Sudah mafhum bahwa istilah-istilah batu mulia, seperti al-jauhar (permata), al-yaqut (ruby), dan az-zabarjad (zamrud), digunakan dalam kitab Jawahirul Qur’an untuk menggambarkan kekayaan makna Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah warisan spiritual dengan nilai tinggi dan mendalam yang lebih dari sekedar teks.
Namun, seperti permata yang tersembunyi di dasar laut, hanya mereka yang bersedia menggali lebih dalam yang akan menemukan maknanya. Dengan demikian, Al-Ghazali mendorong umat Islam untuk lebih memahami dan menghayati ajaran Al-Qur’an secara mendalam daripada hanya puas dengan pemahaman yang dangkal.
Menurut Imam Al-Ghazali, inti dan rahasia Al-Qur’an adalah mengajak para hamba untuk kembali kepada Allah, Al-Jabbar yang Maha Perkasa dan Maha Tinggi. Tujuan utama Al-Qur’an adalah mengarahkan manusia kepada Tuhan semesta alam, Tuhan langit dan bumi, serta semua yang ada di antara keduanya. Dalam berbagai ayatnya, Al-Qur’an mengajak manusia untuk mengenal dan mengesakan Allah, serta memahami hubungan antara keduanya.
Menyelami Surah Al-Fatihah
Surah ini, kata Imam Al-Ghazali, memiliki banyak rahasia, dan kami akan menjelaskan setiap satu dari mereka. Dimulai dengan kata “Bismillah”, yang merupakan ungkapan dasar tentang dzatnya Allah. Sifat-sifat Allah SWT., yaitu bahwa Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dibahas dalam potongan pertama Al-Fatihah ini. Sifat-sifat ini terkait langsung dengan sifat manusia. Ini disebabkan oleh fakta bahwa ada sifat-sifat lain yang tidak terkait dengan ciptaanNya. Ini juga menjelaskan bahwa sifat-sifat Allah SWT. tersebut dekat dengan makhluk yang Dia ciptakan.
Potongan pertama juga memuji satu-satunya dzat yang pantas disembah. Sementara potongan ketiga menunjukkan kesan pengulangan, Al-Qur’an tidak mengandung pengulangan yang sia-sia atau berlebihan. Potongan kedua dan ketiga membahas tentang kasih sayang Tuhan terhadap alam ciptaanNya.
Lihatlah serangga kecil ini, kutu sempurna—yang juga dikenal sebagai bangsat penghisap darah—yang hidup seperti manusia. Allah SWT. membuat kutu ini dengan seluruh tubuhnya seperti gajah. Struktur mulutnya mirip dengan mulutnya belalai, dengan pangkal yang besar dan ujung yang mengecil dan lancip dan tajam. Sehingga kutu dapat memakan darah manusia dengan belalai mulutnya yang menempel pada kulit manusia.
Selain itu, kutu diberi sayap untuk membantunya bertahan hidup dan terbang saat dipukul manusia. Selain itu, pikirkan bagaimana Allah SWT. membuat kedua mata kutu terbuka tanpa pelipis yang melindunginya. Selain itu, dia menggunakan dua tangan tambahan untuk membersihkan debu di matanya selain kakinya.
Juga perhatikan laba-laba, yang Allah SWT. mengajarkan kita untuk memburu mangsa tanpa sayap, seperti kutu. Liur yang licin membantu laba-laba berburu. Untuk menangkap lalat yang diincar, laba-laba memanjangkan liurnya yang lengket untuk menangkap mereka. Jika mereka sudah kenyang, laba-laba akan menyimpan lalat untuk dimakan kemudian. Lihat juga bagaimana laba-laba menggunakan kemampuan membentuk geometrinya untuk menganyam tenunan rumahnya. Wallahu a’lam bisshawaab.