sistematis empat pokok bahasan utama:
- Definisi dan sejarah singkat perkembangan hermeneutika Barat, serta perbandingannya dengan hermeneutika Islam.
- Aliran-aliran hermeneutika modern dan tipologi penafsiran al-Qur’an kontemporer.
- Ragam pemikiran hermeneutika Barat dan relevansinya dalam pengembangan ilmu-ilmu al-Qur’an.
- Pendekatan penafsiran berbasis ma‘nā cum maghzā.
Asal-usul Hermeneutika: Dari Yunani ke Dunia Islam
Secara etimologis, kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani: hermēneuein, yang berarti “menafsirkan” atau “menjelaskan”. Istilah ini terkait dengan nama dewa Hermes, penyampai pesan para dewa kepada manusia, yang sekaligus menandakan tugas penafsir sebagai perantara makna antara teks dan audiens.
Salah satu definisi modern yang terkenal adalah dari Hans-Georg Gadamer, yang menyebut hermeneutika sebagai “seni memahami”, terutama ketika makna sebuah teks tidak tampak secara eksplisit. Dalam bukunya Truth and Method (Wahrheit und Methode, 1960), Gadamer menekankan bahwa pemahaman selalu bersifat historis dan dipengaruhi oleh “prakonsepsi” yang dibawa oleh pembaca atau penafsir.
Perkembangan Hermeneutika: Barat dan Islam
. Sahiron membagi sejarah hermeneutika Barat ke dalam tiga tahap:
- Hermeneutika mitos (menafsirkan kisah-kisah suci dan mitologis),
- Hermeneutika teks Bibel,
- Hermeneutika umum yang berkembang menjadi metode dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Dalam konteks Islam, pengaruh hermeneutika Barat mulai terasa melalui pembacaan kritis para pemikir Muslim terhadap karya-karya tokoh hermeneutika seperti Gadamer dan Emilio Betti. Salah satu tokoh penting dalam hal ini adalah Fazlur Rahman. Ia dikenal dengan metode hermeneutikanya yang disebut double movement, yaitu pendekatan dua arah dalam memahami al-Qur’an: dari konteks historis ayat ke pemahaman etos normatif, lalu dari etos tersebut ditarik kembali ke konteks kekinian.
Aliran Hermeneutika dan Implikasinya bagi Tafsir
Hermeneutika modern terdiri dari tiga aliran besar:
- Objektivis, yang menekankan pencarian makna asli dari teks dan konteks historis penulis.
- Subjektivis, yang menekankan peran aktif pembaca dalam membentuk makna teks (reader-response).
- Gabungan objektivis-subjektivis, yang berusaha menyeimbangkan antara makna historis dan aktualisasi makna kontekstual.
Dalam kerangka ini, Sahiron juga memperkenalkan pendekatan ma‘nā cum maghzā, yaitu penafsiran yang tidak hanya mencari makna literal dari ayat, tetapi juga menggali pesan dan relevansinya (maghzā) untuk masa kini.
Tokoh-Tokoh Hermeneutika Barat
Beberapa tokoh hermeneutika Barat yang dikaji . Sahiron antara lain:
- Friedrich Schleiermacher, yang memperkenalkan pendekatan gramatikal dan psikologis. Menurutnya, memahami teks bukan hanya soal bahasa, tapi juga menyelami kondisi kejiwaan penulisnya.
- Wilhelm Dilthey, yang menekankan pentingnya Verstehen (pemahaman dalam konteks pengalaman manusia) dalam ilmu-ilmu kemanusiaan.
- Hans-Georg Gadamer, yang menegaskan bahwa pemahaman bersifat dialogis antara teks dan pembaca.
Tiga prinsip utama dari hermeneutika kebahasaan, seperti dikutip dalam karya Schleiermacher, adalah:
- Makna ditentukan oleh struktur kebahasaan dan konteks kata dalam kalimat.
- Pemahaman teks harus mempertimbangkan keseluruhan bahasa dan zaman pengarang.
- Pemaknaan membutuhkan dialog antara struktur teks dan pengalaman pembaca.
Kesimpulan
Hermeneutika menjadi pendekatan yang menarik dan penting dalam pengembangan ulūm al-Qur’ān, karena memberi ruang kepada dinamika pemahaman teks suci sesuai konteks zaman dan realitas pembaca. Apa yang digagas Sahiron Syamsuddin merupakan jembatan metodologis yang kreatif antara warisan tafsir klasik dan kebutuhan interpretasi kontemporer.
Daftar Pustaka
- Gadamer, Hans-Georg. Truth and Method. New York: Continuum, 2004 (edisi terjemahan dari Wahrheit und Methode, 1960).
- Betti, Emilio. Die Hermeneutik als allgemeine Methodik der Geisteswissenschaften. Tübingen: Mohr, 1962.
- Rahman, Fazlur. Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition. Chicago: University of Chicago Press, 1982.
- Sahiron Syamsuddin. Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: eLSAQ Press, 2021.
- Schleiermacher, Friedrich. Hermeneutics: The Handwritten Manuscripts. Edited by Heinz Kimmerle. Missoula: Scholars Press, 1977.
- Thiselton, Anthony C. The Two Horizons: New Testament Hermeneutics and Philosophical Description. Grand Rapids: Eerdmans, 1980.