Kisah

Kisah Cinta Kak Nayla dan Bang Salman

5 Mins read

Nayla adalah gadis muda berusia tujuh belas tahun. Seandainya ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah tinggi, ia sedang menduduki bangku semester satu. Tapi Nayla telah dipinang oleh seorang putra ulama besar di negri kami. Seorang lelaki nan gagah bernama Ar-Bisrie telah berhasil mengambil hati Nayla hanya dengan mendengar namanya saja. Nayla begitu mencintai calon suaminya sampai kapanpun itu.

Hingga pada suatu hari setelah pesta pernikahan mereka usai. Malamnya saat masih terlelap, seseorang mengabarkan jika terjadi perkelahian besar di lubuk pesantren Abuya Syeikh Arzie yang merupakan Ayah dari Ar-Bisrie. Ar-Bisrie memutuskan meninggalkan istrinya untuk membantu ayahnya. Nayla hanya menunduk, ia tidak akan melarang suaminya pergi apalagi demi membela agama mereka.

Paginya saat Nayla dan keluarganya sedang sibuk membuka bungkusan kado pernikahan. Saat tenda-tenda pesta kemarin mulai dibuka. Tikar-tikar digulung kembali. Kursi-kursi tamu di susun hingga meninggi. Tirai-tirai di dinding mulai di lepas satu persatu. Datang seorang santri mengabarkan jika suaminya telah tiada. Wafat di dalam pertempuran semalam.

Bagaimana tidak hancur hati si gadis malang itu. ia tak tau harus membawa hatinya ke mana lagi. Menyaksikan tubuh suaminya yang kaku di balut kain kafan. Nayla menangis sejadi-jadinya meratapi kepedihan yang dialaminya masa itu.

Setelah kejadian besar itu, Nayla sering ke lubuk pesantren mengunjungi mertuanya. Entah boleh ia menyebutkan mertua atau mantan mertua. Selain itu ia juga sering membawa Chika yang merupakan adik sepupunya untuk bermain-main di sana.

Terkadang Nayla ikut mengajari santri-santri kitab kuning. Apabila Umi tidak sempat mengisi kelas yang harus di ajari olehnya. Ketika itulah Nayla bertemu dengan seorang lelaki yang menaruh hati begitu dalam padanya.

Sebenarnya memang semenjak dulu sebelum Nayla menikah. Namun ia terlambat tidak pernah berani melamar Nayla. Rasa sukanya hanya berhenti di hatinya saja, tak pernah ia mengungkapkan kepada siapapun.

Salman adalah adik bungsu dari Abuya Syeikh Arzie pimpinan besar lubuk pesantren. Ia adalah salah satu orang terpandang di kalangan pesantren. Salman membutuhkan waktu satu tahun untuk memberanikan diri apakah dia akan meminang Nayla atau tidak.

Namun, nyatanya satu tahun itu belum juga cukup, Salman masih perlu mengumpulkan keberaniannya. Sudah berkali-kali Abuya Syeikh Arzie menyuruhnya untuk menikah dan berkali-kali pula Salman dijodohkan dengan prutri-putri ulama-ulama lain di negri kami. Lagi-lagi Salman selalu menolaknya.

Tujuh tahun kemudian setelah kepergian Ar-Bisrie dan Chika telah menginjak bangku Sekolah Menengah Atas di lubuk pesantren Abuya. Terdengar isu bahwa Nayla akan dipinang oleh seorang pengusaha kaya dari ibu kota Provinsi.

Baca...  Di Balik Kereta: Novel Penuh Inspirasi tentang Cinta dan Perjalanan Hidup

Salman sudah tidak punya pilihan lagi, ia memberanikan diri melamar Nayla melalui Abuya Syeikh Arzie dan Umi Zafiro. Dan tentu saja abuya dan umi senang mendengar kabar tersebut.

Nayla seorang gadis polos dari desa. Gadis yang menjunjung tinggi guru-gurunya, mencintai apa yang dicintai oleh orang yang dicintainya, dan menyayangi Chika lebih dari sekedar menyayangi adik sepupu atau bahkan adik kandungnya sendiri. Mungkin saat ini ia masih sanggup membiayai Chika sendirian karna sering dibantu oleh abuya dan umi.

Berhubungan Chika memang belajar mengaji dan bersekolah di lubuk pesantren abuya dan umi. Tapi bagaimana jika nantinya Chika akan melanjutkan sekolah tinggi tentu Nayla tidak akan sanggup membiayainya sendirian. Gajinya saja hanya berasal dari lubuk kecil yang ada di kampungnya.

Sempat beberapa kali abuya dan umi memintanya untuk mengajar di lubuk pesantren itu, tapi Chika menolak. Ia kasihan meninggalkan ibunya yang sering sendirian di rumah. Ayahnya sudah bekerja di perantauan.

Akhirnya Nayla menerima pinangan Salman. Ia menikah dengan Salman tepat saat Chika menamatkan bangku Sekolah Menengah Pertama dan mulai menginjak bangku Sekolah Menengah Atas. Mereka memilih untuk tinggal di kampung halaman Nayla dan mengajar di lubuk pesantren kecil yang ada di kampungnya. Setiap minggunya Nayla dan suaminya akan datang ke lubuk pesantren Abuya dan membantu Abuya mengajar.

Namun, Chika tidak pernah mau tidur dengan Salman. Nayla tidak berani, bayang-bayang Ar-Bisrie selalu menghantuinya. Setiap kali Nayla akan melakukan kewajibannya sebagai istri ia selalu merasa bersalah seakan-akan telah mengkhianati Ar-Bisrie. Nayla belum bisa melupakan Ar-Bisrie sama sekali. Ia sangat mencintai Ar-Bisrie.

Untungnya Salman paham, Salman tidak memaksa Nayla untuk menunaikan kewajibannya sebagai istri. Mungkin boleh nanti jika memang Nayla sudah siap menerimanya. Salman paham Nayla memang masih sangat mencintai Ar-Bisrie walaupun Nayla memang tidak pernah mengatakan itu padanya.

Sama halnya dengan Nayla, Salman sangat menyayangi Chika. Maka ketika Nayla meminta untuk ikut tinggal di ibu kota karna Chika akan melanjutkan sekolahnya di sana, suaminya tidak menolak. Mereka hidup berkecukupan setelah merantau selama hampir dua tahun.

Dan kesabaran Salman hancur sore itu. Berawal dari Salman yang sengaja menjatuhkan kepalanya ke bahu Nayla karna kelelahan. Salman menggengam jari jemari kecil Nayla di dalam tangannya yang besar. Nayla refleks menghindar melepaskan genggaman tangannya dari Salman. Ia bangun dari duduknya untuk segera kembali ke dapur.

Baca...  The Majesty of The Taj Mahal : Kemegahan Istana yang Berdiri dengan Keajaiban Cinta

“Apa maksudmu Nayla?”

“Tidak… Aku hanya ingin ke dapur,” jawab Nayla.

Tidak tau kenapa, pikiran Salman langsung negatif. Nayla selalu saja menghindarinya jika ia memanjakan diri padanya. Padahal ia sendiri adalah suami sah Nayla, lalu kenapa istrinya memperlakukannya layaknya bukan siapa-siapa?

“Kenapa Nayla? Kenapa kamu masih saja seperti itu padaku?”

Nayla menunduk. “Maafkan aku!”

“Ini sudah terlalu lama Nayla, apa kau tidak kasihan padaku?”

“Maaf!” ucapnya masih menunduk.

Salman mengepalkan tangannya, rasa lelahnya membuat emosinya lebih mudah menguasainya.

“Aku sudah terbiasa dengan kata maaf itu Nayla.”

“Aku benar-benar tidak bisa.”

“Aku mencintaimu Nayla, apapun aku lakukan untukmu. Tapi sekarang pertanyaannya apakah kau mencintaiku?”

Nayla tetap terdiam, matanya mulai berkaca-kaca.

“Apa pernah aku memperlakukanmu secara kasar? Tidak pernah sedikitpun Nayla. Memarahimu saja aku tidak pernah.”

Iya, tentu Nayla tau Salman tidak pernah memarahi, membentak apalagi memukulnya. Ia tau sekali hal itu, tapi ia tidak bisa menepis rasa bersalahnya pada Ar-Bisrie ketika ia akan melakukan suatu hal yang lebih dengan Salman.

Air mata Nayla mengalir begitu saja, ia tidak biasa dengan sikap Salman yang seperti itu. Salman sudah cukup sabar menghadapinya.

“Kenapa kau yang menangis? Seharusnya akulah yang menangis. Aku telah kau lukai selama bertahun-tahun Nayla.”

Nayla tetap saja diam. Ia tidak berani menjawab. Ia sadar kalau memang dialah yang bersalah dalam permasalahan ini.

“ PRANG ”

Nayla menjauh ke pojok ruangan. Tubuhnya gemetar. Apalagi menyaksikan Salman yang marah besar. Vas bunga pecah ruah di lantai. Kakinya tak mampu berdiri lagi. Ia duduk jongkok di pojok ruangan itu. Tangisnya pecah sudah.

“Katakan Nayla! Katakan kamu tidak pernah mencintaiku. Jujur padaku Nayla!”

Nayla terdiam di pojok ruangan. Air matanya terus saja mengalir deras. Ia tidak menjawab pertanyaan Salman yang menyesakkan hatinya. Ia tidak akan mampu menjawab pertanyaan Salman.

“Sampai saat ini kau masih mencintai Ar-Bisrie kan? Sampai ku sentuh saja kau tak pernah mau. Sebenarnya aku siapamu Nayla? Aku ini suamimu.”

Nayla tetap tidak bergerak. Tubuhnya semakin bergetar hebat saking terisaknya ia dengan tangisnya. Ia tak berani menatap sedikitpun suaminya.

“Bayangkan! Kita menikah sudah lima tahun lamanya. Lima tahun Nayla. Lima tahun adalah waktu yang lama. Apakah pernah aku menyentuhmu lebih dari sekedar menyentuh secara tidak sengaja. Apa pernah? Apakah pernah aku merasakan hakku sebagai suamimu dan hakmu sebagai istriku. Tidak pernah. Lalu apa arti lima tahun itu?” Salman menatap Nayla menuntut jawaban. Wajah dan pakaiannya basah oleh keringat.

Baca...  Kisah di Balik Tanda Waqaf dalam Mushaf Al-Qur’an

“JAWAB NAYLA!!!”

Nayla kaget. Salman mebentaknya. Salman frustasi. Ia membalikkan pandangannya ke arah lain. Hatinya juga sakit melihat Nayla menangis ketakutan. Tapi sungguh ia butuh jawaban itu, ia ingin mengetahui bagaimana perasaan Nayla yang sesungguhnya.

“Kumohon Nayla, aku ingin tau perasaanmu. Kenapa kau menerima lamaranku jika kau tidak mencintaiku?” tanyanya kembali dengan nada lembut masih membelakangi Nayla.

Nayla menarik nafas dalam untuk mengumpulkan segala keberaniannya. Ia telah menyimpan perasaan itu selama lima tahun. Ia berusaha menghilangkan isak tangisnya. “Maafkan aku! Aku memang masih mencintai Abi Muda, cinta itu tidak pernah hilang sedikitpun di hatiku. Tapi tentang aku yang menerima lamaranmu itu… aku memikirkan Chika, aku sangat menyayangi Chika. Dia butuh sosok lelaki yang akan melindunginya. Ku kira jika aku menikah denganmu, nantinya aku pasti akan bisa mencintaimu. Aku minta maaf! Sungguh aku minta maaf. Aku sangat salah kepadamu. Aku durhaka kepadamu. Aku selalu mementingkan keegoisanku.” Nayla menunduk dalam mengucapkan kata maaf.

“Lalu kau akan membuatku terus seperti ini?”

Nayla bangkit berdiri. Kakinya masih saja bergetar. Sesungguhnya ia memang tidak sanggup berdiri, tapi ia harus melakukan itu. Ia harus menyelesaikan masalah ini. Nayla mendekati Salman takut. Ia bersujud di kaki Salman memohon maaf.

“Aku akan menerima hukuman apapun darimu. Bahkan aku bersedia untuk diceraikan,” ujar Nayla mengalirkan air mata.

Cukup sudah ia menyiksa Salman dan hatinya selama bertahun-tahun lamanya. Salman memegang pundak Nayla menyuruhnya untuk berdiri. Ia tatap mata Nayla yang masih saja menatap kosong ke bawah.

“Bolehkah aku memelukmu?”

Tanpa menjawab Nayla langsung menyembur ke pelukan Salman. Sungguh hangat pelukan itu sehangat cinta Salman yang tak pernah pudar walau sedikit, hilang walau setitik. Salman akan selalu mencintai Nayla. Dan pelukan itu adalah pelukan pertama yang mereka lakukan selama mereka sudah menikah.

Salman mencium puncak kepala Nayla berkali-kali. Ia tidak akan pernah melepaskan Nayla. Ia tidak akan pernah melepaskan wanita setulus istrinya. Ia yakin suatu hari nanti Nayla akan mencintainya. Bersambung…

93 posts

About author
Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.
Articles
Related posts
Kisah

Kisah Cinta Kak Nayla dan Bang Salman (2): Mencari Keberadaan

4 Mins read
“Maafkan aku Bang Salman, Kak Nayla. Aku benar-benar telah menyusahkan kalian. Semua pertengkaran kalian adalah aku penyebabnya. Sekali lagi aku minta maaf….
KeislamanKisah

Memetik Hikmah Kisah Perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir

4 Mins read
Salah satu nabi yang memiliki anugerah tubuh kuat dan gagah adalah Nabi Musa AS, beliau berasal dari kaum Bani Israil dan merupakan…
KeislamanKisah

Syaikhona Kholil: Guru Para Ulama dan Pahlawan Nasional

3 Mins read
Wajah Islam Indonesia hari ini tidak lepas dari pengaruh Syaikhona Kholil, sebab hampir semua ulama berpengaruh hari ini, secara genealogis-intelektual, adalah “murid”…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Esai

Orang-Orang Bertakwa Berbuat Kebajikan

Verified by MonsterInsights