Keislaman

Bisikan dalam Etika: Batasan Untuk Menjaga Keharmonisan

4 Mins read

Bisikan dalam etika batasan untuk menjaga keharmonisan. Islam memiliki adab dalam berbisik ketika berkumpulnya tiga orang dalam satu lingkaran. Adab ini diataur untuk saling menjaga satu sama lain agar menghasilkan ikatan persaudaraan yang kuat tanpa adanya ketidaknyamanan dalam suatu pertemuan.

Islam adalah agama yang hanif sehingga mengatur hubungan sesama manusia agar tidak menimbulkan kemudharatan di kemudian hari. Adab atau etika berbisik akan dikupas tuntas dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai pegangan untuk menjaga keharmonisan dalam pertemanan atau persaudaraan dalam Islam.

Lafaz Hadis

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، وَحَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةٌ فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِثِ.

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Isma’il dia berkata; telah menceritakan kepadaku Malik dari Nafi’ dari Abdullah radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila kalian bertiga, maka janganlah dua orang berbisik-bisik dengan membiarkan yang ketiganya.” (HR. Bukhari: 5814)

Hadis-Hadis yang Setema (Syawahid – Korelasi)

1. Berbisik tanpa menyertakan orang ketiga itu menyinggung perasaan

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى رَجُلَانِ دُونَ الْآخَرِ حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ أَجْلَ أَنْ يُحْزِنَهُ.

“Telah menceritakan kepada kami Utsman telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa`il dari Abdullah radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila kalian bertiga, maka janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa menyertakan yang ketiga sebelum ia berbaur dengan yang lain, karena hal itu dapat menyinggung perasaannya.” (HR. Bukhari, 5816)

2. Berbisik tanpa menyertakan orang ketiga itu menyedihkan

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِثِ إِلَّا بِإِذْنِهِ، فَإِنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ.

“Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Ayub dari Nafi’ dari Ibnu Umar dia berkata; Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian bertiga, janganlah dua orang saling berbisik-bisik tanpa mengajak ketiganya kecuali seizinnya karena hal itu menyedihkannya.” (HR. Ahmad, 6054)

Baca...  Potret Perempuan Islami

3. Berbisik tanpa menyertakan orang ketiga itu menyinggung perasaan

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَهَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ مَنْصُورٍ، وَحَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ، قَالَ إِسْحَاقُ: أَخْبَرَنَا، وَقَالَ الْآخَرَانِ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الْآخَرِ حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ، مِنْ أَجْلِ أَنْ يُحْزِنَهُ

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Hannad bin As Sari’ mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash dari Manshur; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan ‘Utsman bin Abu Syaibah serta Ishaq bin Ibrahim dan lafazh ini miliknya Zuhair. Berkata Ishaq; Telah mengabarkan kepada kami sedangkan yang lainnya berkata; Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wail dari Abdullah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila kamu bertiga, maka janganlah yang dua orang berbisik tanpa yang ketiga, sebelum dia berbaur dengan yang lainnya. Karena hal itu dapat menyinggung perasaan.” (HR. Muslim, 4053)

4. Berbisik tanpa menyertakan orang ketiga itu menyedihkan

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ صَاحِبِهِمَا، فَإِنَّ ذَلِكَ يَحْزُنُهُ.

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dan Waki’ dari Al A’masy dari Syaqiq dari Abdullah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang dari kalian berbisik tanpa menyertakan orang ketiga, sebab hal itu akan membuatnya sedih.” (HR. Ibnu Majah, 3765)

5. Berbisik tanpa menyertakan orang ketiga itu dilarang

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِثِ.

“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin ‘Ammar telah menceritakan kepada kami Sufyan bin ‘Uyainah dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang dua orang berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ketiga (yang bersamanya).” (HR. Ibnu Majah, 3766)

Baca...  Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Mencela Sifat Kikir

Kandungan Isi Secara Global Hadis-Hadis Setema

Isi kandungan hadis Bukhari nomor 5816 dan Muslim nomor 4053 secara umum menjelaskan bahwa berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ketiga akan menyinggung perasaan orang yang tidak disertakan dalam membicarakan persoalan yang telah di bisikkan.

Hadis setema yang selanjutnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad nomor 6054 dan Ibnu Majah nomor 3765 menjelaskan bahwa larangan berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ketiga akan membuat hati orang yang tidak disertakan dalam berbisik-bisik menjadi sedih, lain halnya apabila telah mendapat izin dari orang ketiga, maka berbisik-bisik yang dilakukan oleh dua orang di perbolehkan.

Hadis-hadis yang setema dengan hadis inti yang penulis pilih menegaskan bahwa berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ketiga dilarang dan memiliki dampak sosial pada kejiwaan individu yang tidak disertakan dalam berbisik-bisik, yaitu menyinggung perasaan orang yang tidak di ajak berbisik-bisik dan membuatnya sedih, perbuatan seperti ini tidak di benarkan dalam islam.

Pandangan Ulama

Pendapat ulama besar Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim beliau mengomentari hadis larangan berisik-bisik yang dilakukan oleh dua orang tanpa menyertakan orang ketiga, seperti perkataan beliau dibawah ini,

وَفِي هَذِهِ الْأَحَادِيث النَّهْي عَنْ تُنَاجِي اِثْنَيْنِ بِحَضْرَةِ ثَالِث وَكَذَا ثَلَاثَة وَأَكْثَر بِحَضْرَةِ وَاحِد وَهُوَ نَهْي تَحْرِيم فَيُحَرِّم عَلَى الْجَمَاعَة الْمُنَاجَاة دُون وَاحِد مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يَأْذَن

“Dalam hadis ini ada larangan dua orang berbisik-bisik ditengah hadirnya orang ketiga atau beberapa orang yang berbisik dengan hadirnya satu orang yang lain. Larangan ini hukumnya haram yang diharamkan kepada sekelompok orang yang berbisik-bisik tanpa melibatkan satu orang dari mereka kecuali dengan izinnya.” (Syarh an Nawawiy ‘Ala Muslim: 14/167 –Maktabah Syamilah-)

Dapat dipahami dari perkataan Imam nawawi, hukum dari berbisik-bisik berdua tanpa seizin pihak ke tiga adalah haram, apabila mendapat izin dari pihak ketiga maka berbisik-bisik berdua diperbolehkan.

Imam Nawawi rahimahullah juga mengomentari apabila yang hadir lebih dari tiga orang maka jika ada perkara penting yang perlu dibicarakan berdua maka diberbolehkan berbisik-bisik tanpa melibatkan yang lain. Seperti perkataan beliau di bawah ini,

أَمَّا إِذَا كَانُوا أَرْبَعَةً فَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ اثْنَيْنِ فَلَا بَأْسَ بِالْإِجْمَاعِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ

“Adapun jika mereka berkumpul empat orang lalu dua orang berbisik tanpa melibatkan dua orang yang lain, maka ini diperbolehkan berdasarkan kesepakatan ulama. Wallahu a’lam”. (Syarh an Nawawiy ‘Ala Muslim: 14/167-168 (Maktabah Syamilah).

Pendapat beliau dapat di pahami bahwa kemungkinan orang merasa dia yang dibicarakan itu hilang karena adanya pihak yang lain yang juga tidak diajak berbisik. Dalam kitab Riyadhus Shalihin Imam Nawawiy rahimahullah menyebutkan satu judul bab tentang larangan berbisik, yaitu “Bab Larangan Dua Orang Berbisik Tanpa Melibatkan Orang Ketiga Kecuali Diizinkan atau Karena Adanya Keperluan”. “Bab Larangan Dua Orang Berbisik Tanpa Melibatkan Orang Ketiga Kecuali Diizinkan atau Karena Adanya Keperluan.”

Baca...  Tafsir Aqa'idi Tokoh Al Qummi: Menyelami Pemahaman Ajaran Keagamaan dalam Syiah

Ungkapan Imam Nawawi di atas memberikan gambaran bolehnya berbisik jika diperluakan. Misalnya  kedatangan tamu kemudian sang majikan menyuruh pembantunya untuk mengambilkan hidangan dengan cara berbisik kepadanya.

Kontekstualisasi

Hadis larangan berbisik-bisik dipandang tepat apabila dikontekstualkan di zaman sekarang. Sebagai manusia sosial maka setiap orang akan selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya sangat tidak dibenarkan ketika disuatu proses interaksi social terjadi hal-hal yang merugikan pihak lain. Indonesia sangat menjunjung tinggi etika kesopanan yang di ajarkan turun temurun oleh nenek moyang terdahulu, apabila disuatu pertemuan tiga pihak yang saling berinteraksi kemudian terjadi bisik-bisik antara dua pihak tanpa menyertakan pihak ketiga makadipandang tidak sopan dan merugikan pihak ke tiga.

Dalam hadis larangan berbisik-bisik sudah dijelaskan bahwa berbisik-bisik tanpa mengikutsertakan pihak ketiga maka akan membuat sedih dan menyinggung perasaan pihak yang tidak di ajak bisik-bisik. Dari sisi lain pihak ini akan merasa tidak nyaman dan akan berfikir negatif tentang pembicaraan yang dilakukan oleh dua orang ini.

Pihak ketiga akan berfikir bahwa pembicaraan yang di lakukan oleh dua pihak itu adalah menjelek-jelekkan dirinya karena dia berfikir apabila bukan perkara yang jelek maka tidak akan mungkin pembicaraan dilakukan hanya dua orang saja dengan nada suara yang sangat pelan sehingga pihak ke tiga tidak mendengarnya.

Tentu saja dalam larangan ini terdapat pengecualian-pengecualian yang apabila pengecualian itu terjadi maka hadis larangan berbisik-bisik tidak berlaku lagi, dapat dibaca dalam penjelasan sub judul “pendangan ulama” yang terdapat beberapa pengecualian yang dijelaskan oleh Imam Nawawi.

Kesimpulan

Hadis larangan berbisik-bisik dapat dihukumi makruh bahkan bisa sampai tingkat haram apabila terjadi hal-hal yang merugikan pihak ketiga seperti menyinggung perasaannya atau membuatnya sedih. Dalam interaksi sosial berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ketiga akan berdampak pada permasalahan sosial yang terjadi di antara ketiga pihak yang terlibat, karena perbuatan itu dapat membuat sedih dan khawatirakan hal-hal yang tidak ia sukai dalam pembicaraan dua pihak,serta dapat menyinggung perasaan pihak ketiga.

4 posts

About author
Researcher
Articles
Related posts
KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Cara Mengobati Penyakit Ujub

3 Mins read
Dalam hidup, manusia akan dihadapkan dengan cobaan-cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Cobaan tersebut dapat berupa suatu hal yang positif menurut manusia…
Keislaman

Keindahan Fawasil dalam Alquran: Pemisah Yang Menyatukan Makna dan Estetika

6 Mins read
Alqur’an memiliki struktur bahasa yang luar biasa indah, yang tiada tandingannya di dunia ini. Tidak ada satupun yang mampu meniru atau membuat…
KeislamanNgaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Klaim dan Tindakan Tuhan Dalam Teologi Asy’ariyah

4 Mins read
Pada ngaji sebelumnya (episode 122/hal 316 edisi Darul Minhaj) dijelaskan bahwa salah satu klaim pandangan teologis keagamaan (akidah) Asy’ariyah mengenai tindakan-tindakan Tuhan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Berita

BWI Perkuat Nazir Wakaf Uang Lewat Penyerahan STBPN dan Pembinaan

Verified by MonsterInsights