Keislaman

Dinasti Mamluk Kejayaan Hingga Keruntuhan

6 Mins read

Mamluk artinya seorang budak atau hamba sahaya yang dimiliki oleh tuannya. Jamaknya adalah “Mamalik” atau “Mamlukun” = para budak. Nama dua pemerintahan di dunia Islam yang didirikan oleh kaum Mamluk yaitu Dinasti Mamluk di India (1206-1290) yang dibentuk oleh Qutbuddin Aybak ( Kesultanan Delhi dan India) dan Dinasti Mamluk di Mesir (1250-1517 M).

Berdirinya Dinasti Mamluk

Kaum Mamluk adalah sebutan yang diberikan kepada budak-budak yang berasal dari Kaukasus, daerah pegunungan yang terletak di perbatasan Rusia dan Turki. Mereka dibawa ke Baghdad, Istanbul dan Mesir untuk diberi pendidikan militer dan dijadikan pengawal Sultan karena mereka dikenal gagah dan kuat fisiknya. Dalam dinas kemiliteran, kaum Mamluk diberi kebebasan oleh Sultan sehingga kedudukan mereka meningkat, diantaranya ada yang dapat menjabat sebagai Wazir (Perdana Menteri).

Usaha merekrut budak-budak dan memanfaatkan mereka dalam kegiatan pemerintahan terutama dalam militer dimulai pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun (813-833). Dinasti-dinasti yang pernah menguasai Mesir yang diantaranya dinasti-dinasti itu kadang-kadang diselingi oleh kekuasaan Abbasiyah, juga mendatangkan budak-budak yaitu Dinasti Tulun (868 M-905 M), Dinasti Ikhsyid (935 M-969 M), Dinasti Fathimiyah (909 M-1171 M) dan Dinasti Ayubiah (1174-1252 M).

Dalam perkembangan selanjutnya, para budak itu bukan hanya berpengaruh dalam tubuh militer tetapi juga dalam pemerintahan pada umumnya. Dinasti Mamluk di Mesir berjasa dalam mengembangkan dan mempertahankan dunia Islam. Pemerintahan Mamluk di Mesir muncul pada saat dunia islam mengalami desentralisasi dan disintegrasi politik. Wilayah kekuasaannya meliputi Mesir, Suriah, Hedzjaj, Yaman, daerah S. Eufrat. Kaum Mamluk ini berhasil membersihkan sisa-sisa tentara Salib dari Mesir dan Suriah serta membendung desakan gerombolan-gerombolan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulaghu Khan dan Timur Lengk.

Mamluk Bahri dan Burji

Kaum Mamluk yang memerintah Mesir dibedakan menjadi dua golongan yaitu yaitu Mamluk Bahri (1250 M-1390 M) dan Mamluk Burji (1382 M-1517 M). Mamluk Bahri adalah budak-budak Turki yang didatangkan oleh Malik as-Saleh dalam jumlah besar setelah dia berhasil menduduki jabatan Sultan pada tahun 1240-1249 M.

Di Mesir mereka ditempatkan di barak-barak militer dekat sungai nil yang juga disebut laut (al-bahr) sehingga disebut Mamluk Bahri. Adapun Mamluk Burji adalah budak-budak yang didatangkan dari Syirkasiah (Turki) oleh Sultan Qalawun (1279-1290 M), karena curiga terhadap beberapa tokoh militer Mamluk Bahri yang dianggap dapat mengancam kelangsungan kekuasaan. Mereka ditempatkan di menara-menara benteng (burj) sehingga dinamakan Mamluk Burj. Baik Mamluk Bahri dan Mamluk Burj berasal dari daerah yang sama itu Turki tetapi suku asal mereka berbeda-beda.

Untuk mempertahankan kekuasaannya, Sultan Malik as-Saleh memberikan kebebasan dan kesempatan yang luas kepada golongan Mamluk Bahri untuk mencapai prestasi dan kedudukan yang tinggi dalam jabatan militer Dinasti Ayubiah. Oleh karena itu, Mamluk Bahri yang memiliki solidaritas yang tinggi menyusun suatu kekuatan hingga mereka menjadi suatu kelompok militer yang terorganisasi.

Hal ini mereka lakukan untuk menyaingi pasukan militer asal suku Kurdi yang sudah ada sebelumnya dan untuk mengamankan kedudukan mereka bila terjadi pergantian Sultan. Ketika Sultan Malik as-Saleh berusaha merebut kekuasaan dari Sultan Malik al-Kamil didukung oleh tentara asal Kurdi. Untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Sultan, Malik as-Saleh mendatangkan lagi budak-budak Turki untuk diberi pendidikan militer dan keagamaan. Kemudian mereka ini dimasukkan ke dalam golongan Mamluk Bahri.

Setelah Sultan Malik as-Saleh wafat pada tahun 1249 M, dia digantikan oleh Turansyah. Tetapi kaum Mamluk Bahri tidak menyukainya karena dia mengabaikan peranan mereka dan membentuk pasukan militer sendiri. Keadaan ini mendorong kaum Mamluk untuk merebut kekuasaan.

Pada tahun 1250 M, Mamluk Bahri di bawah pimpinan Baybars atau Izzuddin Aibak melakukan kudeta terhadap Dinasti Ayubiah sehingga Turansyah terbunuh. Dengan demikian terbukalah jalan mereka untuk membentuk suatu pemerintahan baru

Diriwayatkan bahwa Syajar ad-Durr, seorang bekas budak wanita yang dimerdekakan dan dinikahi oleh Sultan Malik as-Saleh, memegang peranan melicinkan jalan bagi maksud Mamluk Bahri. Ad-Durr merupakan orang islam yang dekat dengan mereka. Di samping sebagai janda Malik as Saleh, Dia juga bekas budak yang berasal dari Turki.

Ketika mereka akan membaiatnya sebagai Sultan, kaum muslimin menolak karena bertentangan dengan tradisi. Untuk mengatasi masalah itu Izuddin Aibak menikahi Syajar ad-Durr, telah mendapatkan dukungan dari Amir-Amir. Dia kemudian bertindak sebagi Sultan (648-655 H/1250-1257 M).

Hampir satu setengah abad lamanya Mamluk Bahri menguasai pemerintahan dengan melahirkan 24 orang Sultan. Pada tahun 1382 pemegang pemerintahan beralih ke tangan Mamluk Burji dengan 23 orang Sultan. Pemerintahan Dinasti Mamluk yang juga disebut Daulah al-Atrak (Negara Orang-Orang Turki) adalah oliga hati militer dan tidak menerapkan sistem turun-temurun.

Tokoh militer yang paling menonjol berprestasi dapat dipilih sebagai Sultan. Hal tersebut bergeser ketika Qalawun berkuasa tahun 1279-1290 M). Dia menerapkan sistem turun-temurun kepada keturunannya sebanyak 4 generasi. Akibatnya terjadi perebutan kekuasaan di antara anak-anaknya sendiri. Dinasti Mamluk berhasil menghancurkan invasi Mongol dan melenyapkan impian mereka untuk menguasai Mesir.

Mamluk Dibawah Baybars

Pada tanggal 3 September 1260 M, pasukan Mamluk di bawah pimpinan Baybars dan sultan Qutuz berhasil menghancurkan pasukan Mongol. Kaum muslimin menyambut hangat pasukan Mamluk. Orang-orang suni di Damaskus menyambut kemenangan itu dengan menyerang orang-orang Kristen, Yahudi dan Syiah yang selama ini dianggap bekerjasama dengan bangsa Mongol.

Penguasa penguasa di Suriah menyatakan loyalitas kepada Sultan Mamluk di Mesir. Sultan Nasir Muhammad bin Qalawun juga dapat mengalahkan tentara Mongol dalam pertempuran yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 1303 M. Oleh sebab itu pasukan Mamluk dapat merebut kembali seluruh daerah Suriah.

Diantara 47 Sultan Mamluk yang terkenal dan yang membangun Kesultanan Mamluk adalah Baybars, yang menjabat sebagai Sultan Mamluk (1260-1277 M). Dia membangun pemerintahan dengan baik sehingga Kesultanan ini menjadi kuat. Barisan elit militernya didirikan sebagai elit politik. Jabatan-jabatan penting dipegang oleh anggota militer yang berprestasi. Dia sadar bahwa kekuasaan politik memerlukan legalitas spiritual. Oleh karenanya bagi orang sunni saat itu, Sultan bukan suatu jabatan politis yang berdiri sendiri tetapi perlu pengesahan keagamaan. Oleh sebab itu Sultan harus dilantik oleh Khalifah.

Baybars membuat suatu peristiwa besar selama pemerintahannya yaitu melakukan baiat terhadap Khalifah al-Mustanasir (1226-1242 M). Al-Mustanasir berasal dari keturunan Daulah Abbasiyah yang melahirkan diri dari Baghdad ke Suriah. Khalifah boneka itu kemudian memberikan pengasahan kepada Baybars sebagai Sultan untuk wilayah Mesir, Suriah, Hedzaj, Yaman dan sungai Eufrat.

Langkah Baybars Ini mendapat simpati dari penguasa-penguasa Islam lainnya. Sultan Muhammad bin Tuglug Kesultanan Delhi (India), misalnya menjalin hubungan baik dengan Kesultanan Mamluk. Baybars juga meminta legalitas dari khalifah atas kekuasaannya.

Untuk mendapatkan simpati dari rakyat Mesir, sebagaimana Dinasti Ayyubiyah, dia menghidupkan kembali mazhab Sunni. Baybars juga merupakan Sultan Mesir yang pertama mengangkat empat orang Hakim yang mewakili empat mazhab dan mengatur keberangkatan haji secara sistematis dan permanen. Dia juga dikenal sebagai sultan yang Saleh dalam bidang agama dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah.

Prestasi Baybars di bidang militer adalah penyerbuannya ke Assasin di pegunungan Suriah. Dia menahlukan daerah Nubia dan sepanjang pantai laut merah dan menghancurkan Cyrenaica di Sisilia ( tempat berkuasanya orang-orang Armenia). Dia juga menyerang pasukan salib di sepanjang Pantai Laut Tengah dan kapal-kapal bangsa Mongol di Anatolia (Asia Kecil).

Kemajuan Dinasti Mamluk

Di bidang diplomatik, Baybars menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang bersahabat yang tidak membahayakan kekuasaannya. Dia memperbarui hubungan Mesir dan Konstantinopel serta membuka hubungan Mesir dan Sisilia. Selain itu dia juga menjalani ikatan perdamaian dengan Baraka yang merupakan keponakan Hulaghu Khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di Golden Horde atau Kipchak Khanate ( wilayah di bagian barat kerajaan Mongol).

Pembangunan di bidang ekonomi dan Perdagangan membawa kemakmuran. Jalur perdagangan di perluas dengan membuka hubungan dagang dengan Italia dan Perancis. Perjanjian dagang diadakan dengan James di Argon dan Alfonso dari Sevilla. Kota Kairo menjadi penting dan strategis bagi jalur perdagangan Asia Barat dan Laut Tengah dengan pihak barat dan menjadi lebih penting setelah jatuhnya Baghdad.

Baybars dan beberapa Sultan sesudahnya memberikan kebebasan kepada para petani untuk memasarkan hasil panennya. Hal ini juga mendorong mereka untuk meningkatkan hasil pertaniannya sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat di Mesir.

Bidang Perhubungan Darat dan laut menjadi lancar dengan menggali terusan terusan, membuat pelabuhan-pelabuhan dan menghubungkan kota Kairo dan Damaskus dengan dinas pos tercepat. Pos cepat ini hanya memakan waktu selama 4 hari dengan menggunakan beberapa ekor kuda yang selalu tersedia pada setiap Stasiun sepanjang jalan.

Ilmu pengetahuan juga mengalami kemajuan semasa dinasti Mamluk. Hal ini disebabkan jatuhnya Baghdad yang mengakibatkan sebagian ahli ilmu pengetahuan melarikan diri ke Mesir. Dengan demikian Mesir berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, melanjutkan kedudukan kota-kota Islam lainnya Setelah dihancurkan oleh bangsa Mongol.

Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang adalah sejarah, kedokteran astronomi, matematika dan ilmu Islam. Di bidang sejarah tercatat nama-nama ulama antara lain Ibnu Khallikan (penulis kitab Wafayat al-A’yan wa Anba’ az-Zaman ; Meninggalnya Para Pemimpin dan Berita Tentang Anak Zaman), Ibnu Khaldun, Ibnu Abi Usaibi’ah, al-Maqrizi.

Ilmu kedokteran mengalami kemajuan dengan adanya penemuan baru. Abu Hasan Ali Nafis (wafat 1288 M), kepala rumah sakit Cairo, menemukan susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia tiga abad lebih dahulu dari Servetus (Orang Portugis). Abdul Ma’min Dimyati (wafat 1306 M), dokter kenamaan kedokteran hewan dan menulis buku Fadl al Khail (Keunggulan Pasukan Berkuda), Psikotrapi yang dirintis oleh ar-Razi dikembangkan oleh al-Juma’i di Mesir yang mengarang buku al-Irsyad li Masalih al-Anfas wa al Ajsad (Petunjuk untuk Keselamatan Jiwa dan Raga).

Ibnu Abi al-Mahasin dan Salahuddin bin Yusuf megembangkan Opthamologi (ilmu penyakit mata) dan Salahuddin bin Yusuf menulis buku Nur al-Uyun wa Jami’ al-Funun (Cahaya bagi Mata dan Penghimpun Berbagai Ilmu). Selain itu juga terdapat Nasiruddin at-Tusi (1201-1274 M) dan Faraj Tabari (1226-1286 M), matematikwan.

Ketika para Ulama di Baghdad kehilangan semangat pintu ijtihad seakan-akan tertutup akibat kehancuran Baghdad. Akhirnya mereka banyak menggeluti dunia tasawuf dan tarekat. Sementara umat Islam bersifat taklid, di wilayah kekuasaan dinasti Mamluk muncul ulama-ulama besar antara lain adalah Ibnu Taimiyah yang menganjurkan pemurnian ajaran Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta membuka kembali pintu ijtihad.

Selain itu ada juga Imam Jalaluddin as-Suyuti dan Ibnu Hajar al-‘asqalani. Seni arsitektur juga berkembang baik. Bangunan Masjid Nabawi di Madinah disempurnakan serta disekeliling makam Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dibuat pagar.

Runtuhnya Dinasti Mamluk

Dinasti Mamluk mulai menunjukan kelemahan sejak pemerintahan Mamluk Bahri pindah ke tangan Mamluk Burji tahun 1382 M. Para Sultan Burji tidak memiliki pengetahuan cara mengatur roda pemerintahan kecuali latihan militer. Kesultanan Mamluk hancur ketika Sultan Salim I dari Dinasti Turki Usmani merebut Mesir dari tangan Kesultanan Mamluk tahun 1517 M.

 

77 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
Keislaman

Kedukan Akal Dalam Pemikiran Islam

5 Mins read
Kuliahalislam-Akal merupakan daya berpikir yang ada dalam diri manusia dan merupakan salah satu daya dari jiwa serta mengandung arti berpikir, memahami dan…
KeislamanTokoh

Sunan Kalijaga Mengislamkan Jawa Dengan Seni

5 Mins read
Kuliahalislam- Sunan Kalijaga merupakan seorang wali dari suku Jawa asli. Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid (R.M Syahid), putra dari Ki Tumenggung…
FilsafatKeislaman

Kasyf Terbukanya Rahasia Ketuhanan

4 Mins read
Kuliahalislam.com- Kasyf merupakan suatu tingkatan tertinggi dalam tasawuf. Bagi orang yang mengalaminya akan terbuka hijab ( dinding atau tabir) yang mengantarai rahasia…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights