Cara Menjawab Salam Terhadap Non Muslim
Oleh: Imam Gunawan, Mahasiswa Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kata salam dalam bahasa Arab berarti kesejahteraan. Dalam Islam mengucapkan salam adalah memberikan doa kepada sesama. Dengan mengucapkan salam artinya kita telah sama-sama saling mendoakan terhadap sesama muslim. Adapun ucapan salam yang lengkap ialah :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yang berarti, “Semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahan-Nya terlimpah untukmu atau semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan untukmu.”
Maka kita menjawab :
وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yang berarti, “Dan semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga kepada kalian.”
Maka Rasulullah Saw menganjurkan kepada umatnya untuk menebarkan salam sebagai ucapan doa dan kesejahteraan antar sesama. Rasulullah Saw bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيٍرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّىَ اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوْلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Artinya “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai. Mau kah kalian aku tunjuki sebuah amal yang bila dilaksanakan membuat kalian saling mencintai? Tebarkanlah salam.’” (HR Muslim).
Mungkin kita pernah mendengar bahwa menjawab salam untuk orang non muslim adalah “walaikum”. Mengapa demikian ? Rasulullah Saw bersabda :
وَرَوَيْنَا فِيْ صَحِيْحَيِ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهَ صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُوْلُوا وَعَلَيْكُمْ
Artinya, “Diriwayatkan di Shahih Bukhari dan Muslim dari Anas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Jika ahli kitab mengucap salam kepadamu, maka jawablah ‘wa ‘alaikum.’”
Hal ini terjadi karena tindakan kaum Yahudi yang melakukan tindakan diskriminatif. Mereka sering memainkan kata-kata yang memiliki maksud lain dari arti sebenarnya. Contohnya dalam surah Al-Baqarah ayat 104 yang berbunyi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقُوْلُوْا رَا عِنَا وَ قُوْلُوا انْظُرْنَا وَا سْمَعُوْا ۗ وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَا بٌ اَلِيْمٌ (البقرة ٢: ١٠٤)
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan Ra’ina, tetapi katakanlah, “Unzurna,” dan dengarkanlah. Dan orang-orang kafir akan mendapat azab yang pedih.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 104).
Kemudian ditegaskan dalam surah an-Nisa ayat 46 mengenai sikap orang-orang Yahudi ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
مِنَ الَّذِيْنَ هَا دُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْـكَلِمَ عَنْ مَّوَا ضِعِهٖ وَ يَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَا سْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَا عِنَا لَـيًّا بِۢاَ لْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِيْ الدِّيْنِ ۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَا لُوْا سَمِعْنَا وَاَ طَعْنَا وَا سْمَعْ وَا نْظُرْنَا لَـكَا نَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَ قْوَمَ ۙ وَ لٰـكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Artinya, “(Yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka mengatakan), “Ra‘ina,” dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 46).
Jika mereka ingin mengatakan “raaina” yang berarti lihatlah kami, mereka akan mengatakan “ru’unah” yang berarti sangat bodoh. Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir sebuah riwayat menyatakan sikap orang-orang Yahudi tersebut. Jika mereka ingin mengucapkan salam mereka tidak mengucapkannya dengan baik, tetapi mereka bertujuan untuk mengolok-olok yaitu dengan mengucapkan “assamu Alaikum” (Dan kematian atas kalian). Maka kita menjawab “walaikum” (Dan kematian atas kalian juga).
Ini bertujuan untuk membalikkan maksud tujuan dari orang-orang Yahudi tersebut. Oleh karena itulah sebabnya kita menjawab kepada non muslim dengan kalimat “walaikum” (Dan atas kalian). Karena dikhawatirkan akan terjadi hal sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi.
Walaupun demikian kita dapat menggunakan lafazh “walaikum salam” kepada non muslim bertujuan untuk sapaan saja bukan untuk doa karena sifatnya profan (tidak bertujuan untuk agama). Kalimat salam dalam agama Islam itu bersifat sakral. Namun, kita bisa menggantikan jawaban salam itu dengan kalimat lain yang bertujuan untuk menghormati non muslim. Dari pendapat Abu Sa’id :
قَالَ أَبُو سَعِدٌ لَوْ أَرَادَ تَحِيَّةً ذِمِّي، فَعَلَهَا بِغَيْرِ السَّلَامِ، بِأَنَّ يَقُوْلُ هَدَاكَ اللهُ أَوْ أَنْعَمَ اللهُ صَبَاحَكَ.
Artinya, “Abu Said berkata, kalau seorang Muslim ingin menghormati non-Muslim, maka ia dapat menghormatinya dengan kalimat selain salam, yaitu dengan kalimat ‘hadākallāhu (semoga Allah memberi petunjuk padamu)’, ‘An‘amallāhu shabāhaka (semoga Allah membuat pagimu indah).’”
Pendapat ini disetujui oleh imam Nawawi karena untuk keperluan sebagai bentuk hormat saja. Jika tidak ada suatu keperluan untuk menjawab salam, maka tidak perlu untuk menjawabnya.
Referensi :
- Hukum Menjawab Salam Non-Muslim. https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/hukum-menjawab-salam-non-muslim-IEkHv . Diakses pada tanggal 29 September 2022 pukul 22:03.
- Al-Qur’an Indonesia https://quran-id.com
- Tafsir Ibnu katsir Juz 1. hal. 213-214.