Artikel

Aisyah Binti Abu Bakar, Sang Kekasih Tercinta Rasululllah

4 Mins read

Penulis: Leni Fatma Liana*

KULIAHALISLAM.COM – Sayidah Aisyah terkenal dengan nama Aisyah dan dijuluki Ash Shiddiqoh, wanita yang benar dan lurus. Ia juga mendapat gelar ummul mukminin. Ayahnya adalah Abu Bakar Ash Shiddiq dan ibunya bernama Ummu Ruman. Aisyah berasal dari suku Quraisy. 


Dari ayahnya, nasabnya bertemu dengan nabi pada kakek ke tujuh. Aisyah merupakan seseorang yang beruntung karena lahir dari keluarga yang telah memeluk Islam. Kita telah mengetahui bahwa Abu Bakar sendiri adalah orang yang nabi cintai dan termasuk ke dalam orang yang pertama memeluk Islam. Aisyah lahir pada akhir tahun kelima hijriah, saat nabi telah empat tahun menjadi Rasul. 

Tanda-tanda keagungan, kemuliaan, dan kebahagian telah nampak dalam diri Aisyah sedari kecil. Aisyah bukanlah anak kecil biasa, ia mampu mengingat dengan baik hadis-hadis yang didengarnya dari Rasulullah SAW. Serta ia juga mengingat dengan baik ayat Alquran yang didengarnya saat bermain. Walaupun demikian, Aisyah tetaplah anak kecil yang suka bermain. 

Suatu hari Rasulullah SAW mendatangi Aisyah yang sedang bermain boneka. Terdapat boneka kuda yang memiliki dua sayap, melihat itu, Rasulullah bertanya kepadanya, “apa ini, wahai Aisyah,” dan Aisyah menjawab bahwa itu adalah kuda. “adakah kuda yang memiliki dua sayap,” tanya Rasulullah. Dengan spontan Aisyah menjawab dengan jawaban yang mampu membuat Rasulullah tertawa “bukankah kuda Sulaiman memiliki banyak sayap?”

Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah tidak terjadi secara serta merta. Wafatnya Khadijah yang menjadi sebab sedihnya Rasulullah adalah latar belakang terjadinya pernikahan tersebut. Dalam kesedihan Rasulullah yang mendalam, beliau mendapat tawaran untuk menikah kembali dan dihadapkan dengan dua pilihan, yakni menikahi janda bernama Saudah binti Zam’ah atau menikah dengan putri dari orang yang nabi cintai, Aisyah binti Abu Bakar. Maka dengan demikian, Rasulullah menikah dengan Aisyah.

Setelah melewati beberapa hal yang menjadi bahan perbincangan karena kabar Rasulullah akan menikahi Aisyah yang merupakan putri Abu Bakar, seseorang yang telah dianggap saudara oleh Rasulullah SAW, akhirnya Rasulullah pun menikahi Aisyah seorang gadis cilik yang masih sangat belia.

Baca...  Perspektif Alqur’an Tentang Penyakit Rohani Pada Manusia

Jauh sebelum pernikahan terjadi, Rasulullah telah bermimpi didatangi malaikat yang membawa kain sutra, yang terdapat gambar Aisyah diatasnya. Aisyah dinikahi Rasulullah saat berusia enam tahun, usia yang sangat dini namun dalam dirinya telah menunjukkan bahwa kecerdasan, kematangan, dan kedewasaan yang membuat Rasulullah mantap menikahinya. 

Pernikahan berlangsung sangat sederhana. Aisyah yang sedang bermain didatangi oleh pengasuhnya dan dihijabi serta didandani baru kemudian dinikahkan dengan Rasulullah SAW. Mahar yang diberikan Rasulullah kepada Aisyah adalah sebuah rumah seharga 50 dirham. 

Walaupun telah menikah, namun Aisyah dan Rasulullah tidak hidup bersama. Dalam penuturan Aisyah, ia berkata bahwa mereka baru tinggal bersama saat Aisyah berusia sembilan tahun. Itu terjadi setelah Aisyah jatuh sakit dan Abu Bakar yang menanyakan tentang hal apa yang membuat Rasulullah tidak mengajak Aisyah hidup bersama. 

Rasulullah menjawab pertanyaan Abu Bakar “Aku tidak memiliki mahar”. Maka Abu Bakar memberikan mahar harta sejumlah 12 fiqiyyah dan 1 nasy. Dengan mahar tersebut, Rasulullah memboyong Aisyah untuk tinggal bersama. Sungguh, kisah ini mengajarkan kita untuk tidak menganggap remeh persoalan mahar yang menjadi hak istri. Karena sejatinya Allah SWT mewajibkan mahar sebagi bentuk penghormatan. 

Aisyah merupakan satu-satunya istri Rasulullah yang dinikahi dalam keadaan masih sangat muda. Rasa cinta dan sayang Rasulullah SAW terhadapnya membuat istri-istri yang lain merasa cemburu. Suatu hari, Fatimah mendapat utusan dari para istri Rasulullah untuk mengadukan perihal kecemburuan mereka. 

Fatimah pun menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah. Dan Rasulullah SAW berkata kepada Fatimah, “wahai putriku Fatimah, tidakkah engkau mencintai apa yang aku cintai?” “Ya,” jawab Fatimah. Maka Fatimah menyampaikan hal tersebut kepada para istri nabi kemudian menolak disaat diutus kembali untuk menyampaikan tuntutan mereka. 

Baca...  Keistimewaan Ketika Manusia Bersahabat dengan Al-Qur'an

Kecintaan Rasulullah SAW kepada Aisyah juga terlihat saat beliau mendapat hadiah berupa kalung. Beliau berkata “akan kuberikan kalung ini kepada salah seorang dari keluargaku yang paling kucintai.”

Para istri Rasulullah SAW mengira bahwa kalung tersebut akan diberikan kepada Aisyah. Namun hal tersebut tidak benar. Rasulullah memberikannya kepada Umamah binti Zainab, cucu beliau sendiri. Rasa cinta yang tulus milik Rasulullah kepada Aisyah tidak diperlihatkan dalam bentuk materi yang indah dan mahal.

Rasulullah memberi Aisyah cinta kasih melebihi pemberian kedua orangtuanya. Bersama Aisyah, Rasulullah menempatkan dirinya dengan baik. Terbukti dari Aisyah yang sering kali berlaku manja dan masih gemar bermain. Pada suatu hari, Rasulullah mengajak Aisyah bertanding lari dan Aisyah menjadi pemenangnya. Namun pada kesempatan lainnya pertandingan tersebut dimenangkan oleh Rasulullah SAW Aisyah yang kalah cemberut dan Rasulullah meledeknya dengan memberikan senyuman. 

Tumbuh dalam pantauan Rasulullah SAW membuat segala karakter Aisyah diketahui oleh beliau. Bahkan Rasulullah SAW mengetahui kapan Aisyah marah dan kapan Aisyah bahagia. Jika Aisyah marah, maka ia akan bersumpah dengan menyebut nama nabi Ibrahim, dan jika Aisyah sedang bahagia maka ia akan bersumpah dengan menyebut nama nabi Muhammad.  Perkataan Rasulullah mengenai hal tersebut mampu membuat Aisyah tersipu malu. 

Sikap romantis Rasulullah SAW terhadap Aisyah juga nampak dari cara beliau menempelkan mulut beliau diatas bekas mulut Aisyah saat makan ataupun minum. Rasulullah SAW tidak pernah marah kepada Aisyah, dan kalaupun yang marah adalah Aisyah maka Rasulullah akan mencubit hidungnya dan berkata “Wahai ‘Uwaisy, katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan. Lalu bukti bentuk cinta beliau yang mendalam kepada Aisyah adalah dengan adanya panggilan khusus, yaitu Humaira yang mempunyai arti putih kemerah-merahan. 

Baca...  Sejarah dan Model Penulisan Sirah Nabawiyah

Disaat menderita sakit diakhir hidup Rasulullah SAW beliau selalu bertanya dimana beliau hari ini dan dimana beliau besok. Beliau seakan tidak sabar untuk menunggu giliran tinggal bersama Aisyah. Maka beliau pun dirawat di rumah Aisyah sampai akhirnya beliau wafat. 

Walaupun Rasulullah SAW berusaha bersikap adil terhadap istri-istrinya yang lain, namun beliau pernah berdoa, “Ya Allah, inilah yang mampu aku bagikan dari apa yang kukuasai. Maka jangan cela aku untuk sesuatu yang hanya Engkau penguasanya dan tidak pernah bisa kukuasai”. Sesuatu yang tidak pernah bisa dikuasai oleh Rasulullah SAW adalah rasa cinta beliau kepada Aisyah. 

Alasan dari dalamnya cinta yang dimiliki oleh Rasulullah SAW untuk Aisyah bukan hanya dari kecantikan dimilikinya, namun juga tentang bagaimana keistimewaan yang dimiliki oleh Aisyah yang membuat Rasulullah SAW mencintainya melebihi rasa cinta beliau kepada para istri yang lain.

Aisyah dengan keistimewaannya yang menguasai keilmuan yang luas dalam bidang agama, termasuk tentang Alquran, tafsir, hadis, dan fikih. Juga kemempuan ijtihadnya yang mengagumkan serta mampu merumuskan hukum untuk situasi-situasi baru mampu menjadi dasar betapa besar cinta yang Rasulullah SAW berikan untuknya. 

Sungguh besar rasa cinta yang dimiliki keduanya hingga mampu membuat iri seluruh pendengar cerita mereka. Cinta yang tidak hanya tercipta karena nafsu, tetapi cinta yang mampu membawa  keduanya sampai pada keridhoan sang pencipta. 

Kisah romantis Rasulullah SAW dan Aisyah tidak hanya terjadi saat keduanya masih bersama, namun setelah kepergian sang nabi pun Aisyah tidak pernah menikah lagi. Banyaknya kenangan indah yang dimilki membuat Aisyah merasakan duka yang begitu mendalam karena kehilangan kekasihnya yang meninggal dalam pangkuannya. Begitu indahnya cinta dan cerita yang miliki. 

*) Mahasiswi UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Prodi Aqidah dan Filsafat Islam.

2364 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

Sekolah Bisnis Online dan Konsultan Feasibility Study: Meningkatkan Kualitas Bisnis di Era Digital

4 Mins read
Pendahuluan Di era digital yang terus berkembang, memulai dan mengelola bisnis bukan lagi hal yang sulit. Teknologi internet memberikan akses ke berbagai…
Artikel

Konsultan Feasibility Study (FS) dan Jasa Pembuatan Feasibility Study: Panduan Lengkap

4 Mins read
Pendahuluan Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, pengambilan keputusan yang tepat menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan suatu proyek. Salah satu tahapan yang…
Artikel

Ajaran Berniaga dalam Islam di Era Digital: Memaksimalkan Potensi dengan Pasarino

1 Mins read
Dalam era digital yang semakin pesat, dunia bisnis mengalami transformasi yang signifikan. Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights