Oleh: Muhammad Abid Dharmawan, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
KULIAHALISLAM.COM – Cinta hanya kepada Allah ala Rabiah Al-adawiyah. Apa itu cinta? Bagaimana untuk menyatakan cinta? Bagaimana kita cinta pada Allah? Apakah kita mencintai Allah?
Pertanyaan itu sering kali keluar dari pemikiran kita. Kita selalu bertanya apakah kita menyembah Allah hanya karena takut akan siksa-Nya atau kita cinta kepada-Nya.
Perkenalkan ini adalah Rabi’ah Al-Adawiyah. Salah satu sufi terkemuka dari zamannya hingga sekarang. Beliau lahir pada tahun 99H/717M dan wafat pada tahun 185H/801M. Beliau adalah Muslimah yang sangat mencintai Allah.
Dalam salah satu riwayat syairnya
Kucintai Engkau lantaran aku cinta, dan lantaran Engkau patut untuk dicintai, cintakulah yang membuat rindu kepada-Mu, Demi cinta suci ini, sibakkanlah tabir penutup tatapan sembahku. Janganlah Kau puji aku lantaran itu, bagi-Mulah segala puja dan puji.
Kita bisa melihat betapa ia mencintai Allah, cinta disini bukanlah hanya perkataan semata tapi ia terapkan di kehidupannya. Beliau sampai akhir hayatnya tidak menikah dengan siapa pun. Banyak pria yang melamar dia tapi semuanya ditolak. Ini adalah bentuk cintanya kepada Allah, ia tidak ingin jika cinta dihatinya terbagi ke orang lain selain Allah.
Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi. Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadirat-Mu. Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku. Hatiku telah enggan mencintai selain Engkau.
Mahabbah
Mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai tuhan sepenuh hati, sehingga yang sifat-sifat yang dicintai (Tuhan) masuk ke dalam diri yang dicintai. Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa.
Saat perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta. Dengan demikian, orang yang telah mencapai tingkat mahabbah seluruh jiwanya terisi oleh rasa kasih sayang dan cinta kepada Allah.
Sehingga kadang-kadang tampak tidak ada lagi perasaan cinta yang dapat disalurkan kepada yang lain, seperti yang tampak pada Rabi’ah al-Adawiyah. Mahabbah adalah cinta yang luhur, suci, dan tanpa syarat kepada Allah SWT.
Pencapaiannya ini mengubah murid dari “orang yang menginginkan Allah” menjadi murad, orang diinginkan Allah. Tak ada yang lebih besar dari ini.
Kemabukan spiritual oleh anggur mahabbah (cinta) berasal dari hanya memikirkan sang kekasih. Kebenaran mahabbah adalah bahwa setiap atom dalam diri sang pencinta (muhib) memberi kesaksian atas kadar cintanya kepada Allah.
Cara Untuk Menyatakan Cinta Kepada Allah
Tahap pertama yang harus dilalui adalah berlaku zuhud. Hal ini berbeda dengan kebanyakan sufi yang mengatakan bahwa tahap pertama adalah taubat.
Meski demikian, Rabi’ah tidak menafikan taubat sebagai sesuatu yang harus dilakukan seseorang. Namun, bagi Rabi’ah, taubat orang yang melakukan maksiat itu berdasar pada kehendak Allah Swt.
Seperti halnya saat kita ingin melamar kekasih hati kita, hal yang pertama dilakukan adalah memperbaiki diri, menunjukkan sisi terbaik dari diri kita dengan hal itu sang kekasih akan terpikat akan pesona kita.
Tahap kedua adalah Rida. Dengan usaha yang terus-menerus, Rabi’ah meningkatkan martabatnya dari tingkat zuhud hingga mencapai tingkat Rida. Jiwa yang Rida adalah jiwa yang luhur, menerima segala ketentuan Allah Swt. berbaik sangka pada tindakan dan Keputusan-Nya, serta meyakini firman-Nya.
Tahap ketiga ialah Ihsan, yaitu melakukan ibadah seakan-akan dapat melihat Allah SWT atau kalau tidak bisa setidaknya merasa bahwa dirinya dilihat oleh Allah SWT.
Farid al-Din Attar menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan melihat oleh Rabi’ah itu bukanlah melihat dengan mata tetapi melalui kashafiyah. Setelah ketiga tahapan itu dicapai, barulah seseorang bisa mencapai tahap mahabbah.