Penulis: Nabhan Nadim*
KULIAHALISLAM.COM – “Berkaitan dengan seputar apa yang harus diperhatikan oleh orang yang hendak makan, baik sebelum, sedang, dan sesudah makan.”
Sesungguhnya, tujuan hidup yang utama dari hamba-hamba Allah SWT. Yang sholeh adalah bisa menjumpai dan melihat Rabb mereka di alam akhirat kelak. Dan, tidak tersedia jalan lain untuk dapat menjumpai Allah SWT.
Kecuali dengan ilmu dan amal yang saleh. Sedangkan ilmu dan amal yang saleh tidak mungkin diperoleh tanpa memiliki tubuh yang sehat, dan tubuh yang sehat tidak mungkin diperoleh tanpa menjaganya dengan memberikan asupan makanan serta minuman yang baik lagi halal.
“Sesungguhnya, makanan dan minuman yang sesuai aturan syari’at itu adalah bagian tak terpisahkan dari aturan agama (syari’at)”. Allah SWT berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ
Artinya : “Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Adab makan secara umum dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: sebelum makan, saat sedang makan, dan sesudah makan. Akan tetapi pada pembahasan kali ini saya akan membahas tentang adab sebelum makan saja. Berkaitan dengan adab sebelum makan, maka dalam hal ini ada tujuh bagian atau adab-adabnya :
Pertama, makanan yang kita makan harus halal. Atau nafkah yang kita cari harus dari hal bersifat halal. Agar makanan yang kita konsumsi bisa memberikan manfaat kepada diri kita dan keluarga kita.
Kedua, sebelum makan hendaknya kita mencuci tangan, lebih sempurnya nya lagi ketika kita mencuci tangan dengan menggunakan sabun pencuci tangan. Rasulullah SAW bersabda :
وروى أبو بكر بإسناده عن الحسن بن علي أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الوضوء قبل الطعام ينفي الفقر وبعده ينفي اللمم يعني به غسل اليدين
Sayyidina Abu Bakar dengan sanadnya meriwayatkan dari Sayidina Al-Hasan bin Ali bahwa Nabi SAW bersabda; Wudhu’ sebelum makan dapat menghilangkan kefakiran dan setelahnya dapat menghilangkan gangguan pikiran. Maksud wudhu’ di sini adalah mencuci kedua tangan.
Ketiga, piring atau wadah makanan sebaiknya diletakkan di atas lantai, tikar, atau meja makan (tidak dipegang oleh tangan).
Keempat, hendaknya duduk dengan santun dan tidak banyak bergerak di posisi tempat makanan dihidangkan, serta tetap menjaganya sampai selesai makan. Rasulullah SAW bersabda : “Aku tidak makan dengan bersandar, karena aku sesungguhnya hanyalah seorang hamba, dan aku makan sebagaimana makanya seorang hamba, serta duduk sebagaimana duduknya seorang hamba.”
Kelima, hendaknya sebelum memulai makan kita berniat, bahwa kita makan hanyalah untuk memperoleh kekuatan dalam beribadah kepada Allah SWT. Karenanya, kita harus menjaga agar makan seperlunya saja (tidak banyak), dan tidak makan hingga perut kita kekenyangan.
Jika niat atau tujuannya kita makan benar-benar semata-mata karena Allah SWT maka ia tidak akan mengulurkan tangannya untuk meraih makanan apabila perutnya tidak merasakan lapar. Dengan kata lain, sebaiknya jangan makan sebelum merasakan lapar. Sebab, mengisi perut yang sudah kenyang itu membuat qalbu (hati) menjadi beku (tidak peka). Dan, sebaiknya segera berhenti makan sebelum merasa kenyang.
Keenam, hendaknya merasa cukup dan bersyukur dengan makanan yang telah dihidangkan, serta tidak tergoda untuk mencari yang lebih lezat atau mengada-adakan yang belum tersedia. Makanan yang tersaji akan dihargai ketika seseorang tidak meminta yang lebih dari itu dalam artian merasa cukup atas rezeki yang telah Allah berikan kepadanya.
Ketujuh, semakin banyak orang yang turut ambil bagian saat makan, nilainya semakin utama. Ini merupakan salah satu amalan yang disunnahkan saat makan. Rasulullah SAW bersabda :
اجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ
Artinya : “Makanlah kalian dengan berkumpul, jangan sendiri-sendiri. Sebab, di dalamnya terdapat banyak sekali keberkahan.”
Sayyidina Anas bin Malik ra. menceritakan, bahwa Rasulullah SAW. tidak pernah makan sendirian. Beliau Saw bersabda, “Nilai makanan yang terbaik adalah yang di dalamnya terdapat banyak tangan (makan secara bersama-sama).”
Nah, mungkin itu saja beberapa pembahasan tentang adab kita sebelum makan yang telah saya kutip di dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin Jilid 3 yang bertema “Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama (Akhlak Keseharian)” Karya Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali.
Sebagai penutup, saya akan mengutip kalam Al-Imam Nawawi tentang Kitab Ihya’ Ulumuddin yakni :
Jika semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya Ihya’ Ulumiddin, ia dapat mencukupi semua kitab yang telah hilang tersebut. Al-Imam Nawawi, Ulama’ dan penulis Kitab Riyad Al-Shalihin.
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.