Esai

Ahmad Najib Burhani: Cendekiawan Muhammadiyah, Pembela Nasib Kemanusiaan

11 Mins read

(Sumber Gambar: UMM TV, Ahmad Najib Burhani)

KULIAHALISLAM.COMProf.
Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A. merupakan Kepala Organisasi Riset Ilmu
Pengetahuan Sosial Humaniora BRIN. Ia merupakan peneliti di bidang ilmu sosial,
budaya, dan kajian agama. Namanya mulai dikenal sejak melakukan pembelaan
terhadap kaum minoritas dan melakukan studi tentang Ahmadiyah yang ada di
Indonesia. Sebelum menjabat sebagai Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan
Sosial Humaniora BRIN, Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani menjadi profesor riset di
Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI).

Ahmad Najib Burhani
adalah profesor riset dan Ketua Institut Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora
(ISSH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sebelumnya menjabat Direktur
Pusat Penelitian Masyarakat dan Kebudayaan (PMB) Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Jakarta. Beliau memperoleh gelar PhD bidang Studi Keagamaan
dari University of California-Santa Barbara, AS pada tahun 2013. Pada tahun
terakhir studinya, beliau meraih Professor Charles Wendell Memorial Award dari
UCSB atas prestasi akademik di bidang Islam dan Timur Tengah. Studi. Beliau
memperoleh gelar Master dari University of Manchester, United Kingdom (MSc in
Social Research Methods & Statistics) dan Universiteit Leiden, Belanda (MA
in Islamic Studies). Tak lama setelah kembali ke Indonesia, Najib Burhani
terpilih menjadi anggota kelompok elit Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Akademi
Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Kepakaran bidang Agama dan Tradisi
Keagamaan.

Burhani aktif menerbitkan artikel di jurnal akademis ternama seperti Asian Journal of Social Science (NUS/Brill), Indonesia and the Malay World (SOAS/Roudledge), Islam and Christian-Muslim Relations (Birmingham/ Roudledge), Sojourn (ISEAS), Islam Kontemporer (Springer), TRaNS (Cambridge), Politik & Kebijakan Asia (Wiley-Blackwell), dan Dunia Muslim (Wiley-Blackwell). Ia juga menyumbangkan artikel untuk volume yang telah diedit dan diterbitkan oleh Palgrave Macmillan Press, Amsterdam University Press, ISEAS, Roudledge, dan sebagainya. Monografnya meliputi Sufisme Kota (2001), Islam Dinamis [Dinamika Islam] (2001), Tarekat Tanpa Tarekat [Tarekat Sufi Non-Konvensional] (2002), Muhammadiyah Jawa [Muhammadiyah Jawa] (2010), Muhammadiyah Berkemajuan [Muhammadiyah Progresif] (2016), Menemani Minoritas [Menjadi Sahabat Minoritas] (2019), Dilema Minoritas di Indonesia [Dilema Minoritas di Indonesia] (2020), Bidah dan Politik (2020), dan Santri Baru: Fragmentasi Otoritas Keagamaan di Indonesia (2020). Burhani sebelumnya menjabat sebagai pemimpin redaksi Jurnal Masyarakat dan Budaya (jmb.lipi.go.id) dan saat ini menjabat sebagai dewan redaksi jurnal Islam Kontemporer (Springer) dan International Journal of Pemikiran Islam (IJIT), Universitas Nasional Malaysia (UKM).

Burhani adalah peneliti
di Center on Religion, Culture & Conflict (CRCC), Drew University, New
Jersey, AS; IIIT (Institut Internasional Pemikiran Islam) Virginia, Amerika
Serikat; ISIM (Institut Internasional untuk Studi Islam di Dunia Modern) Leiden,
Belanda; dan Pusat Studi Asia Tenggara (CSEAS) Universitas Kyoto, Jepang. Dari
Juni 2017 hingga Desember 2020, beliau menjadi peneliti tamu di ISEAS-Yusof
Ishak Institute, Singapura.

Selain Profesor Charles
Wendell Memorial Award dari UCSB, Najib terpilih sebagai 100 Alumni Terkemuka
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2020) dan Peneliti Terbaik LIPI Bidang Ilmu
Sosial dan Humaniora (2020). Ia kemudian menjadi Ikon Pancasila Bidang Sains
dan Inovasi (2020) dan menerima Penghargaan Muhammadiyah atas kontribusinya di
bidang sains dan teknologi (2021).

Najib Burhani merupakan
profesor riset di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Ia memperoleh PhD
di bidang Religious Studies dari University of California-Santa Barbara (UCSB),
Amerika Serikat. Pendidikan S2-nya ditempuh di University of Manchester,
Inggris (MSc) dan Universiteit Leiden, Belanda (MA). Sementara S1-nya diperoleh
dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Najib aktif menerbitkan
artikel di jurnal akademik seperti Asian Journal of Social Science (NUS/Brill),
Indonesia and the Malay World (SOAS/Roudledge), Islam and Christian-Muslim
Relations (Birmingham/Roudledge), Sojourn (ISEAS), Contemporary Islam
(Springer), TRaNS (Cambridge), Asian Politics & Policy (Wiley-Blackwell),
dan Muslim World (Wiley-Blackwell). Ia juga menulis entry di Oxford Islamic
Studies Online dan Encyclopaedia of Islam (EI3) serta berkontribusi di beberapa
buku yang diterbitkan Palgrave, Amsterdam University Press, ISEAS, Brill,
Oxford University Press, dan Routledge.

Ia merupakan pemimpin
redaksi dari Jurnal Masyarakat dan Budaya (jmb.lipi.go.id) dan anggota
Editorial Board Jurnal Contemporary Islam (Springer) dan International Journal
of Islamic Thought (IJIT), National University of Malaysia. Pernah menjadi
fellow di IIIT Virginia, Amerika Serikat; ISIM Leiden, Belanda; Center for
Southeast Asian Studies (CSEAS) Kyoto, Jepang; dan Center on Religion, Culture
and Conflict (CRCC) Drew University, New Jersey, USA. Sejak Juni 2017, ia
menjadi visiting fellow di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura.

Publikasi Relevan

Burhani, A. N. (2020).
Heresy and Politics: How Indonesian Islam Deals with Extremism, Pluralism, and
Populism. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Burhani, A. N. (2020).
“Resisting Conservatism: An Experience from Muhammadiyah through Its Social
Activities,” in Rising Islamic Conservatism in Indonesia: Islamic Groups and
Identity Politics, L. C. Sebastian, A. R. Arifianto, & S. Hasyim. London:
Roudledge.

Burhani, A. N. (2020).
“It’s a Jihad: Justifying Violence towards the Ahmadiyya in Indonesia,” TRaNS.
DOI: https://doi.org/10.1017/trn.2020.8

Burhani, A. N. (2020).
“Ahmadiyah and Islamic Revivalism in the Twentieth Century Java, Indonesia: A
Neglected Contribution”, in Alternative Voices in Muslim Southeast Asia:
Discourse and Struggles, eds. N. Saat & A. Ibrahim, pp. 199-220. Singapore:
ISEAS.

Burhani, A. N. dan
Halimatusa’diah (ed.) (2020). Dilema Minoritas di Indonesia: Ragam, Dinamika,
dan Kontroversi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Penghargaan

The Professor Charles
Wendell Memorial Award dari University of California-Santa Barbara (UCSB) dalam
kajian Islam dan Timur-Tengah, tahun 2013.

100 Tokoh Terkemuka
Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari Kementerian Agama dan Ikatan Alumni
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2020.

75 Ikon Prestasi
Pancasila untuk bidang Sains dan Inovasi dari Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP), tahun 2020.

Peneliti Terbaik LIPI di
Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, tahun 2020.

Karya-karya Buku dan Book Chapter

Islam Dinamis: Menggugat
Peran Agama Membongkar Doktrin yang Membatu (Jakarta: Kompas, 2001). Sufisme
Kota: Berpikir Jernih Menemukan Spiritualitas Positif (Jakarta: Serambi, 2001).
‘Tarekat’ tanpa Tarekat (Jakarta: Serambi, 2002). Muhammadiyah Jawa (Jakarta:
Al-Wasat, 2010). “Liberal and Conservative Discourses in the Muhammadiyah:
The Struggle for the Face of Reformist Islam in Indonesia.” 2013. “Defining
Indonesian Islam: An Examination of the Construction of National Islamic
Identity of Traditionalist and Modernist Muslims” Najib Burhani, 2013. The
Muhammadiyah’s Attitude to Javanese Culture in 1912-1930: Appreciation and
Tension – MA Thesis, Leiden University, 2004. Religious Outlook of the Muhammadiyah
Islamic Movement in Indonesia – MSc Thesis, University of Manchester, UK. 2007.
“Khilafah Ahmadiyah sebagai Satu Model Penerapan Sistem Kekhilafahan di
Era Kontemporer”, in Komaruddin Hidayat (ed.), Kontroversi Khilafah:
Islam, Negara, dan Pancasila. (Bandung: Mizan, 2014), pp. 113-129. Najib
Burhani, 2014. Conservative Turn. Islam Indonesia dalam Ancaman Fundamentalisme.
Martin van Bruinessen, Najib Burhani, Moch Nur Ichwan, 2014. Islam Berkemajuan
untuk Peradaban Dunia. Najib Burhani, Azaki Khoirudin, 2015, Mizan. Ahmadiyah
and Islamic Revivalism in Twentieth-Century Java, Indonesia: A Neglected
Contribution. Najib Burhani. 2020, Alternative Voices in Muslim Southeast Asia:
Discourse and Struggles, ed. Norshahril Saat & Azhar Ibrahim, pp. 199-220
(Singapore: ISEAS). Islam Nusantara as a Promising Response to Religious
Intolerance and Radicalism. Najib Burhani, 2018, Trends in Southeast Asia, No.
21, pp. 1-29. Singapore: ISEAS. BETWEEN SOCIAL SERVICES AND TOLERANCE:
EXPLAINING RELIGIOUS DYNAMICS IN MUHAMMADIYAH. Najib Burhani. 2019, Series:
Trends in Southeast Asia. Dollyland dan Aglomerasi: Kajian tentang Pembangunan
Kota dan Lokalisasi di Surabaya. Najib Burhani. 2014, Dinamika Sosial di
Kawasan Pusat Aglomerasi Pantura: Jabodetabek, Kedungsepur, dan
Gerbangkertosusila, Aulia Hadi (ed.), 215-240. Jakarta: LIPI & Gading Inti
Prima. The Banning of Hizbut Tahrir: The Threat to Democracy and Islamic
Diversity in Indonesia?. Ibnu Nadzir, Najib Burhani. 2021, Islam and Cultural
Diversity in Southeast Asia, Vol. 3, eds. Ikuya Tokoro & Hisao Tomizawa,
pp. 15-35. Tokyo: TUFS. Digital Islam in Indonesia: The Shift of Ritual and
Religiosity during Covid-19. Wahyudi AkmaliahWahyudi Akmaliah, Najib Burhani. 2021,
Perspective, ISEAS-Yusuf Ishak.

Artikel Analisis Budaya
Kompas.Id

Analisis Budaya, Ahmad
Syafii Maarif. Oleh Ahmad Najib Burhani, 28 Mei 2022. Muhammadiyah Di Papua.
Oleh Ahmad Najib Burhani, 18 November 2022. Milad Muhammadiyah. Oleh Ahmad
Najib Burhani Profesor Riset Di Badan Riset Dan Inovasi Nasional (Brin), 20
November 2021. Moderasi Beragama. Oleh Ahmad Najib Burhani, 13 Maret 2021.
Pembaruan Islam. Oleh Ahmad Najib Burhani, 2 Juli 2022. Identitas Arab. Oleh
Ahmad Najib Burhani, 13 Agustus 2022. Riset Dan Inovasi. Oleh Ahmad Najib
Burhani, 3 Juli 2021. Demokrasi Yang Damai. Oleh, Ahmad Najib Burhani. 10
Desember 2022. Kurator Pencerahan. Oleh, Ahmad Najib Burhani, 17 Juni 2023.
Ziarah Kubur. Oleh, Ahmad Najib Burhani, 1 April 2023. Insularitas Akademik.
Oleh Ahmad Najib Burhani. 13 Mei 2023. Keadaban Digital Masyarakat Kita. Oleh,
Ahmad Najib Burhani. 27 Maret 2021. Tradisi Kekerasan. Oleh Ahmad Najib
Burhani. 12 Desember 2020. Beragama Maslahat. Oleh Ahmad Najib Burhani, 13
Januari 2024. Akhir Peradaban?, Oleh Ahmad Najib Burhani. 9 Desember 2023. Masa
Depan Manusia. Oleh Ahmad Najib Burhani. 4 November 2023. Suku Bajau Laut. Oleh
Ahmad Najib Burhani. 30 September 2023. Menuju Nusantara. Oleh Ahmad Najib
Burhani. 26 Agustus 2023. Poros Maritim Dunia. Oleh Ahmad Najib Burhani. 22
Juli 2023. Nahdlatul Ulama. Oleh Ahmad Najib Burhani. 25 Februari 2023.
Kecerdasan Buatan. Oleh Ahmad Najib Burhani. 14 Januari 2023. Normalisasi
Kebisingan. Oleh Ahmad Najib Burhani. 23 April 2022. G-20 Dan Energi
Terbarukan. Oleh Ahmad Najib Burhani. 19 Maret 2022. Reinkarnasi Gus Dur. Oleh
Ahmad Najib Burhani. 12 Februari 2022. Budaya Riset. Oleh Ahmad Najib Burhani.
8 Januari 2022. Tinjauan Buku, Pendekatan Multi, Inter Dan Transdisiplin Dalam
Penanganan Covid-19. Oleh Ahmad Najib Burhani. 19 Desember 2021. Bulan Bahasa.
Oleh Ahmad Najib Burhani, 16 Oktober 2021. Virus Kebencian. Oleh Ahmad Najib
Burhani. 11 September 2021. Publikasi Versus Inovasi. Oleh Ahmad Najib Burhani.
27 Agustus 2021. Ibadah Virtual. Oleh Ahmad Najib Burhani, 7 Agustus 2021.
Analisis Budaya: Halalbihalal. Oleh Ahmad Najib Burhani. 29 Mei 2021. Posisi
Ilmu Sosial Humaniora Dalam Brin. Oleh Ahmad Najib Burhani. 22 Mei 2021. Puasa
Lintas Tradisi. Oleh Ahmad Najib Burhani, 17 April 2021. Jalaluddin Rakhmat Dan
Islam Mazhab Cinta. Oleh Ahmad Najib Burhani, 19 Februari 2021. Jalur Rempah.
Oleh Ahmad Najib Burhani, 6 Februari 2021. Perayaan Tahun Baru. Oleh Ahmad
Najib Burhani, 2 Januari 2021.

(Sumber Gambar: dok pribadi, Najib Burhani. Cendekiawan Muhamamadiyah)


Konsen Isu Minoritas

Jika kita membaca karykarya Ahmad Najib Burhani, maka kita menemukan
konsentrasi beliau terhadap isu
isu
yang menjadi minat kajian tentang Agama dan Tradisi Keagamaan, sebut saja karya
Orasi Pengukuhan Profesor Riset berjudul Agama, Kultur (In) Toleransi, dan Dilema
Minoritas Di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
27 Agustus, Jakarta 2020. Dalam uraian
orasi ilmiahnya, beliau mengatakan bahwa
, pengambilan
judul ini, karena hendak mengelaborasi tentang definisi minoritas dan menjawab
pertanyaan tentang mengapa istilah ini tetap dipakai dengan berbagai
kontroversinya. Seusai mengelaborasi persoalan definisi, pidato mengulas
tentang mengapa persoalan diskriminasi terhadap minoritas itu kini seperti
menjadi wabah di dunia, justru ketika dunia menjadi semakin tak berjarak atau
mengalami globalisasi. Tentu ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya
tindak intoleransi dan diskriminasi, seperti politik oligarki, politik dalam
pemilihan kepala daerah, dan peraturan perundangan yang seperti memberi ruang
terhadap diskriminasi. “Pendeknya, minoritas adalah mereka yang mengalami
subordinasi di masyarakat meskipun jumlahnya besar. Minoritas adalah mereka
yang berada pada posisi subordinate ketika ada kelompok lain yang menjadi
superordinate. Dalam bahasa agama, yang disebut kelompok minoritas adalah
mereka yang diistilahkan dengan kata mustadh’afin. Istilah ini dalam beberapa
terjemahan alquran berbahasa inggris di artikan sebagai brotherhood of the
oppressed
(kelompok kaum tertindas), the oppressed and disoppresseed (mereka
yang tertindas dan direbut hak-haknya), poor and marginalized people (kaum
miskin dan termarginalkan), the downrodden (yang tertindas), atau the abased on
earth
(mereka yang direndahkan di bumi)”.(Ahmad Najib Burhani, Hlm 6). Lebih
lanjut, mengatakan bahwa “Dalam konteks kita sekarang, pembicaraan akan
dikhususkan pada minoritas agama. Konsep minoritas yang dipakai di sini tidak
mengacu pada teori kelas dalam arti ekonomi, tetapi lebih merupakan sebuah
kerangka pikir untuk melakukan pembelaan terhadap mereka yang secara
sistematis mengalami ketidakberuntungan, terutama oleh aktor-aktor negara. Minoritas
adalah cara untuk menunjukkan adanya ketimpangan yang terjadi di masyarakat,
tentang adanya kelompok tertentu yang dominan dan menikmati status sosial yang
lebih tinggi dan hak istimewa yang lebih besar dari kelompok lain, dan tentang
adanya kelompok yang mengalami pengecuilan dari partisipasi penuh dalam kehidupan
masyarakat”.(Ahmad Najib Burhani, Hlm 7),

Tertulis di dalam
konstitusi UUD 1945 bahwa semua warga negara berhak atas perlakuan yang sama. Tak
peduli apakah mereka itu mayoritas atau minoritas. Mereka semua harus
diletakkan dalam konteks kewarganegaraan yang setara. Namun pada kenyataannya,
hak-hak kewarganegaraan itu kadang tak berlaku penuh untuk kelompok minoritas. Kondisi
ini bahkan kerapkali diperparah dengan keberadaan pada political entrepreneur
yang tega mengompromikan nasib kelompok minoritas demi merebut suara dalam Pemilihan
Umum
(Pemilu) atau
Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) dan memenuhi ambisi politik mereka. Dalam
hal ini, minoritas dianggap bisa dikorbankan atau dipandang sebagai unsur Asing
yang bisa dibuang dari negara karena dituduh sebagai penganggu ketenteraman dan
merugikan ekonomi kelompok mayoritas. Ada empat rekomendasi untuk mengatasi
problematika dan dilema minoritas di Indonesia. Pertama, penekanan dan
pendekatan hak-hak asasi manusia HAM. Kedua, penekanan tentang adanya
kewarganegaraan yang setara (non-differentiated citizenship) di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketiga, pendekatan teologis atau keagamaan. Dalam
perspektif ini, sikap yang toleran terhadap minoritas bukanlah sesuatu yang
asing dari agama. Keempat, pemerintah perlu memberikan peace education (pendidikan perdamaian) kepada putra putri bangsa dan memberlakukan kebijakan
yang non-diskriminatif.

Masa Depan Kemanusiaan

AI ini menjadi rentetan
temuan manusia yang menjadikan diri kita seperti “tuhan”. Tahun 2022 lalu para
ilmuwan telah menyempurnakan Proyek Genom Manusia dengan mengurutkan secara
penuh genom tersebut (Djoko Santoso 2022). Dengan temuan tersebut maka cetak
biru manusia secara lengkap bisa diketahui dan dipahami. Pendeknya, dengan
temuan ini maka manusia secara teori bisa menciptakan “manusia”.
Digabung dengan AI ini, saya membayangkan sebuah “etnis” baru manusia super
akan lahir di masa yang tak lama lagi. “Kecerdasan Buatan/Artificial
Intelligence (AI)”, Analisis Budaya Harian Kompas (14/1), h. 1 & 15.

Dalam artikel “Masa Depan Manusia”, Analisis Budaya Harian Kompas, Sabtu, 4 Nov 2023, h. 1 & 15. Ahmad Najib Burhani mengatakan, Salah satu perubahan yang
sangat penting pada masa yang akan datang adalah proses bi
ologis pada makhluk hidup dan perkembangbiakannya
sebagai hasil penerapan sains dan teknologi. Teknologi menjadikan hal yang
sebelumnya tak mungkin terjadi menjadi sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Dengan
bantuan teknologi Bayi Tabung
(in
vitro fertilization
)
dan kloning, misalnya, masa depan keberlangsungan manusia bisa tetap
dipertahankan meski tidak lagi melalui proses mengandung dan melahirkan. Keinginan
manusia untuk berumur panjang dan sehat bisa dimungkinkan berkat teknologi
dengan mengendalikan proses biokimia
(biochemical) dari penuaan (senescence) manusia. Secara teoretis, umat
manusia bisa dip
erpanjang
hingga 1.000 tahun. Selain itu, perke
mbangan
sains neurologi mengarah pada kem
ampuan
manusia mengendalikan sirkuit otak sehingga tingkat kebahagiaan manusia dapat
diatur dan disesuaikan.

Selanjutnya, karena itu,
di tengah perkembangan teknologi, perubahan alam, dan berbagai ancaman,
kira-kira seperti apa masa depan kemanusiaan dan apa tantangan besar kemanusiaan
di masa depan? Perubahan dahsyat dalam bidang teknologi yang bisa mengubah
manusia dan kemanusiaan itu hanyalah tinggal menunggu waktu. Kecepatan perubahan
tatanan sosial dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat dari perke
mbangan pesat sains dan teknologi sejak akhir
abad ke-20 hingga kini dapat menjadi r
efleksi
bagaimana kecepatan p
erubahan
tatanan sosial dan nilai-nilai kemanusiaan pada de
kadedekade
yang akan datang. Inilah di antaranya yang m
embuat Ilmuwan Sosial sulit membayangkan tentang apa yang terjadi pada
dekade-dekade yang akan datang. Selama ini pembahasan tentang masa depan
manusia hampir selalu menjadi wilayah kajian teologi. Jawaban tentang persoalan
masa depan manusia yang ditawarkan hampir semua agama adalah bahwa dunia pada
suatu saat akan mengalami kehancuran atau kiamat dan manusia akan hidup lagi di
akhirat setelah kematiannya.

Namun, kini dengan
kemajuan teknologi, masa depan manusia bukan lagi menjadi wilayah eksklusif
teologi. Bayangan tentang kiamat pun bisa dihindari atau dilawan, melainkan
sebagai proses yang bisa di antisipasi dan dikendalikan. Bayangan tentang masa
depan manusia pun bukan lagi tentang kehidupan setelah kematian, melainkan
kontrol terhadap umur manusia, mempertahankan spesies manusia melalui
proses teknologi, transformasi genetika, penggabungan antara manusia dan mesin,
serta migrasi ke planet lain. Tentu beberapa pola hubungan tradisional yang
selama ini berjalan akan mengalami banyak perubahan pada masa-masa yang akan
datang. Ketika kloning dan bayi tabung dilakukan, hubungan kekeluargaan tidak
akan sepenuhnya sama dengan ketika anak dilahirkan langsung oleh ibunya.

Kondisi Masa Depan Manusia

Seperti apa masa depan
manusia di tengah revolusi teknologi yang terjadi saat ini? Berikut ini beberapa poin
yang disampaikan oleh Ahmad Najib Burhani pada Muktamar Pemikiran NU 2023
tentang “Imagining the Future Society” di Asrama Haji Pd Gede, 2
Desember lalu. Saya memilih mendiskusikan dua temuan teknologi paling mutakhir,
yaitu Kecerdasan Buatan (AI) dan Rancang Bangun Manusia (Genome Sequencing).  Dengan dua teknologi itu, bagaimana kondisi
sistem kemasyarakatan & kemanusiaan kita nanti? Apakah manusia akan
mengalami dehumanisasi dan bahkan kepunahan? Ahmad Najib Burhani, “Akhir Peradaban?” Harian Kompas, h. 1 & 15, Sabtu (9/12) Ahmad Najib Burhani, “Akhir Peradaban?”
Harian Kompas, h. 1 & 15, Sabtu (9/12).

Kemajuan teknologi memang
menawarkan berbagai kemudahan. Namun, kadang teknologi memisahkan manusia dari
dir
inya sendiri dan
juga dari kemanusiaan. Dampak terburuk teknologi adalah dehumanisasi atau
bahkan peradaban atau eksistensi manusia. Karena itu, salah satu pertanyaan
yang sering menghinggapi Ilmuwan Sosial di era teknologi canggih saat ini
adalah bagaimana masa depan umat manusia dan bagaimana teknologi tidak menjadi
alat yang memenjarakan manusia dari kemanusiaannya?, ada dua temua
n terbaru dari ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah membuat sebagian manusia gelisah, yaitu kecerdasan buatan
(AI)
dan rancang bangun manusia super. Dua temua
n iptek tersebut tidak hanya dikhawatirkan
mengubah tatanan kehidupan manusia, tetapi juga menghanc
urkan kemanusiaan itu sendiri. Temuan lain
yang menggelisahkan adalah teknologi terkait cetak biru manusia. Proyek untuk
mengurutkan genom (cetak biru informasi genetik) ini sudah dimulai oleh the
telomere-t
o-telomere
(T2T) Consor
sium
sejak 2000 dan baru lengkap semuanya pada 2022. Seperti tertulis dalam “The
Complete Sequence Of A Human Genome”
(Nurk dkk, Science 2023), total genom
(keseluruhan informasi genetika) yang telah berhasil sepen
uhnya dipetakan dan diurutkan berjumlah
3.055 miliar pasangan dasar genom manusia. Temua
n ini membuat kita memahami
asal berbagai variasi manusia dengan ras, warna kulit, rambut, postur fisik,
mara, golongan darah, dan sebagainya. Dengan mengubah susunan DNA (genome
editing),
kita bisa membayangkan lahirnya manusia super yang tinggi, kuat,
tak berpenyakit, atau bahkan tak memiliki rasa sakit, dan sangat cerdas. Dalam jangka
pendek, temuan ini membuat kita memahami mutasi genetik dan berbagai penyakit
yang ada di diri manusia dan memunculkan berbagai terapi baru untuk
mengobatinya.

Lebih lanjut,
kekhawatiran kita terhadap penggunaan teknologi baru sering disebut terlalu
berlebihan. Dulu, ketika mesin cetak ditemukan, pihak gereja dan pemuka agama
begitu khawatir bahwa itu akan mengubah otoritas keagamaan dan tatanan masyarakat. Demikian juga dengan pengaruh televisi dan media sosial yang
membuat manusia kehilangan kedekatan dengan mereka yang didekatnya dan termakan
gawai. Kini, dengan kehadiran A
I
dan genome editing/sequencing dan cetak biru manusia super, kita juga
memiliki kekhawatiran yang sama. Apakah kecemasan itu menjadi kenyataan atau kita
bisa mengatasi temuan teknologi seperti yang terdahulu? Semuanya tergantung
bagaimana kita mengantisipasi dan mengaturnya. Namun, sering kali kita berjalan
tergopoh-gopoh dan tertinggal di belakang dalam kaitannya dengan temuan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti ini. Dan teknologi itu yang pada akhirnya
menentukan manusia.

2363 posts

About author
http://kuliahalislam.com
Articles
Related posts
Esai

Maknai Kematian sebagai Ujian dan Nasihat

3 Mins read
Setiap manusia akan merasakan kematian, kapan dan dimanapun kematian itu menjemput hidup manusia, umur manusia juga terbatasSetiap manusia akan merasakan kematian, kapan…
ArtikelEsaiFilsafatKeislaman

Telaah Kritis Gerakan Feminisme Era Kontemporer

12 Mins read
Feminisme merupakan gerakan sosial dan politik yang berfokus pada upaya menghapuskan ketidaksetaraan gender serta memperjuangkan peningkatan posisi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan…
Esai

Ketika Agama Berhenti di Kerudung

2 Mins read
Ketika agama berhenti di kerudung, dalam masyarakat yang kental dengan nilai-nilai agama, sering kali penampilan fisik menjadi ukuran penting dalam menilai tingkat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights