Opini

Belajar Al-Qur’an dari Nol: Lebih Efektif Lewat Media Digital atau Guru Ngaji (Talaqqi)?

3 Mins read

Belajar Al-Qur’an kini tidak lagi terbatas pada masjid, madrasah, atau majelis taklim. Di era digital, siapa pun bisa memulai belajar Al-Qur’an dari genggaman tangan melalui aplikasi seperti “Qur’an Best”, “Tajwid.id”, atau bahkan kanal YouTube para ustaz telah membuka pintu baru bagi banyak orang untuk belajar membaca dan memahami Al-Qur’an.

Namun di sisi lain, tradisi talaqqi atau belajar langsung dari guru ngaji tetap dianggap sebagai metode terbaik yang diwariskan sejak zaman Rasulullah ﷺ. Pertanyaannya, di tengah kemajuan teknologi seperti sekarang, manakah yang lebih efektif untuk belajar Al-Qur’an dari nol?

Perkembangan teknologi membawa perubahan besar dalam cara manusia untuk mencari ilmu, termasuk ilmu agama. Dahulu, untuk belajar membaca Al-Qur’an seseorang harus datang ke guru ngaji dan duduk bersimpuh di depannya, memperhatikan satu per satu makhraj huruf dan tajwid (Shahbal & Nurrohim, 2023).

Kini, cukup dengan ponsel dan koneksi internet, seseorang dapat belajar tajwid interaktif, mendengar murottal dari qari terkenal, bahkan mendapatkan penilaian otomatis tentang ketepatan bacaan. Teknologi digital menjadikan belajar Al-Qur’an lebih mudah diakses, tanpa batas ruang dan waktu.

Kemudahan ini tentu menjadi angin segar, terutama bagi mereka yang sibuk atau tinggal di daerah yang sulit menemukan guru ngaji. Aplikasi digital memberi fleksibilitas untuk bisa belajar Al-Qur’an kapan saja, di mana saja, dan dengan tempo yang disesuaikan (Salsabilla & Nurrohim, 2023).

Banyak platform yang juga menyediakan fitur pengingat harian dan sistem penilaian, sehingga pengguna merasa lebih termotivasi untuk rutin belajar. Namun meski canggih, media digital tetap memiliki keterbatasan.

Sering kali aplikasi tidak mampu menangkap kesalahan kecil dalam pengucapan huruf (makhraj) atau bacaan panjang pendek yang hanya bisa diperbaiki melalui bimbingan langsung seorang guru.

Baca...  Pengalaman Belajar Dengan Pemahaman Literasi Yang Mengubah Hidup

Berbeda dengan itu, metode talaqqi atau belajar langsung dari guru menawarkan pengalaman yang lebih mendalam. Talaqqi bukan sekadar proses transfer ilmu, tetapi juga transmisi nilai dan adab.

Dalam proses ini, murid belajar dengan melihat, mendengar, dan meniru guru secara langsung. Guru dapat segera mengoreksi kesalahan bacaan, menjelaskan hukum tajwid secara kontekstual, bahkan memberikan nasihat-nasihat yang memperkuat motivasi murid (Ismail, Nurrohim, Saib, & Elbanna, 2023).

Di sinilah letak keistimewaan talaqqi, bukan hanya mengajarkan bunyi huruf, tetapi juga menanamkan ruh Al-Qur’an dalam hati pembelajarnya.

Namun, tentu tidak semua orang memiliki kesempatan untuk belajar secara talaqqi. Mobilitas tinggi, keterbatasan waktu, dan jarak sering menjadi kendala. Di sinilah media digital hadir sebagai solusi pelengkap (Ramadlani et al., 2024).

Banyak santri modern kini memanfaatkan kombinasi antara talaqqi dan pembelajaran daring. Mereka tetap memiliki guru ngaji utama, namun memperkuat pemahaman melalui aplikasi dan video pembelajaran . Cara ini membuat proses belajar lebih fleksibel tanpa menghilangkan sentuhan spiritual dari talaqqi.

Pada akhirnya, efektivitas belajar Al-Qur’an tidak hanya ditentukan oleh medianya, tetapi juga oleh niat dan kesungguhan orang yang belajar. Media digital bisa menyediakan ribuan materi, guru ngaji bisa memberi bimbingan terbaik, namun tanpa niat yang kuat, semua itu tidak akan membuahkan hasil.

Belajar Al-Qur’an adalah perjalanan hati, bukan sekadar proses akademik. Banyak orang yang mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, namun belum tentu memahami maknanya.

Ada pula yang masih terbata-bata, tetapi hatinya senantiasa berusaha mendekat kepada Allah. Inilah makna sebenarnya dari belajar Al-Qur’an, bukan hanya memperindah bacaan, tetapi juga memperbaiki diri.

Selain niat, konsistensi atau istiqamah juga menjadi kunci utama. Belajar sedikit tapi rutin lebih baik daripada semangat besar di awal lalu berhenti di tengah jalan. Baik menggunakan aplikasi digital maupun bimbingan talaqqi, hasilnya akan terasa jika dilakukan dengan disiplin.

Baca...  Ingin Jadi Guru Inspiratif Tapi Tidak Disiplin

Pepatah Arab mengatakan, “Sedikit yang terus-menerus lebih baik daripada banyak tapi terputus.” Belajar Al-Qur’an membutuhkan waktu dan kesabaran. Tapi setiap huruf yang dipelajari dengan ikhlas akan bernilai pahala di sisi Allah.

Maka, apapun caranya baik melalui layar atau majelis, yang terpenting adalah menjaga hati tetap tulus dalam menjemput ilmu Al-Qur’an.
Pada akhirnya, baik media digital maupun talaqqi memiliki kelebihan dan kekurangan yang bisa saling melengkapi.

Media digital memudahkan siapa saja untuk memulai belajar Al-Qur’an secara cepat dan praktis, sedangkan talaqqi memberikan kedalaman, ketepatan, serta keberkahan melalui interaksi langsung dengan guru.

Tidak perlu memilih salah satu dan menolak yang lain, karena sejatinya teknologi dan talaqqi bisa berjalan beriringan.

Belajar Al-Qur’an dari nol bukanlah soal seberapa canggih alat yang digunakan, tetapi seberapa tulus niat kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Teknologi mungkin membuka mata terhadap kemudahan, sementara talaqqi membuka hati untuk merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta.

Ketika keduanya dipadukan, akan lahir cara belajar yang seimbang: modern dalam pendekatan, namun tetap sarat nilai spiritual. Setiap langkah kecil menuju Al-Qur’an adalah langkah menuju cahaya.

Entah lewat layar digital atau duduk di hadapan guru, yang paling penting adalah terus berusaha mendengar, membaca, dan memahami pesan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada akhirnya, Al-Qur’an bukan sekadar untuk dibaca, tetapi untuk dihayati dan diamalkan.

Daftar Pustaka

Ismail, A., Nurrohim, A., Saib, A., & Elbanna, M. (2023). Tahsin Learning Strategy and Method to Improve the Al-Qur’an Reading Quality for the Majlis Tafsir Al-Qur’an Community in Surakarta. Profetika: Jurnal Studi Islam, 24(02), 393–420.

Ramadlani, M. T., Nurrohim, A., Haq, Y., Bahar, A., Faruqi, F., Nurisnaini, B., & Taqnaing, T. (2024). The Evaluation of the Effectiveness of the Tajwid Mushawwar Application in Improving the Pronunciation of Makharijul Huruf in Students of the Idad Lughawi Program. Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity), 2771–2776. https://doi.org/10.23917/iseth.5412

Baca...  Tafsir Sya'rawi: Ayat Bismillah dalam Al-Qur'an

Salsabilla, A., & Nurrohim, A. (2023). Improving Learning Outcomes of Tahsin Al-Quran using MyQuran-Mobile Application at Junior High School Al-Irsyad Surakarta. Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity), 2507–2514.

Shahbal, A. A., & Nurrohim, A. (2023). Introducing the Letters of Qalqalah in Tajweed using Card Sort in Qur’an Learning. Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity), 684–688.

3 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
Opini

Maraknya Kasus Pelecehan Seksual di Indonesia

4 Mins read
Dalam kehidupan bermasyarakat, rasa aman seharusnya menjadi hak bagi setiap orang tanpa terkecuali. Kita semua tentunya berharap bisa beraktivitas, belajar, dan bekerja…
OpiniPendidikan

Perkembangan Pendidikan Berbasis Kurikulum Cinta

4 Mins read
Akhir-akhir ini, saya sering merenung tentang sistem pendidikan yang sedang kita jalani. Setiap hari, para siswa berlari dari satu pelajaran ke pelajaran…
Opini

Jangan-jangan Kita Sendiri Adalah Iblis Itu

3 Mins read
Jangan-jangan Kita Sendiri Adalah Iblis Itu Bayangkan sebuah gugatan mengapa Tuhan yang Maha Kuasa membiarkan kejahatan merajalela? Mengapa iblis tetap dibiarkan hidup,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Esai

Menapak Jejak Sunan Bayat: Ziarah Ilmu dan Spirit Dakwah di Lereng Bayat

Verified by MonsterInsights