Keislaman

Amtsal dalam Alquran: Cara Allah Mengajarkan Manusia Melalui Perumpamaan Yang Menghidupkan Hati

4 Mins read

Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang turun untuk membimbing manusia dalam berbagai hal dalam kehidupan. Meskipun berisi ajaran tentang hukum, nilai moral, dan keyakinan, cara penyampaiannya tidak terasa kaku atau sulit dipahami.

Sebaliknya, Al-Qur’an menggunakan bahasa yang indah, menyentuh, dan mudah dicerna. Salah satu contoh keindahan bahasa dalam Al-Qur’an adalah penggunaan Amtsal, yaitu perumpamaan-perumpamaan yang diberikan oleh Allah untuk menjelaskan prinsip-prinsip ajaran-Nya.

Dengan perumpamaan ini, Al-Qur’an membantu memperjelas hal-hal yang abstrak, menjadikannya lebih mudah dipahami. Sesuatu yang terasa jauh menjadi dekat, dan pesan yang berat menjadi lebih ringan. Karena itu, memahami Amtsal merupakan cara penting untuk mengerti makna Al-Qur’an secara lebih dalam.(Hidayat, 2017)

Amtsal berperan sebagai jembatan antara pesan yang abstrak dengan kehidupan manusia yang nyata. Banyak ajaran dalam Al-Qur’an yang memiliki tingkat yang dalam dan mengenai aspek rohani manusia.

Jika dijelaskan secara langsung, mungkin terasa sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, Allah menggunakan perumpamaan yang dekat dengan pengalaman sehari-hari agar pesan yang penting bisa dipahami dengan lebih mudah. Para ulama klasik dan masa kini sepakat bahwa Amtsal adalah bentuk bahasa dalam Al-Qur’an yang sangat kuat dalam retorika, karena mampu menghidupkan makna melalui gambaran visual dan simbolik. (Husna, 2020.)

Ibn Qayyim, seorang tokoh besar dalam dunia keilmuan, menjelaskan bahwa Amtsal membantu mengungkap makna-makna yang tersembunyi, sehingga pembaca bisa memahami pesan dengan lebih jelas, seolah-olah melihat gambarnya secara nyata.

Dalam Al-Qur’an, Amtsal di gunakan untuk menjelaskan berbagai kondisi spiritual manusia, karakter sosial, bahkan fenomena keimanan dan kekufuran. Salah satu contoh yang sering dibahas adalah perumpamaan tentang orang-orang munafik dalam QS. Al-Baqarah [2]:17-18.

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًاۚ فَلَمَّآ اَضَاۤءَتْ مَا حَوْلَهٗ ذَهَبَ اللّٰهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمٰتٍ لَّا يُبْصِرُوْنَ ١٧

Baca...  Keindahan Fawashil: Hikmah di Balik Akhir Ayat dalam Al-Qur’an

Artinya: “Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api. Setelah (api itu) menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Dan,” (QS. Al-Baqarah [2]:17)

صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ ١٨

Artinya: “(Mereka) tuli, bisu, lagi buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.” (QS. Al-Baqarah [2]:18)

Ayat ini menggambarkan mereka seperti seseorang yang menyalakan api untuk menerangi sekelilingnya, namun cahaya itu padam dan ia kembali terperangkap dalam kegelapan. Gambaran ini menunjukkan ketidakstabilan iman orang munafik.

Mereka tampak meyakini kebenaran, tetapi keyakinan  itu tidak mengakar sehingga cahaya keimanan mudah hilang. Tafsir al-Tabari menjelaskan bahwa perumpamaan ini merupakan gambaran tentang batin orang munafik yang tidak konsisten atau berubah-ubah, cahaya iman sesekali tampak namun mudah padam karena tidak tertanam kuat. (Solikin, 2018.)

Contoh lain yang sangat medalam adalah perumpamaan cahaya ilahi dalam QS. An-Nur[24]:35.

اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌۙ٣٥

Artinya: “Allah (pemberi) cahaya (pada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang (pada dinding) yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang (yang berkilauan seperti) mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. (An-Nur[24]:35)

Baca...  Perhatian Ibnu Katsir Terhadap Penafsiran Nabi atas Al-Qur’an

Ayat itu, Allah memperlihatkan cahaya-Nya seperti pelita yang ditempatkan dalam kaca yang jernih, berkilauan seperti bintang. Perumpamaan ini memiliki makna yang sangat dalam.

Menurut Al-Ghazali dalam kitab Misykat al-Anwar, penjelasan ini menunjukkan bagaimana cahaya petunjuk Allah masuk ke dalam hati manusia. Ketika hati seseorang terang oleh hidayah, maka timbul ketenangan, kejernihan, dan kebijaksanaan yang membimbingnya dalam hidup.

Tanpa perumpamaan, konsep abstrak tentang hidayah akan sulit dipahami. Namun dengan menggunakan metafora cahaya, pesan ini menjadi lebih dekat dan mudah dibayangkan. (Munir, 2019.)

Al-Qur’an juga menggunakan Amtsal untuk menggambarkan nilai-nilai moral. Salah satu contohnya terdapat dalam QS. Ibrahim[14]:24-25.

اَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصۡلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرۡعُهَا فِى السَّمَآءِۙ‏ ٢٤

Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. Ibrahim[14]:24)

تُؤۡتِىۡۤ اُكُلَهَا كُلَّ حِيۡنٍۢ بِاِذۡنِ رَبِّهَا​ؕ وَيَضۡرِبُ اللّٰهُ الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُوۡنَ‏ ٢٥

Artinya: “Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim[14]: 25)

Dalam ayat tersebut, Allah membandingkan kalimat yang baik dengan pohon yang akarnya kuat dan cabangnya tumbuh tinggi, serta terus menghasilkan buah sepanjang waktu. Ulama tafsir seperti Ibn Katsir menjelaskan bahwa perumpamaan ini menggambarkan kekuatan keyakinan yang benar.

Seorang mukmin yang memiliki iman yang kuat dan mengeluarkan kebaikan, memberi manfaat, serta tetap teguh menghadapi berbagai ujian dalam hidup. Tanpa perumpamaan ini, gambaran tersebut mungkin terasa abstrak, tetapi melalui metafora pohon, pesan moralnya menjadi lebih hidup dan mudah dipahami. (Fadhilah, 2021.)

Baca...  Eksistensi Kehidupan Manusia Bermanfaat

Dengan demikian, Amtsal memiliki fungsi yang sangat luas dan penting. Ia bukan hanya sekedar ornament Bahasa, tetapi merupakan sarana Pendidikan moral, spiritual, dan intelektual. Melalui Amtsal, pesan Al-Qur’an menjadi lebih mudah dipahami, diingat dan direnungkan.

Banyak ulama menegaskan bahwa Amtsal mampu menggugah hati pembacanya karena menyampaikan pesan melalui gambaran yang dekat dengan kehidupan manusia. Al-Biqa’I menjelaskan bahwa perumpamaan mampu menggunjang jiwa pembacanya lebih kuat dibandingkan uraian langsung, sebab Amtsal menggerakkan imajinasi, perasaan, dan kesadaran secara bersamaan. (Hidayat, 2017; Husna, 2020.)

Akhirnya, belajar Amtsal merupakan cara yang sangat baik untuk memahami makna Al-Qur’an secara lebih dalam. Dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan ini, pembaca tidak hanya memahami isi ayat secara pikiran, tetapi juga merasakan hikmah yang terkandung di dalamnya.

Semakin seseorang memahami Amtsal, semakin jelas baginya arah petunjuk yang Allah berikan. Keindahan Al-Qur’an melalui Amtsal menunjukkan bahwa wahyu tidak hanya memberi aturan, tetapi juga membentuk cara berpikir, merasakan, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka

Hidayat, A. (2017). Amtsal dalam Al-Qur’an dan Relevansinya dalam Kehidupan. Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,3(2),115–130. Link: https://doi.org/10.21009/alfurqan.032.07

Husna, F. (2020). Gaya Bahasa Al-Qur’an dalam Penyampaian Pesan Dakwah. Jurnal An-Nida’, 44(1), 55–70. Link: https://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/annida/article/view/2894

Solikin, A. (2018). Pendekatan Balaghah dalam Penafsiran Al-Qur’an. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis, 19(2), 121–134. Link: https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jsq/article/view/11234

Munir, M. (2019). Fungsi Perumpamaan (Amtsal) dalam Pendidikan Karakter Qur’ani. Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 9(1), 45–58. Link: https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/tarbiyah/article/view/1329

Fadhilah, R. (2021). Komunikasi Persuasif Al-Qur’an melalui Perumpamaan. Jurnal Komunikasi Islam, 11(2), 201–218. Link: https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jki/article/view/11083

https://medium.com/@fazafitri04/amtsal-dalam-al-quran-cara-allah-mengajar-manusia-melalui-perumpamaan-yang-menghidupkan-hati-3aa3f2f72fb9?postPublishedType=initial

2 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
KeislamanSejarah

Mengenal Mur'jiah Dalam Sejarah Islam

4 Mins read
Kuliahalislam.Murji’ah merupakan salah satu aliran teologi Islam yang muncul pada abad pertama Hijriyah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti tetapi Imam Syahrastani menyebutkan…
Keislaman

Adat Atau 'Urf Dalam Fiqih Islam

4 Mins read
Kuliahalislam.Adat (‘adah) secara bahasa berarti sesuatu yang dikerjakan atau diucapkan berulang-ulang, sehingga dianggap baik dan diterima oleh jiwa dan akal sehat. Istilah…
Keislaman

Dua Ayat Satu Ruh, Membaca Al-Qur’an Bersama Al Razi

3 Mins read
Ada kata-kata dalam Al-Qur’an yang selalu terasa lebih dalam dari bahasa. Ruh adalah salah satunya. Ia sering disebut, tetapi jarang benar-benar dipahami….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Tokoh

Suci Atau Tetap Manusia? Cara Al Qurthubi Menjelaskan ‘Ismah Para Nabi

Verified by MonsterInsights