KeislamanTokoh

Ali Al-Madini Ulama Periwayat Hadis

3 Mins read

Kuliahalislam. Al Madini lahir di Basra, 161 H-Samarra, 234 H. Seseorang Hafiz, sejarawan, serta ahli bahasa dan ilmu keislaman seperti Ushul Fiqih dan al-Jarh wa at-ta’dil (ilmu kritik hadis). Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Abdullah bin Ja’far bin Najih as-Sa’di al-Madini al-Basri.

Ia lahir Basra dari keluarganya yang berasal dari Madinah. Karena itulah dibelakang namanya terdapat “al-Basri” (menunjukan tempat lahir) dan “al-Madini” (menunjukan asal keluarga). Semenjak kecil al-Madini sudah mempelajari ilmu hadis dan menulis hadis.

Ia mempelajari dan meriwayatkan hadis antara lain dari Ja’far bin Najih (ayahnya), Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H), Ibnu Ulayyah (wafat 197 H), Basyr al-Mufaddal (wafat 186 H), Yahya bin Sa’id al-Qattan (wafat 186 H), dan Abu Bakar Abdur Razzaq as-San’ani (wafat 211 H/627 M).

Dalam meriwayatkan hadis, ia melakukan perjalanan dari kota ke kota, seperti Basra, Mekah, Madinah, dan Baghadad. Hal ini terlihat dari ungkapannya sendiri ketika ia berkata ; ” Saya menulis Musnad (maksudnya kitab al-Musnad fi al-Hadis [sandaran dalam hadis] dengan cara penelitian mendalam. Setelah dilakukan penelitian mendalam itu, hadis-hadis tersebut saya tuliskan di atas kertas yang saya kumpulkan di dalam sebuah tas besar. Setelah menggembara meninggalkan kota Basra selama 3 tahun, saya kembali dan mendapatkan tas besar itu bercampur dengan tanah”.

Ia hidup semasa dan bersahabat dengan dua ulama ahli hadis terkemuka yaitu Imam Ahmad bin Hanbal dan Yahya Ibnu Ma’in. Diriwayatkan bahwa apabila ia berkunjung ke Baghdad, ia mengadakan pengajian (halaqah).

Pengajian ini dihadiri banyak orang termasuk didalamnya Imam Ahmad bin Hanbal dan Yahya Ibnu Ma’in. Ia menyelesaikan banyak  persoalan yang diperselisihkan oleh jamaah pengajiannya. Sejalan dengan itu, Imam Bukhari pernah berkata, ” Saya sangat seddatang ke Baghdad apabila Ali al-Madini sedang berada disana”.

Tokoh-tokoh besar perawi hadis meriwayatkan hadis darinya, seperti Imam Bukhari, Abu Daud, Abu Isa Muhammad at-Tirmizi, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Imam an-Nasa’i. Gurunya Mu’az bin Mu’az dan Sufyan bin Uyainah juga meriwayatkan hadis-hadisnya.

Ibnu Majah meriyawatkan hadis-hadis al-Madini didalam kitab tafsirnya melalui Hasan bin Syabah al-Bazzar az-Za’farani. Ahli-ahli hadis lainnya yang meriwayatkan hadis al-Madini antara lain adalah Ibrahim bin Haris al-Baghdadi, Abu Bakr bin Abi Itab al-A’yun, Abu Daud al-Harrani, Usman bin Abi Syaibah (156-239 H), anaknya yang bernama Abdullah bin Ali, Hanbal bin Ishaq asy-Syaibani, Abu Hatim as-Sijistani, Abu Syu’aib al-Harrani, Abu al-Hasan al-Barra, Salih bin Ahmad bin Hanbal, Muhammad bin Ali al-Fadl al-Madini, Muhammad bin Usman bin Abi Syaibah dan Qadi Abu Ya’la al-Hanbali.

Melihat nama-nama ahli hadis yang meriwayatkan hadis dari al-Madini, dengan mudah dapat disimpulkan bahwa dia termasuk dalam jajaran ahli hadis yang dapat dipercaya. Ibnu Hibban al-Busti, seorang ahli kritikus hadis, memasukan nama al-Madini dalam kitabnya as-Siqah, sebuah buku tentang biografi tokoh-tokoh perawi hadis yang dapat dipercaya.

Imam An-Nasa’i, ahli hadis dan ahli kritikus hadis  juga menilainya sebagai seorang yang dapat dipercaya. Akan tetapi beberapa kritikus hadis diantaranya Yahya Ibnu Ma’in (ahli kritikus hadis yang sangat ketat), mencercanya dan mengkelompokannya dalam jajaran perawi hadis yang tidak dapat dipercaya.

Diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal juga pernah melontarkan pendapat seperti ini. Latar belakang timbulnya penilaian terakhir ini terutama karena al-Madini termasuk ahli hadis yang menerima pendapat mengenai “Kemahlukan Al-Qur’an” ketika dihadapkan pada peristiwa Mihnah (inkuisisi) yang berkaitan dengan soal ” Apakah Al-Qur’an itu mahluk atau bukan ?”, pada masa  Khaifah al-Ma’mun, Dinasti Abasiyah yang memerintah tahun 198-218 H/813-833 M.

Akan tetapi, Imam Ahmad bin Hanbal pernah mengatakan al-Madini berpendapat demikian karena takut dan terpaksa, dan ia telah bertaubat dari pernyatannya itu. Muhammad bin Abi Syaibah (ahli hadis) meriwayatkan bahwa dua bulan sebelum wafat, al-Madini berkata ; “Kalam Allah bukan mahluk”.

Muhammad bin Usman juga pernah mendengar al-Madini berkata ; ” Barangsiapa yang berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah mahluk maka ia kafir, barangsiapa yang mengatakan Allah tidak bisa melihat maka ia kafir, barangsiapa yang berkata Allah tidak berbicara dengan Nabi Musa dalam pengertian yang sebenarnya adalah juga kafir”.

Lepas dari kontroversi itu, yang jelas Imam Ahmad bin Hanbal hanya meriwayatkan hadis yang diriwayatkan al-Madini sebelum menyetujui soal kemahlukan Al-Qur’an ketika dihadapkan pada kasus Mihnah. Kasus Mihnah sekurang-kurangnya membuat hadis-hadis yang diriwayatkan oleh al-Madini setelah kasus Itu dipertanyakan banyak ulama.

Selain itu, masih ada hadis yang diriwayatkan al-Madini yang dipertanyakan dan dipertimbangkan para ulama hadis tentang kesahihannya yakni yang diriwayatkan dan tulisnya dari guru-gurunya ketika ia masih kecil.

Al-Madini termasuk seorang ulama yang rajin menulis dan membaca. Buku-buku karya tulisnya antara lain al-Asami wa al-Kuna (Nama-Nama dan Gelar, 8 jilid), Qaba’il al-‘Arab (Kabilah-Kabilah Arab, 10 jilid), Tafsir Garib al-Hadis (Tafsir Hadis-Hadis Garib), al-Musnad fi al-Hadis (Sandaran dalam Hadis), dan Ma’rifah Man Nazala as-Sahabah min Sa’ir al-Buldan (Mengenal Orang-Orang yang Mengunjungi Para Sahabat).

 

113 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya' Ulumuddin: Mencela Harta dan Sikap Kikir

4 Mins read
Harta adalah salah satu unsur terpenting di dunia. Menurut Al-Ghazali, dunia adalah segala hal yang terjadi sebelum kita meninggal. “Dunia” adalah “sesuatu…
Keislaman

Analisis Praktik Kesederhanaan Mahar Oleh Masyarakat Muslim Tinjauan Hadis Nabi

17 Mins read
Abstrak Meningkatnya permintaan mahar dalam praktik pernikahan Muslim di masa sekarang ini memunculkan kekhawatiran terhadap pergeseran makna substantif mahar dalam Islam. Mahar…
KeislamanKisah

Ruang Aman dari Allah: Narasi Kesembuhan Jiwa Nabi Musa

5 Mins read
Setiap manusia pasti memiliki luka batin yang mengendap di dalam dirinya. Luka di masa lalu, trauma yang selalu sama rasa sakitnya dari…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights