Sejarah

Karamah di Balik Berdirinya Sidoresmo Kampung Pesantren di Surabaya

4 Mins read

Nama Kampung Ndresmo di Surabaya memiliki latar belakang sejarah yang unik dan penuh makna. Nama ini berasal dari perjalanan dakwah dan perjuangan ulama keturunan Rasulullah SAW, yang dimulai dari Sayyid Abdurrahman, seorang ulama saleh dari Yaman yang bermukim di Cirebon. Ia berasal dari keluarga Basyaiban dan menikah dengan Sayyidah Khadijah.

Pasangan ini memiliki dua putra, Sayyid Sulaiman dan Sayyid Arif, yang kelak mewarisi misi dakwah Islam dari orang tua mereka. Sejak kecil, mereka menunjukkan semangat besar untuk mondok.

Dengan berat hati, ibu mereka mengizinkan keduanya untuk mondok di Pesantren Ampel. Di sana, keistimewaan keduanya mulai terlihat. Di Tengah malam, sudah menjadi kebiasaan dari sang Kyai untuk mengelilingi kamar dari santrinya dan mendoakan semua santrinya.

Hal aneh terjadi di kamar Sayyid Sulaiman dan Sayyid Arif, kejadian aneh yaitu Cahaya berwarna keemasan yang terpancar dari arah kamar tersebut. Kemudian, kyai masuk ke dalam kamar tersebut, Karena tidak bisa mengenali siapa santrinya itu, maka sarungnya diikat sebagai identitas.

Esok hari Ketika selesai jama’ah shubuh, sang kyai membalikkan badannya dan bertanya kepada seluruh santri. “Siapa yang bagian bawah sarungnya terikat,” kata sang kyai. Seluruh santri memeriksa sarungnya masing-masing. Dan ternyata, kedua sarung yang terikat itu adalah milik Sayyid Sulaiman dan Sayyid Arif.

Mereka maju menghadap kyai dan jujur bahwa mereka adalah pemilik sarung yang terikat. Pada waktu itu juga, sang kyai memutuskan untuk memulangkan mereka dan menyarankan agar mereka belajar pada ulama yang lebih tepat. Selain itu, ia meminta para santri memanggil mereka dengan gelar “Mas,” menghormati garis keturunan Rasulullah SAW yang mereka miliki.

Baca...  Kilas Balik Sejarah Makna Filosofis Carok di Madura

Setelah kembali ke rumah, mereka menyampaikan keinginan untuk melanjutkan perjalanan ke Pasuruan guna bertemu dengan Mbah Sholeh, paman mereka. Ibunya merestui perjalanan tersebut dan memberikan dua pisau kecil yang dibungkus kain kuning sebagai bekal.

Sayyidah Khadijah berpesan agar menggunakannya dalam keadaan darurat saja. Sesampainya di Pasuruan, mereka langsung menemui Mbah Sholeh di dalam Pondok Pesantren tersebut. Mbah Sholeh mempersilahkan duduk dan bertanya, “siapa kalian?” Lalu mereka pun menjawab, “saya adalah putra dari Sayyidah Khadijah, ning mas dari jenengan.” Setelah mendengar ucapan Sayyid Sulaiman dan Sayyid Arif, Mbah Sholeh tidak dengan mudah mempercayainya, kemudian mereka dipersilahkan untuk istirahat terlebih dahulu.

Selang beberapa waktu, Mbah Sholeh memanggil mereka. Mbah Sholeh menguji mereka dengan tugas menebang pohon di hutan dalam waktu semalam. Dengan izin Allah, menggunakan pisau kecil pemberian ibu mereka, Sayyid Sulaiman dan Sayyid Arif berhasil menyelesaikan tugas tersebut.

Meski awalnya Mbah Sholeh marah karena semua pohon di hutan tumbang, ia akhirnya percaya setelah melihat keajaiban, pohon-pohon tersebut dapat kembali berdiri bahkan tumbuh lebih baik. semenjak kejadian tersebut Mbah Sholeh mulai percaya bahwa Sayyid Sulaiman dan Sayyid Arif adalah putra dari Sayyidah Khadijah (ning mas dari Mbah Sholeh).

Setelah itu, mereka berdua dijodohkan dengan kedua putri dari Mbah Sholeh. Sayyid Sulaiman kemudian memiliki putra bernama Sayyid Ali Akbar, yang melanjutkan misi dakwah keluarga.

Ia diutus untuk berdakwah ke Surabaya, yang kemudian ia mendirikan suatu bangunan hanya sepetak untuk dijadikannya Pondok Pesantren (tempat menimbah ilmu). Awal mula berdirinya pondok tersebut belum ada santri yang bermukim disana, dengan berjalannya waktu, akhirnya ada santri yang bermukim di pondok tersebut yang jumlahnya lima orang santri.

Baca...  Sejarah, Mitos dan Pesan Moral tentang Makam Santri Desa Kenanti Tambakboyo

Beberapa hari bermukim di pondok, setiap malam Sayyid Ali selalu mengontrol keadaan kamar santri. Dan setiap malam Sayyid Ali pun mendengarkan suara Nderesan dari dalam kamar santri yang dilakukan oleh kelima santrinya. Setiap malam hal tersebut istiqomah dilakukan dan suaranya jika didengar dari luar seperti suara lebah yang terbang.

Keesokan harinya, Sayyid Ali masuk ke dalam kamar santrinya dan bertanya, “apa yang kalian lakukan setiap tengah malam?”, lalu dijawab oleh santrinya, “nderesan kyai”, sejak saat itu juga Sayyid Ali berkata, “mulai sekarang daerah ini saya beri nama nderes limo, karena kalian yang setiap malam nderesan kitab berlima”.

Pada akhirnya, yang awalnya daerah tersebut Bernama alas gemungan menjadi nama ndresmo (nderes limo) yang dicetuskan oleh Sayyid Ali Akbar. Bertambahnya hari, santri pun semakin banyak jumlahnya. Pada masa kolonial, penjajah Belanda mengetahui keberadaan Sayyid Ali Akbar, seorang ulama kharismatik yang memimpin Ndresmo.

Mereka berencana menangkapnya dan menghancurkan pengaruhnya. Mendengar kabar tersebut, Sayyid Ali memikirkan cara melindungi santrinya. Ia membaca wirid khusus, meniupkan doanya ke air sumur, dan mewajibkan santrinya untuk meminum air tersebut sebelum berperang. Dengan izin Allah, para santri menjadi kebal terhadap senjata penjajah, hal ini sudah menjadi karamah untuk Sayyid Ali dari Allah SWT.

Akan tetapi, di Tengah penjajahan Belanda ada salah satu pribumi yang berkhianat dan memberi tahu kelemahan dari Sayyid Ali. Pribumi berkata bahwa kelemahannya adalah menahan dan mengancam keselamatan seluruh santri dan warga ndresmo. Hal itu langsung dilakukan oleh penjajah Belanda, kemudian mengancam Sayyid Ali untuk menyerahkan dirinya, jika tidak maka nyawa dari santri dan warga dresmo terancam dan ditahan.

Baca...  Asal-Usul dan Misteri Sumber Pengantin Jogoroto: Legenda, Ritual, dan Kewaspadaan

Mendengar ancaman tersebut Sayyid Ali langsung menyerahkan dirinya ke penjajah Belanda. Namun, pengkhianatan seorang pribumi mengungkap kelemahan Sayyid Ali, yaitu ancaman terhadap keselamatan santri dan warga. Demi melindungi mereka, Sayyid Ali menyerahkan diri kepada Belanda dengan dua syarat, Ndresmo tidak boleh lagi diserang, dan kawasan tersebut dibebaskan dari pajak serta agresi militer. Belanda menerima syarat ini, dan diresmikan menjadi sebuah perjanjian antara Sayyid Ali dengan penjajah Belanda. Sayyid Ali pun dibawa ke Belanda.

Saat Sayyid Ali Akbar ditahan, istrinya melahirkan anak terakhir mereka, Sayyid Ali Asghar. Tanggung jawab melindungi keluarga dan masyarakat Ndresmo jatuh kepada putranya, Sayyid Iskandar. Dengan karamah yang dimilikinya, ia mampu menjaga keamanan kampung dan melanjutkan perjuangan melawan penjajah.

Sayyid Iskandar juga sempat melakukan perjanjian Bersama dengan penjajah Belanda yang isinya tentang pembebasan jajahan atas Belanda terhadap ibunya dan warga dresmo. Kisah ini menggambarkan perjalanan dakwah yang tidak hanya penuh ujian, tetapi juga dipenuhi dengan keajaiban yang menunjukkan keberkahan para keturunan Rasulullah SAW.

Hingga kini, nama Ndresmo tetap dikenal sebagai simbol perjuangan dakwah dan perlawanan terhadap penjajahan, serta pengingat akan keistimewaan ulama-ulama pendirinya. Salah satu keunikan di Kampung Ndresmo ialah panggilan “mas” untuk para keturunan Sayyid Ali Akbar dan bermula dari kisah Sayyid Sulaiman dan Sayyid Arif. Sebutan itu tidak hanya dialamatkan kepada para laki-laki, tetapi juga kepada para perempuan.

1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Articles
Related posts
Sejarah

Makam Syekh Muhammad Yahya Yang Menjadi Bukti

1 Mins read
Makam Waliyullah Syekh Muhammad Yahya terletak di Jalan Raya Sememi, Surabaya, tepatnya di sebelah pintu masuk Perumahan Western Regency, Surabaya Barat. Desa…
Sejarah

Kilas Balik Sejarah Makna Filosofis Carok di Madura

2 Mins read
Tradisi carok di daerah Madura ini merupakan bentuk pertahanan harga diri, bagi masyarakat Madura harga diri adalah nilai yang dijunjung tinggi dan…
Sejarah

Sejarah Makam Mbah Singo Phati

3 Mins read
Saat menyebutkan nama mbah Singo Phati mungkin tidak banyak orang yang mengetahui seperti apa sosok beliau? Mbah Singo Phati adalah sosok yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Keislaman

Disaat Pernikahan Tidak Lagi Sejalan: Talaq Menurut Pandangan Al-Qur’an

Verified by MonsterInsights