Artikel

Filsafat Membaca Menurut Dr. Fahruddin Faiz

2 Mins read


Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag. Lahir di MojokertoJawa Timur, 16 Agustus 1975 (umur 47 tahun) adalah akademisi Indonesia di bidang filsafat Islam.



Menurut Dr. Fahruddin Faiz filsafat membaca Kata Cicero, begini “Satu ruangan tanpa buku adalah seperti tubuh tanpa jiwa. Ini menunjukan pentingnya buku. Dimana-mana kita harus mudah memperoleh buku karena makanan bagi jiwa. Bahkan kalau ada ruangan kita punya kamar tidak ada bukunya, itu seperti tubuh tanpa jiwa.

Atau mungkin bisa kita tafsirkan, meskipun di kamar ada buku, tapi tidak pernah dibaca, tidak pernah dibuka, tidak pernah dilihat itu seperti tubuh yang berjiwa tapi tidak hidup. Ini provokasi dari Cicero, ya kalau bisa kita selalu dekat dengan buku. Karena satu ruangan tanpa buku seperti tubuh tanpa jiwa.

Atau seperti yang kedua ini, kalau engkau memiliki perpustakaan ditamanmu berarti engkau sudah punya segalanya. Ini hanya orang-orang luar biasa  yang tamannya ada perpustakaannya. Ya, punya perpustakaan saja ini sudah luar biasa, apalagi perpustakaan yang di taman. Ini kalau dalam pemikirannya Cicero, mesti seperti orang-orang yang hidup di surga.

Tamannya ada perpustakaannya, ini mungkin semangat untuk  terus mengakrabi buku karena kualitas kita ada pada ilmu. Sumbernya ilmu yang paling otoritataif itu ya buku. Enggak mungkin ita jadi orang berilmu kalau kita malas membaca. 

Maka Cicero berkata “Bacalah setiap kali waktu senggang, bacalah disetiap waktu, bacalah disaat gembira, bacalah saat bekerja, bacalah saat seseorang masuk, bacaalah saat orang keluar, tugas pikiran yang terdidik itu hanya satu yaitu membaca.” Kalau ini seperti perintahnya agama kita disuruh “Iqra”, bacalah apa saja. Setiap peristiwa adalah ilmu pengetahuan. Setiap fenomena adalah wawasan.

Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah atau tempat belajar. Setiap waktu adalah waktu belajar. Jadi kita ini, apapun yang kita hadapi, hidupkan pikiran kita. Itu namanya membaca. Baca itu tidak harus buku, kalau hari ini fungsinya buku digantikan oleh smartphone. Yang penting aktivitas membaca itu nanti yang jadi kunci.

Mengapa membaca itu penting ? Cicero berkata “Karena aku kurang pengalaman maka aku menambah dengan ketekunan dan kerajinan.” Jadi ketekunan kita membaca, rajin kita membaca itu akan menutupi kekurangan pengalaman kita. Tadi sudah disinggung sebentar, betapa manusia itu pengalamannya sedikit, umurnya juga pendek, dia tidak mengerti segalanya.

Untuk menutupi itu maka kita harus rajin dan tekun membaca. Orang yang tekun membaca, orang yang rajin membaca nambah wawasan. Itu pengetahuannya bisa jauh lebih luas daripada orang yang mengandalkan pengalamannya langsung. Jadi tutupilah kekurangan itu dengan pengalaman atau kerajinan, disitulah kunci kemenangan itu.
Baca...  Membangun Proyek Umran dengan Sistem Muslim : Prof. Ziauddin Sardar
2454 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Long-Term Villa Rental Bali: Your Ultimate Expat & Nomad Guide

2 Mins read
Long term villa rental Bali – Bali has long been a sought-after paradise for travelers, but in recent years, it has also…
Artikel

Menikmati Pengalaman Wisata Halal di Hokkaido, Jepang

3 Mins read
Bagi wisatawan Muslim yang ingin menjelajahi keindahan alam Jepang tanpa mengabaikan prinsip halal, Hokkaido kini semakin ramah terhadap kebutuhan wisatawan Muslim. Pulau…
ArtikelKeislaman

Mengenal Pemikiran Al-Muhasibi

4 Mins read
Kuliahalisalam.com-Muhasibi lahir di Basra, Irak pada tahun 165 H/781 M dan wafat di Baghdad, Irak tahun 243 H/857 M. Ia sufi dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights