Penulis: Asfaq Danial*
Tempo hari, sebuah konten video muncul sewaktu penulis bersosial media. Isi video itu kira-kira adalah pengajuan sebuah proposisi bahwa Allah SWT menyayangi Nabi Isa AS sebagai nabi dan utusan, tapi di saat yang sama, Allah juga membenci Nabi Isa AS mengapa bisa demikian?
Pembuat konten mendasarkan pendapatnya dengan sebuah hadis yang diriwayatkan al-Bukhari :
أَخْنَعُ اسْمٍ عِنْدَ اللَّهِ [وفي رواية]: أخْنَعُ الأسْمَاءِ عِنْدَ اللَّهِ– رَجُلٌ تَسَمَّى بمَلِكِ الأمْلَاكِ. قالَ سُفْيَانُ: يقولُ غَيْرُهُ: تَفْسِيرُهُ شَاهَانْ شَاهْ
Artinya kurang lebih demikian: Seburuk-buruknya nama menurut Allah, adalah seorang lelaki yang namanya raja di atas raja. (Arab: malikul amlak). Sufyan dan yang lain berkata: penjelasan dari kata itu adalah Syahan syah (bahasa persia).
Masalahnya, kaum Kristen atau Katholik mempunyai keyakinan bahwa Yesus adalah Raja di atas Raja. oleh sebab itu, pada hari kiamat Allah akan melakukan apa terhadap Yesus, menyayanginya karena seorang Nabi dan utusan, atau membencinya karena gelar Yesus adalah Raja di atas Raja? Di sini letak ketidak-sinkronan islam. Kembali, ini menurut si pembuat konten.
Dari sudut pandang umat Islam, untuk memahami hadis di atas sebenarnya kita bisa melihatnya dari berbagai syarah hadis yang telah established. Islam mengajarkan seseorang untuk rendah diri dan humble.
Pula, Islam mengajarkan pujian dan sanjungan kepada Allah. Nama seperti malikul amlak, dan nama lainnya yang mengandung unsur superioritas sejatinya hanya pantas disematkan kepada Allah SWT saja, bukan kepada lainnya yang statusnya adalah makhluk (ciptaan).
Oleh karena itu tidak seyogyanya bagi seorang muslim untuk mempunyai nama secara literal seperti di atas. Kata Malikul Amlak sendiri berarti “raja di atas raja”. Dengan demikian pelajaran dari hadits di atas sebenarnya adalah anjuran memberikan nama yang baik, sekaligus larangan untuk memberikan nama yang kurang etis, seperti Malikul Amlak, Syahan Syah dsb.
Demikian juga kalau dipahami nama Malikul Amlak sebagai nama gelar, maka gelar itu akan otomatis hilang. Soalnya pada hari kiamat Allah SWT mempunyai kekuasaan mutlak dan absolut.
Oleh sebab itu kesimpulan bahwa Allah akan menghinakan Nabi Isa karena umat kristen atau Katholik menggelari Nabi Isa dengan sebutan demikian, merupakan sebuah kesimpulan yang tidak jelas dan melompat-lompat. Dengan kata lain, hadis di atas tidak bisa dijadikan landasan pendapat bahwa Allah membenci Nabi Isa di hari kiamat.
Hal ini perlu dijelaskan dan diperhatikan bagi umat beragama lain jika hendak mengakses khazanah keIslaman, termasuk Alqur’an dan hadis. Tujuannya tentu saja supaya tidak terdapat lagi kesalah-pahaman seperti yang dilakukan Pembuat konten tersebut di atas.
Umat Islam sendiri percaya dengan sepenuh hati bahwa Nabi Isa adalah seorang Rasul dan Nabi. Kisah-kisah tentang Beliau bertebaran di Alqur’an, utamanya di QS Ali Imran dan QS Maryam. Adapun bagi kaum Kristen atau Katolik, maka jika mereka menggelari Nabi Isa dengan sebutan tertentu ya itu terserah mereka. Dan tentu saja umat muslim berlepas tangan dari hal itu.
Wallahu a’lam.
*) Penikmat kajian tafsir hadis