Raja Ampat di Papua Barat Daya merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Dengan lebih dari 550 jenis terumbu karang dan 1.400 spesies ikan, perairan ini menjadi rumah bagi berbagai kehidupan laut serta menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat.
Namun, aktivitas penambangan nikel yang semakin meluas di wilayah ini mulai mengancam keseimbangan ekosistem laut dan keberlangsungan hidup masyarakat sekitar. Beberapa perusahaan tambang, seperti PT Gag Nikel di Pulau Gag dan PT Anugerah Surya Pratama (ASP) di Pulau Manuran, telah mendapatkan izin untuk beroperasi di Raja Ampat.
Banyak aktivis lingkungan dan masyarakat adat yang merasa khawatir karena aktivitas tambang ini dapat merusak lingkungan dan mengganggu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang bergantung pada laut.
Laporan dari organisasi lingkungan Auriga Nusantara menyebutkan bahwa dampak tambang nikel ini tidak hanya merusak alam, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap ekonomi lokal.
Salah satu dampak utama dari penambangan nikel adalah sedimentasi atau timbunan lumpur berlebihan yang terbawa air hujan ke laut. Lumpur ini dapat menutupi terumbu karang, menghalangi sinar matahari, dan menghambat proses fotosintesis yang penting bagi kelangsungan hidup karang.
Jika terumbu karang mati, ikan dan biota laut lainnya yang bergantung pada ekosistem ini akan berkurang drastis. Akibatnya, masyarakat yang selama ini mengandalkan laut untuk mencari nafkah, baik sebagai nelayan maupun dalam sektor pariwisata bahari, akan mengalami kesulitan.
Selain sedimentasi, pencemaran air akibat limbah tambang juga menjadi ancaman serius. Limbah yang mengandung logam berat seperti nikel dan bahan kimia berbahaya lainnya dapat mencemari perairan laut dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Jika biota laut tercemar, tidak hanya ekosistem yang terganggu, tetapi juga kesehatan manusia yang mengonsumsi hasil laut dari perairan tersebut.
ketua bidang hikmah, politik dan kebijakan publik PC IMM Bekasi Raya mendesak pemerintah pusat untuk meninjau kembali izin tambang di wilayah konservasi seperti Raja Ampat dan meningkatkan pengawasan terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah perlu memperketat aturan terhadap industri pertambangan agar tidak merusak lingkungan.
Pemerintah Indonesia saat ini tengah gencar mendorong produksi nikel untuk mendukung industri baterai mobil listrik. Namun, menurut Fiktor Klafiyu, proyek ini sama sekali tidak membawa manfaat bagi masyarakat Papua, terutama mereka yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau kecil.
“Tambang nikel ini tidak bisa dibenarkan. Aktivitas ini akan merusak hutan, mencemari laut, mengotori sungai, dan menghancurkan keanekaragaman hayati baik di daratan maupun bawah laut. Raja Ampat bukan tempat untuk eksploitasi tambang, melainkan surga dunia yang harus kita jaga,” katanya.
Masa depan Raja Ampat bergantung pada keputusan yang diambil hari ini. Jika aktivitas tambang terus berlangsung tanpa pengelolaan yang bijak, ekosistem laut yang menjadi kekayaan tak ternilai ini bisa mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Oleh karena itu, keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan harus dijaga agar Raja Ampat tetap menjadi surga keanekaragaman hayati yang dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Upaya untuk melindungi alam bukan hanya tugas pemerintah atau aktivis lingkungan, tetapi tanggung jawab bersama demi keberlanjutan kehidupan di bumi ini.