Pada saat manusia diciptakan oleh Allah, manusia dibekali Allah dengan syahwat dan keinginan agar dapat mendatangkan suatu yang bermanfaat bagi dirinya. Manusia dianugrahi Allah berupa akal sebagai pembimbing yang menyuruhnya bersikap adil dan seimbang dalam mendatangkan ataupun menjauhi sesuatu. Sementara Seytan diciptakan oleh Allah untuk menggoda manusia agar bersikap berlebihan. Iblis dan seytan mendedikasikan umur dan seluruh hidupnya untuk menghancurkan keturunan Nabi Adam. Allah berfirman ;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Arab-Latin: Yā ayyuhan-nāsu kulụ mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibaw wa lā tattabi’ụ khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum ‘aduwwum mubīn. Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Q.S Al-Baqarah ayat 168).
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Arab-Latin: Innamā ya`murukum bis-sū`i wal-faḥsyā`i wa an taqụlụ ‘alallāhi mā lā ta’lamụn. Artinya: Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S Al-Baqarah ayat 169).
Perlu diketahui bahwa Iblis selalu sibuk untuk menyesatkan manusia agar jatuh pada kesesatan dan kekufuran. Di antara strategi Iblis untuk merusak manusia adalah dengan cara Talbis Iblis dan Ghurur. Ibnul Jauzi (wafat 1201 Masehi) menyatakan Talbis Iblis adalah menampakan kebatilan dalam bentuk kebenaran dan Ghurur yaitu sejenis kebodohan yang mengakibatkan seseorang meyakini suatu kesalahan sebagai kebenaran dan suatu keburukan sebagai kebaikan. Semua itu terjadi karena adanya syubhat yang mengakibatkan munculnya keyakinan seperti itu.
Imam Hasan al-Bashri (wafat 728 Masehi) pernah ditanya apakah Iblis itu tidur ?. Imam Hasan al-Bashri menjawab bahwa : “seandainya Iblis tidur maka niscaya kita bisa beristirahat”. Al-Hasan bin Shalih berkata ; “ sesungguhnya syaitan membuka 99 pintu kebaikan untuk dapat membuka satu pintu keburukan”. Talbis Iblis juga menyasar para pengurus Masjid yang kebanyakan mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah baik untuk dan atas nama umat Islam tetapi sebaliknya itu merupakan keburukan. Di antara Talbis Iblis kepada Pengurus Masjid adalah;
Pertama, Iblis membisikan, menggoda dan merayu para pengurus Masjid agar membangun Masjid dengan nafsu, dan kemewahan tanpa dilandasi iman, ikhlas dan ketaqwaan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 17 ;
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا ٱللَّهَ ۖ فَعَسَىٰٓ أُو۟لَٰٓئِكَ أَن يَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُهْتَدِينَ
Arab-Latin: Innamā ya’muru masājidallāhi man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāta wa lam yakhsya illallāh, fa ‘asā ulā`ika ay yakụnụ minal-muhtadīn.Artinya: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Kata Masjid berasal dari bahasa Arab yaitu ‘sajada’ yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah. Drs. Moh.E Ayub dalam bukunya “Manajemen Masjid (Gema Insani Press,1996) menyatakan bahwa bumi yang kita tempati ini adalah Masjid sehingga setiap Muslim boleh melakukan shalat dimanapun di bumi ini kecuali di atas kuburan, tempat najis dan tempat yang menurut syriat Islam tidak boleh dijadikan tempat shalat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda ;
الأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلاَّ الْمَقْبُرَةَ وَالْحَمَّامَ
“Seluruh bumi adalah masjid, kecuali kuburan dan tempat pemandian” (HR. Tirmidzi no. 317, Ibnu Majah no. 745, Ad Darimi no. 1390, dan Ahmad 3: 83. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Di dalam Al-Qur’an surah at Taubah ayat 17, Imam Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menyebutkan bahwa Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk memakmurkan masjid-masjid Allah dengan cara mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Banyak para pengurus Masjid berusaha memakmurkan Masjid bukan dengan menghiasinya dengan shalat dan menunaikan zakat tetapi berlomba-lomba membangun Masjid dengan besar-besaran,megah karena berdasarkan hawa nafsu syahwat, bahkan memaksa jamaah Muslim untuk mengumpulkan uang atau dana untuk membangun Masjid secara bermegah-megahan padahal Masjid di dalam Islam tidak perlu megah, tidak perlu bangunannya tinggi-tinggi atau terlalu banyak pernak-pernik hiasan menyerupai tempat ibadah orang-orang kafir dan musyrik.
Disisi lain banyak orang-orang Muslim bahkan disekitar Masjid yang untuk makan saja susah bahkan terjerat utang pada rentenir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau biaya pendidikan anaknya. Padahal di masa Rasulullah dan Khulafa ar-Rasyidin, Masjid bukan dijadikan sebagai simbol ibadah umat Islam sehingga perlu dimegah-megahkan, simbol umat Islam terletak pada keterpeduliannya pada orang-orang kaum Mustad’afin (orang-orang lemah) yang dimasa Rasulullah dikenal sebagai Ahlu Shuffah. Pada masa Rasulullah, Masjid menjadi tempat perlindungan dan meminta pertolongan orang-orang Miskin dan fakir.
Karen Amstrong dalam bukunya “Sejarah Tuhan (2012) ” menyebutkan bahwa Islam berarti bahwa kaum Muslim memiliki kewajiban untuk menciptakan masyarakat adil dan setara,dimana orang-orang miskin dan lemah diperlakukan secara terhormat, pesan moral Al-Qur’an yang pertama sederhana saja yaitu jangan menimbun kekayaan dan mencari keuntungan bagi diri sendiri tetapi bagilah kemakmuran secara merata dengan menyedekahkan sebagian harta kepada fakir-miskin.
Tetepi para pengurus Masjid saat ini berbanding terbalik dari apa yang dikerjakan Rasulullah dan ajaran Islam dengan cara berlomba-lomba memegahkan bangunan Masjid besar kurang besar dan mengabaikan orang-orang mustad’afin, inilah Talbis Iblis kepada para pengurus Masjid, mereka hanya mementingkan diri sendiri dan merasa perbuatannya benar.
Bagaimana dengan kemegahan Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah ?. Kemegahan Masjidil Haram membuat banyak Muslim yang berziarah ke kota suci tidak lagi merasakan bagaimana Islam dibangun atas pilar kesederhanaa, pilar terdepan membantu orang-orang fakir/miskin disisi lain umat Islam menghadapi pula kerusakan Ulamanya yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
Kedua, Iblis membuat para pengurus Masjid agar merasa bahwa Masjid itu milik mereka sendiri dan/atau kelompok/organisasi/sepemahaman mereka sendiri. Pengurus Masjid merasa merekalah yang berjasa besar untuk mengumpulkan dana dan mendirikan Masjid padahal Masjid itu merupakan rumah besar umat Islam seluru dunia. Masjid bukan milik kelompok/organisasi atau milik perseorangan tertentu. Allah berfirman dalam Q.S At-Taubah ayat 107 ;
وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًۢا بَيْنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ مِن قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَآ إِلَّا ٱلْحُسْنَىٰ ۖ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَٰذِبُونَ
Arab-Latin: Wallażīnattakhażụ masjidan ḍirāraw wa kufraw wa tafrīqam bainal-mu`minīna wa irṣādal liman ḥāraballāha wa rasụlahụ ming qabl, wa layaḥlifunna in aradnā illal-ḥusnā, wallāhu yasy-hadu innahum lakāżibụn. Artinya: Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
Dalam Q. S At-Taubah ayat 107 sudah jelas bahwa Allah mengingatkan orang-orang beriman agar menjauhi mendirikan Masjid Dhirar yaitu Masjid orang-orang munafik yang mendirikan Masjid untuk memecah belah persatuan kaum Muslimin. Realitanya adalah Masjid dijadikan milik pribadi atau kelompok tertentu yang mereka inilah terkena Talbis Iblis dan menjadi orang-orang munafik yang memecah persatuan umat Islam.
Ketiga, Talbis Iblis juga membuat para pengurus Masjid tidak menghargai para Ulama dan guru-guru mereka dengan merendahkan mereka, caranya Iblis membuat para pengurus Masjid merasa mereka membayar para Ulama dan guru-guru mereka akibatnya mereka anggap para Ulama dan guru-guru yang mereka undang adalah profesi bayaran, mereka tidak mengambil keberkahan ilmunya sedikitpun namun mereka undang para Ulama dan guru-guru mereka hanya untuk berbangga-banggan bukan karena ilmunya yang memberikan pencerahan. Banyak Masjid dengan angkuhnya mempamerkan tulisan “Honor Ustadz”, padahal Ulama, para guru dan Ustadz bukan profesi bayaran tetapi orang-orang yang berusaha memberikan pencerahan kaum Muslimin.
Keempat, dalam pemilihan khatib/Imam Masjid bukan berdasarkan kriteria keilmuaan dan ketaqwaan namun berdasarkan hubungan kekerabatan, kekeluargaan, kesepemahaman organisasi atau ajaran kelompok bahkan karena faktor banyaknya gelar titel akademik/jabatan, inilah Talbis Iblis yang banyak dilakukan para pengurus Masjid. Kelima, dalam membangun Masjid, para pengurus Masjid tidak lagi mempertimbangkan halal-haramnya dana dalam membangun Masjid. Bahkan mereka meminta-minta dana kepada perusahaan milik bukan Islam, kepada politisi yang punya tujuan tertentu.
Keenam, para pengurus Masjid merasa bahwa dana infak/sedekah/zakat yang disalurkan umat Islam melalui mereka itu adalah milik mereka sendiri bahkan mereka tidak bersikap terbuka atas dana yang masuk dan keluar serta dana yang terkumpul hanya dipendam tidak dipergunakan untuk membangun masyarakat Islam khususnya bidang ilmu pengetahuan.
Ketujuh, Iblis menanamkan sifat-sifat buruk pada para pengurus Masjid diantaranya sifat buruk itu adalah ;Pemimpin bertipe otoriter, tidak mau bermusyawarah, tidak mau menerima saran, mementingkan diri sendiri/kelompok, selalu memerintah, merasa bahwa ia memiliki jabatan penting dan haus akan dihormati. Itualah Talbis Iblis kepada para pengurus Masjid yang sekarang menjangkit hampir semua pengurus Masjid, jika diberitahu alih-alih mereka memperbaikinya malah menyombongkan dirinya dan tak mau belajar bagaimana manajemen kepengurusan Masjid dan mereka ini disayang Iblis karena merusak ajaran Islam langsung dari tempat ibadah umat Islam. Masayarakat yang menjumpai pengurus Masjid seperti ini segera tukar!.