Mbah Kalbakal, yang juga dikenal dengan nama Sayyid Ali Ridha, adalah sosok spiritual yang dihormati karena kharisma, kesederhanaan, dan kebijaksanaannya. Namanya tak hanya dikenang sebagai pemuka agama penting yang menyebarkan ajaran spiritual, tetapi juga sebagai tokoh yang diyakini sebagai pendiri awal Desa Campurejo. Kehidupan beliau penuh dengan pelajaran tentang keteguhan hati dan pengabdian dalam membimbing masyarakat menuju nilai-nilai kebajikan.
Mbah Kalbakal hidup pada masa awal penyebaran Islam di Jawa, sebuah era yang menandai perubahan besar dalam lanskap budaya dan spiritual Nusantara. Pada masa itu, ajaran Hindu-Buddha yang telah lama mengakar mulai bertemu dengan gelombang ajaran Islam yang dibawa oleh para mubaligh dan pedagang. Sosoknya sering disandingkan dengan tokoh-tokoh besar lain pada masa itu, seperti Fatimah binti Maimun di Gresik, yang makamnya dianggap sebagai salah satu situs Islam tertua di Jawa.
Sebagai seorang keturunan Sayyid, Mbah Kalbakal memiliki garis keturunan yang langsung terhubung dengan Nabi Muhammad SAW. Hal ini memberikan pengakuan spiritual yang kuat terhadap peran dakwahnya. Namun, seperti halnya para pendakwah lain pada masa itu, beliau harus menghadapi tantangan besar, baik berupa penolakan masyarakat maupun usaha untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam budaya lokal yang belum sepenuhnya menerima ajaran baru tersebut.
Transformasi di Desa Nyamplong
Kehadiran Mbah Kalbakal membawa perubahan besar ketika ia tiba di sebuah wilayah yang dikenal sebagai Desa Nyamplong, yang kini menjadi Desa Campurejo. Pada masa itu, kawasan ini dikenal sebagai sarang para perompak atau bajak laut yang menguasai daerah pesisir. Beberapa pusat kekuasaan mereka meliputi Seberanglor, Parangwojo, Weru Manggala, dan Palawardana. Kehidupan masyarakat pesisir di wilayah ini diwarnai ketakutan akibat pengaruh para perompak yang menebar kekerasan dan kekacauan.
Mbah Kalbakal, dengan pendekatan bijak dan kharisma yang luar biasa, berhasil mengubah keadaan tersebut. Melalui ajaran dan keteladanan yang ia tunjukkan, para perompak mulai menyadari kesalahan mereka. Lambat laun, mereka meninggalkan kehidupan yang penuh kekerasan dan menerima ajaran Islam sebagai jalan hidup baru. Transformasi ini tidak hanya mengubah keyakinan mereka, tetapi juga menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih damai dan bermartabat.
Filosofi Riyalat dan Kebijaksanaan
Salah satu keistimewaan Mbah Kalbakal terletak pada konsep Riyalat, sebuah filosofi yang ia terapkan dalam dakwahnya. Riyalat dapat diartikan sebagai “meramut bangkai,” yang secara simbolis berarti menghidupkan kembali sesuatu yang dianggap rusak menjadi selaras dengan nilai-nilai kebaikan. Filosofi ini mencerminkan cara Mbah Kalbakal membimbing para perompak, membantu mereka bertransformasi secara moral, keyakinan, dan tindakan. Dengan kebijaksanaan dan ketulusan hati, beliau memberikan arah hidup yang lebih baik bagi mereka.
Setelah para perompak berubah dan bergabung sebagai pengikut beliau, mereka bersama-sama membentuk cikal bakal komunitas baru yang kemudian menjadi Desa Nyamplong. Nama “Nyamplong” mencerminkan semangat kebersamaan masyarakat yang baru memulai hidup dengan nilai-nilai kebaikan. Seiring waktu, desa tersebut berganti nama menjadi Campurejo, yang berarti harmoni dan kerukunan. Nama itu tetap bertahan hingga kini sebagai identitas desa yang sarat nilai sejarah dan spiritual.
Teladan Kesederhanaan
Selain sebagai seorang pemimpin spiritual, Mbah Kalbakal juga dikenal karena kedekatannya dengan masyarakat. Beliau menjadi teladan dalam hal kesederhanaan, kebijaksanaan, dan pengabdian. Dalam kehidupannya, ia mencontohkan pentingnya menjaga hubungan yang erat dengan komunitas, sehingga masyarakat merasakan kehadirannya tidak hanya sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai sahabat dan pelindung.
Metode dakwah yang digunakan Mbah Kalbakal mengedepankan toleransi dan pengertian. Pendekatan ini memungkinkan beliau untuk menjembatani perbedaan keyakinan dan budaya pada masa itu. Dalam menghadapi masyarakat yang skeptis, ia lebih mengandalkan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari daripada hanya mengandalkan perkataan. Pendekatan ini terbukti efektif dalam mengurangi potensi konflik budaya dan memperkenalkan ajaran Islam dengan cara yang damai dan diterima secara luas.
Makam Sebagai Simbol Warisan Spiritual
Hingga saat ini, makam Mbah Kalbakal di Desa Campurejo menjadi tempat ziarah yang sering dikunjungi oleh masyarakat. Banyak orang datang untuk berdoa dan mengenang jasa beliau. Makam tersebut tidak hanya menjadi tempat spiritual, tetapi juga simbol warisan nilai-nilai yang ia ajarkan. Kisah hidupnya mengajarkan kita betapa pentingnya keteguhan hati, empati, dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Melalui kehidupannya, Mbah Kalbakal memberikan pelajaran bahwa perubahan besar selalu dimulai dengan langkah-langkah kecil yang tulus dan penuh pengabdian. Beliau menjadi contoh nyata bahwa kepemimpinan yang didasarkan pada kebijaksanaan dan pengabdian mampu membawa dampak besar bagi masyarakat.
Simbol Kepemimpinan dan Harmoni
Mbah Kalbakal dikenang sebagai tokoh yang membawa cahaya spiritual ke tanah Jawa, sekaligus memberikan pelajaran mendalam tentang pentingnya harmoni dalam kehidupan. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dan membangun kehidupan yang lebih baik. Hingga kini, nama beliau tetap hidup dalam hati masyarakat sebagai simbol perubahan, semangat pengabdian, dan kebijaksanaan yang abadi.
Muhammad Syauqi Adhim, sedang berkuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya jurusan Aqidah dan Filsafat Islam semester 5