Penulis: Roma Wijaya*
KULIAHALISLAM.COM – Indonesia, dikenal dengan budayanya yang beraneka ragam dari setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda, baik itu budaya upacara, kesenian, maupun budaya berpakaian. Sedangkan agama yang ada sebelum Islam itu sudah ada dan sudah bersatu dengan budaya lokal yang bersumber dari kesepakatan masyarakat.
Ketika agama Islam masuk ke tanah Indonesia , mereka memiliki tujuan yang sangat besar, yaitu menyebarkan agama Islam. Pada saat itu masyarakat Indonesia beragama Hindu , Budha, dan ada juga yang Animisme.
Islam dalam penyebarannya di Indonesia tidak begitu mudah, karena budaya yang dipegang oleh masyarakatnya itu pada nenek moyang dan Hindu ataupun Budha. Oleh karena itu, Indonesia menggunakan metode untuk menyebarkan agamanya dengan berbagai cara, salah satu cara yang dilakukan ialah akulturasi antara Islam dengan budaya lokal. Tentu hal ini menjadi media bagi Islam untuk melaksanakan penyebaran Islam dengan metode tersebut.
Konsep Akulturasi
Akulturasi menurut kamus Antropologi adalah pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atau beberapa kebudayaan yang saling berhubungan atau saling bertemu. (Yusuf, 2005, p. 16).
Konsep Akulturasi Islam
Akulturasi yang akan dilakukan memiliki konsep, konsep yang dipakai oleh Islam ialah Islam memposisikan dirinya sebagai ‘kebudayaan asing’ dan masyarakat sebagai lokal sebagai penerima kebudayaan asing tersebut. Misalnya masyarakat Jawa yang memiliki tradisi slametan, maka Islam datang untuk memasukkan unsur-unsur dan nilai keagamaan dalam tradisi slametan tersebut. (Yusuf, 2005, p. 16).
Dalam mengakaji proses akulturasi ini, perlu diperhatikan beberapa hal yang terkait dengan proses tersebut. Menurut Koentjaningrat ada lima hal, yaitu; pertama, memperhatikan keadaan masyarakat penerima, sebelum proses akulturasi mulai berjalan. Kedua, individu- individu yang membawa unsur kebudayaan asing itu.
Ketiga, saluran-saluran yang dipakai oleh unsur kebudayaan asing untuk masuk ke kebudayaan penerima. Keempat, bagian-bagian masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur kebudayaan asing tadi. Kelima, reaksi dari individu yang terkena kebudayaan asing. (Yusuf, 2005, p. 17).
Slametan atau Tahlilan
Di Indonesia sebelum Islam datang , mereka memeluk agama Hindu dan Budha. Sebelum Islam datang Indonesia memiliki beragam ritual yang bermacam-macam, salah satu yang sangat kental dan terkenal di daerah Jawa, khususnya Jawa Barat yaitu Bogor slametan ini menjadi hal yang sangat biasa dilakukan oleh masyarakat. (Jamil, 2002, p. 130).
Pada era sebelum Islam datang ke Indonesia, ritual slametan atau tahlilan itu dilakukan oleh pemuka agama Hindu atau Budha yang mereka semua meminta pertolongan kepada dewa dan nenek moyangnya untuk diberikan keberkahan, kemudian membaca do’a dan diakhiri dengan makan-makan yang telah disediakan oleh mereka.
Akhirnya ketika Islam datang ke Indonesia dan menyebarkan agama Islam kepada seluruh masyarakat Indonesia. Awalnya mengalami kesulitan Islam untuk menyebarkan Islam karena perbedaan budaya yang mereka pegang. Akan tetapi, Islam memiliki cara jitu agar ajarannya mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yaitu dengan cara akulturasi antara agama dan budaya yang dipegang oleh masyarakat tersebut.
Berbagai aktivitas atau ajaran kebudayaan yang berada di daerah Bogor yang telah di akulturasikan dengan Islam, yaitu yang telah tadi dijelaskan. Slametan di akulturasikan dengan Islam dengan tata caranya tidak diubah oleh Islam, namun ajaran atau nilai-nilai yang ada di dalamnya dimasuki ajaran Islam seperti do’a-do’anya menjadi do’a yang ada di dalam Alqur’an maupun dalam kitab-kitab para ulama. Serta adanya wasilah kepada para nabi, ulama, dan sebagainya.
Dengan begitu, Islam mudah untuk masuk kedalam masyarakat. Kenudian biasanya, dalam slametan tersebut mereka meyiapkan makanan, tapi berbeda dengan dari sebelumnya Islam tetap tidak merubahnya tapi tujuan dari itu berbeda yaitu dengan tujuan rasa syukur kita kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah diberikan dan mendapatkan rida dari Allah SWT tahlilan atau slametan ini biasanya dilakukan ketika ada yang meninggal, pindah rumah, dan sebagainya.
Kesenian Pewayangan
Wayang golek sebuah kesenian sekaligus kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia yang berada di Jawa Barat. Daerah Bogor pun memiliki kesenian wayang golek ini. Pada awalnya wayang golek ini berisi cerita-cerita dari kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia selama masa kerajaan.
Islam mengakulturasikan kebudayaan dan kesenian itu dengan mengubah alur ceritanya atau menanamkan sajarah Keislaman dengan tokoh-tokoh yang tidak diubah sama seperti aslinya, kegiatan ini sudah dilakukan oleh Walisongo yaitu Sunan Kalijaga. Oleh sebab itu, Islam mudah menyebarkan ajarannya dengan cara akulturasi agama dan kebudayaan tersebut. (Jamil, 2002, p. 171).
Kesimpulan
Agama merupakan media untuk kita dekat dengan sang khaliq, namun dekatnya itu memerlukan step atau cara menuju hal tersebut. Budaya merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh manusia yang didalamnya terdapat nilai-nilai kebaikan dan keburukan dan sumber dari kebudayaan itu dari kesepakatan manusia itu sendiri.
Fenomena akulturasi ini tentunya telah lumrah dilihat oleh kita, bahkan kita secara tidak sadar berada didalamnya. Akulturasi agama dan budaya sudah tersebar luas di Nusantara ini terutama yang dibahas dalam makalah ialah dari daerah Bogor Jawa Barat.
Banyak budaya Jawa Barat yang telah diakulturasikan dengan agama (Islam), di antaranya yaitu : slametan atau tahlilan, menolak bala atau musibah, kesenian wayang golek, gorol atau gotong royong, dan pernikahan.
Dengan adanya akulturasi agama dan budaya memberikan kita sebuah pemahaman bahwa agama itu bukan hanya mengurusi urusan akhirat dan ibadah kepada Allah, namun agama pun mengatur segala aspek kehidupan dunia yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dan juga agama sangat fleksibel sehingga mampu masuk kedalam budaya masyarakat yang tidak beragama (Islam).
Kita sebagai umat manusia yang beragama dan berbudaya, sebaiknya taat akan peraturan yang berada dalam masyarakat maupun yang tercantum dalam Alqur’an. Ketika taat kepada agama maka dia juga taat kepada budaya karena budaya dan agama itu sudah menjdai satu kesatuan yang padu dan sulit untuk dipisahkan.
*) Dosen STAI Syubbanul Wathon Magelang. Minat Kajian: Tafsir, Hadis, Sejarah, Pemikiran Islam, Gender
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Mundzirin . Islam dan budaya lokal. Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. 2005.
Jamil, Abdul (dkk). Islam & kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media. 2002.